BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI (SELF CARE AGENCY) PADA ANAK DISABILITAS (TUNA GRAHITA DAN TUNA NETRA) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SLB Negeri 1 Bantul. Rungu/Wicara (B), Tuna Grahita (C), Tuna Daksa (D) dan Autisme.

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif dengan pendekatan survei (Arikunto, 2013). intervensi (Nursalam, 2013). Seperti pada penelitian gambaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. struktur kelengkapan fisik(unicef, 2013).Disabilitas dapat disebabkan. melakukan aktivitas secara selayaknya anak normal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan Bantul Yogyakarta. SLB N 1 Bantul Yogyakarta merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga kesehatan gigi mempunyai manfaat yang besar dalam menunjang. kesehatan dan penampilan, namun masih banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. reaksi fisik maupun psikologis yang mengganggu kehidupan sehari-hari (Priyoto,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

Asri Atyanta*, Farichah Hanum**,Musri Amurwaningsih***

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

PERMOHONAN MENJADI ASISTEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini dapat bervariasi pada umur dan jenis kelamin. Hal tersebut dapat diukur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB I. PENDAHULUAN UKDW. hidup seoptimal mungkin (Depkes RI, 2006). Di bidang pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari bayi hingga remaja (Departemen Kesehatan RI, 2008). Derajat

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

Transkripsi:

BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Kittay, 2005). Survei Rumah Tangga yang dilakukan UNICEF dan University of Wisconsin (2008) untuk memantau kondisi kesehatan di negara berkembang memperoleh data bahwa terdapat 52,4% anak usia 6-9 tahun yang berada di sekolah serta mengalami cacat/disabilitas atau ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. Kemandirian pada anak terutama pada anak usia sekolah berbeda dengan kemandirian remaja atau orang dewasa. Kemandirian anak usia sekolah adalah kemampuan yang berkaitan dengan tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan untuk anak adalah belajar makan, berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan, pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007). Berdasarkan teori perkembangan Erickson, anak pada tahap usia sekolah (6-18 tahun) mempunyai masalah industry vs inferiority, yang berarti anak pada usia ini diharapkan mampu mendapatkan kepuasan dari kemandirian yang diperoleh melalui lingkungan sekitar serta interaksi dengan teman sebaya. Pada tahap ini anak juga belajar untuk bersaing (sifat kompetitif) melalui proses pendidikan, bersifat kooperatif dengan orang lain dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku. Hal yang dianggap berbahaya pada fase ini adalah apabila pada anak berkembang 1

2 kepribadian inferiority (rendah diri). Salah satu penyebab timbulnya inferioritas pada anak adalah tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (Jahja, 2011). Anak disabilitas atau anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya secara signifikan mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (Triutari, 2014). Beberapa anak dikatakan disabilitas atau anak penyandang cacat seperti penyandang tuna grahita, tuna netra, tuna wicara, Down Syndrome, tuna daksa, bibir sumbing dan tuna rungu (Kemenkes RI, 2014). Tuna grahita adalah individu yang mempunyai kecerdasan intelektual dibawah normal dan disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul pada masa perkembangan atau sebelum usia 18 tahun (Ciptono & Suprianto, 2010). Tuna netra adalah individu yang tidak dapat melihat sehingga mengalami keterbatasan dalam tingkat dan variasi pengalaman, keterbatasan dalam kemampuan menemukan sesuatu, dan keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan (Rudiyati, 2009). Anak dengan disabilitas banyak yang masih tergantung kepada orang tua atau pengasuhnya dalam melakukan aktivitas harian terutama untuk perawatan dirinya bahkan sampai dengan anak tersebut beranjak dewasa. Perawatan diri (self care) sangat diperlukan pada anak disabilitas yang sulit untuk melakukan aktivitas secara mandiri (Ramawati,2010).

3 Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2012 pelayanan keperawatan meliputi pelayanan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun potensial. Peran perawat salah satunya juga sebagai pemberi asuhan keperawatan di mana perawat memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan kesehatan dari yang sederhana sampai yang kompleks (Aziz, 2008). Kebutuhan dasar fisiologis dan keamanan biasanya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien dengan ketergantungan fisik (Potter & Perry, 2010). Menurut Orem tahun 1971, pelayanan keperawatan penting ketika klien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis, psikologis perkembangan atau sosial (Perry & Potter, 2010). Istilah agency untuk menggambarkan kekuatan atau kemampuan dalam melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Kemampuan yang dibutuhkan dalam merespon tuntutan kebutuhan perawatan diri dalam situasi atau kondisi yang khusus adalah pengetahuan, ketermpilan dan motivasi untuk memulai dan melanjutkan suatu upaya sehingga mendapatkan suatu hasil.. Keterampilan dalam aktivitas seharihari (ADL) termasuk di dalamnya adalah kegiatan perawatan diri. Keterampilan perawatan diri meliputi makan, menggunakan toilet, memakai dan melepas baju, personal hygiene, dan keterampilan berhias (Ramawati, 2011).

4 Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah yang artinya : Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih. (HR Ath-Thabrani). World Health Organization (WHO) tahun 2004 melaporkan bahwa 15,3% populasi dunia (978 juta orang dari 6,4 milyar) mengalami disabilitas sedang atau parah, dan 2,9% (185 juta) mengalami disabilitas parah. Populasi usia 0-14 tahun prevalensinya berturut-turut adalah sebesar 5,1% (93 juta orang) dan 0,7% (13 juta orang). Populasi usia 15 tahun atau lebih, sebesar 19,4% (892 juta orang) dan 3,8% (175 juta orang). Prevalensi penyandang disabilitas tahun 2012 dari semua umur di Asia Tenggara sebesar 16,0%. Prevalensi anak disabilitas di Indonesua tahun 2013 dari disabilitas sedang sampai sangat berat sebesar 11% serta prevalensi data penyandang disabilitas yaitu penyandang tuna grahita sebesar 0,14%, tuna netra sebesar 0,17%, tuna wicara sebesar 0,14%, Down syndrome sebesar 0,13%, tuna daksa (cacat anggota badan) sebesar 0,08%, bibir sumbing 0,08% dan tuna rungu sebesar 0,07% (Riskesda, 2013). Prevalensi anak umur 24-59 tahun yang menyandang satu jenis cacat pada Riskesdas tahun 2013 adalah sebesar 0,53% dengan jenis kecacatan tertinggi adalah tuna netra dan terendah adalah tuna rungu (Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, 2014). Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Yogyakarta (Bappeda DIY) tahun 2013 melaporkan anak dan remaja dengan disabilitas di DIY mempunyai ketergantungan untuk aktivitas sehari-hari, ketidakstabilan kondisi fisik dan mental serta hambatan mobilitas. Jumlah

5 anak dan remaja dengan disabilitas yang menjadi penduduk DIY yaitu sejumlah 3507 anak, dengan rentang usia 0-18 tahun. Prevalensi anak dan remaja disabilitas di Yogyakarta, usia 0-5 tahun sebesar 21 %, usia 6-12 tahun sebesar 35 % dan usia 13-18 tahun sebanyak 44 %. Sedangkan anak dengan disabilitas menurut semua jenis kelamin di Kabupaten Bantul berjumlah 842 anak. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 6-8 November 2015 di SLB Negeri 1 Bantul, hasil observasi peneliti melihat anak-anak disabilitas yang masih tergantung dengan orang tuanya seperti makan, minum, duduk dan berdiri. Hasil wawancara kepada dua orang guru bahwa anak tuna grahita dan tuna netra banyak yang tergantung dalam aktivitas seperti toileting, makan dan minum. Jumlah anak disabilitas tahun ajaran 2015/2016, terdapat kurang lebih 337 anak penyandang disabilitas yaitu penyandang tuna netra 16 anak, tuna rungu 90 anak, tuna grahita 153 anak, tuna daksa 60 anak dan autisme 18 anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas pada latar belakang maka dapat diambil rumusan masalahnya adalah Bagaimana gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) pada anak disabilitas (tuna grahita dan tuna netra) di SLB Negeri 1 Bantul?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) pada anak disabilitas (tuna grahita dan tuna netra) di SLB Negeri 1 Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) berdasarkan kelas tuna grahita dan tuna netra. b. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) berdasarkan usia 6-18 tahun. c. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. d. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) berdasarkan riwayat kesehatan dulu D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran mengenai perawatan diri pada anak tuna grahita dan tuna netra bekerja sama dengan orang tua dan tenaga kesehatan sehingga anak tuna grahita dan tuna netra dapat mampu untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri. 2. Bagi Peneliti

7 a. Dapat mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) pada anak disabilitas (tuna grahita dan tuna netra) di SLB Negri 1 Bantul. b. Peneliti dapat mengetahui manfaat dari perawatan diri (self care) pada anak disabilitas. 3. Bagi Perawat Kesadaran perawat diharapkan dapat meningkat terhadap perawatan diri (self care) pada anak disabilitas. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam kemampuan perawatan diri (self care agency) pada semua anak disabilitas. E. Penelitian Terkait Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah : 1. Fauziah Rachma Wati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Self Care Terhadap Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa Tunanetra Di SLB-A YKAB Surakarta mengatakan Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh self-care dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut di SLB-A YKAB Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik, dengan menggunakan one group pretest dan postest untuk mempelajari pengaruh self-care terhadap status kebersihan gigi dan mulut siswa tunanetra di SLB-A YKAB Surakarta. Analisis statistik uji Paired sample T test diperoleh nilai P = 0,000 (p < 0,05) yang artinya self-

8 care berpengaruh secara signifikan terhadap kebersihan gigi dan mulut pada siswa tunanetra di SLB-A YKAB dengan tingkat kepercayaan 95%. Terdapat perbedaan sangat bermakna antara OHI-S sebelum dan sesudah diberikan perlakuan self-care pada siswa tunanetra di SLB-A YKAB Surakara. Persamaan pada penelitian kali ini pada tempat karena penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa dan pada sampel yang menggunakan anak tuna netra. Perbedaan terletak pada judul, desain penelitian, variabel, cara pengambilan sampel dan analisa data. 2. Suamiati Sinaga (2014) dalam penelitian tesisnya yang berjudul Hubungan Antara Kemampuan Melakukan Perawatan Diri (Dependent Care Agency) Dengan Perilaku Orangtua/Wali Dalam Memenuhi Kebutuhan Self-Care (Dependent Care) Pada Anak Yang Menderita Kanker Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dependent care agency dengan perilaku orangtua atau wali dalam memenuhi kebutuhan self-care anak dan bagaimana kemampuan serta perilaku orangtua atau wali. Penelitian ini menggunakan metode campuran yang terdiri dari penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan kualitatif dengan pendekatan exploration research. penelitian dilakukan diruang perawatan Estella RSUP Dr. Sardjito bulan Agustus-September 2014, melibatkan 41 orangtua/wali dengan tehnik accidental sampling. Variabel dependent

9 care agency dan perilaku orangtua/wali tentang self-care diukur dengan menggunakan kuisioner Denyes self-care practice dan Denyes self-care agency. Wawancara dilakukan untuk mendukung data kuantitatif. Analisa data meliputi univariat dan bivariat menggunakan uji Spearman rho. Hasil dari penelitian ini adalah nilai rata-rata dependent care agency adalah 102,59 (rentang nilai 30-150) dan nilai rata-rata perilaku orangtua adalah 24,37 (rentang nilai 18-36). Nilai korelasi antara dependent care agency dengan perilaku orangtua/wali adalah 0,286 (p = 0,045). Hasil wawancara mendalam didapatkan 5 tema yaitu arti dan pentingnya perawatan diri, perilaku perawatan diri, dukungan keluarga, kesulitan dalam melakukan perawatan diri dan harapan terhadap perawat. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara dependent care agency dengan perilaku orangtua atau wali dalam memenuhi perawatan diri pada anak dengan kanker. Persamaan pada penelitian kali ini adalah pada kemampuan perawatan diri (self care agency). Perbedaannya adalah pada judul,desain penelitian, sampel, tempat, variabel, dan analisa data.