174 BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, pengungkapan modalitas desideratif BI dan BJ dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 1. Bentuk-bentuk pegungkapan modalitas desideratif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang adalah sebagai berikut. a. Dalam bahasa Indonesia, 1) pengungkapan modalitas desideratif diungkapkan secara leksikal melalui penggunaan verba pewatas/bantu ingin, berkeinginan, dan berhasrat, dan verba utama ingin, menginginkan, mengingini, menghendaki, dan mendambakan, 2) bentuk Pmd tidak bergantung pada pelaku, 3) konstruksi umum bentuk pengungkapan modalitas desideratif, yaitu [Pmd+V], [Pmd+N], dan [Pmd+PP (Klausa)], 4) pengungkapan modalitas desideratif bisa diwujudkan dalam konstruksi pasif, 5) nominalisasi Pmd hanya terbatas pada pengungkap ingin dengan melekatkan akhiran nya,
175 6) verbalisasi Pmd tidak dijumpai, 7) peserta tuturan yang menjadi pengalam pada modalitas sejati adalah nomina insan, baik itu 1P, 2P, maupun 3P, 8) penegasian modalitas desideratif (negasi modalitas), berkonstruksi [NEG+ Pmd]. b. Dalam bahasa Jepang, 1) modalitas desideratif diungkapkan secara gramatikal melalui penggunaan sufiks adjektiva ~tai, i-adjektiva hoshii, bentuk verba kompleks ~tehoshii dan ~temoraitai, beserta variannya masing-masing, 2) bentuk Pmd bergantung pada pelaku.. 3) konstruksi umum bentuk pengungkapan modalitas desideratif yaitu, [V+Pmd] dan [N+partikel+Pmd], 4) pengungkapan modalitas desideratif tidak bisa diwujudkan dalam konstruksi pasif, 5) nominalisasi Pmd dengan melekatkan partikel no atau koto setelah Pmd, 6) verbalisasi Pmd dilakukan dengan melekatkan sufiks garu setelah Pmd, 7) peserta tuturan yang menjadi pengalam pada modalitas sejati terbatas pada yang insan 1P saja. Pengungkapan keinginan pengalam 2P dan 3P pada BJ harus dimodifikasi dengan aturan tertentu,
176 8) penegasian modalitas desideratif (negasi modalitas), pada dasarnya berkonstruksi [Pmd +NEG]. Pada BJ terdapat pengungkap negasi khusus (mai) yang bermakna ketidakinginan. 2. Pengungkap modalitas BI dan BJ dapat dikelompokkan ke dalam tujuh fungsi. Pertama, mengungkapkan keinginan untuk melakukan sesuatu, Kedua, untuk mengungkapkan keinginan terhadap sesuatu, Ketiga, untuk mengungkapkan keinginan agar seseorang yang tidak spesifik melakukan sesuatu, Keempat, untuk mengungkapkan keinginan agar seseorang yang spesifik melakukan sesuatu, Kelima, sebagai penyamaran suatu perintah tidak langsung, Keenam, sebagai penghalus suatu permintaan tidak langsung, Terakhir, ketujuh, sebagai pengantar suatu pertanyaan. Fungsi setiap pengungkap modalitas desideratif BI dan BJ adalah sebagai berikut, a. pengungkap ingin memenuhi fungsi 1, 2, 3, 4, 5, dan 6; b. pengungkap berkeinginan dan berhasrat memenuhi fungsi 1; c. pengungkap mendambakan memenuhi fungsi 2; d. pengungkap menginginkan, mengingini, dan menghendaki memenuhi fungsi 2, 3, 4, 5, dan 6; e. pengungkap ~tai memenuhi fungsi 1, 6, dan 7; f. pengungkap hoshii memenuhi fungsi 2, 6, dan 7; g. pengungkap ~tehoshii memenuhi fungsi 3, dan 6; serta h. pengungkap ~temoraitai memenuhi fungsi 4, dan 6.
177 3. Persamaan dan perbedaan fungsi setiap pengungkap modalitas desideratif BI dan BJ adalah sebagai berikut, a. ingin, berkeinginan, berhasrat vs ~tai. keinginan untuk melakukan sesuatu dan pengalam turut serta sebagai pelaku. Perbedaannya, ingin, berkeinginan, dan berhasrat bentuknya tidak bergantung kepada pelaku sedangkan ~tai bergantung kepada pelaku, apabila pelaku selain 1P, maka pengungkap ~tai harus dimodifikasi terlebih dahulu. b. ingin, menginginkan, mengingini, menghendaki, mendambakan vs hoshii. keinginan terhadap sesuatu dan pengalam turut serta sebagai pelaku. Perbedaannya, ingin, menginginkan, mengingini, menghendaki, dan mendambakan, bentuknya tidak bergantung kepada pelaku sedangkan hoshii bergantung kepada pelaku, apabila pelaku selain 1P, maka pengungkap hoshii harus dimodifikasi terlebih dahulu. c. ingin, menginginkan, mengingini, menghendaki vs ~tehoshii keinginan agar seseorang yang tidak spesifik melakukan sesuatu dan pengalam turut serta sebagai pelaku. Perbedaannya, ingin, menginginkan, mengingini, dan menghendaki, bentuknya tidak bergantung kepada pelaku sedangkan ~tehoshii bergantung kepada pelaku, apabila pelaku selain 1P, maka pengungkap ~tehoshii harus dimodifikasi
178 terlebih dahulu. Selain itu, dalam BI, pelaku yang tidak spesifik biasanya ditandai dengan menggunakan pronomina persona jamak. Sedangkan dalam BJ, ditandai dengan pelesapan pelaku aktualisasi peristiwanya. d. ingin, menginginkan, mengingini, menghendaki vs ~temoraitai keinginan agar seseorang yang spesifik melakukan sesuatu dan pengalam turut serta sebagai pelaku. Perbedaannya, ingin, menginginkan, mengingini, dan menghendaki, bentuknya tidak bergantung kepada pelaku sedangkan ~temoraitai bergantung kepada pelaku, apabila pelaku selain 1P, maka pengungkap ~temoraitai harus dimodifikasi terlebih dahulu. Selain itu, dalam BI, pelaku yang spesifik biasanya ditandai dengan menggunakan pronomina persona tunggal. Sedangkan dalam BJ, ditandai dengan pernyataan pelaku (pelakunya dinyatakan dengan tegas tidak dilesapkan). e. ingin, menginginkan, mengingini, menghendaki Pengungkap ingin, menginginkan, mengingini, dan menghendaki dapat berfungsi sebagai penyamaran suatu perintah tidak langsung. Fungsi ini hanya dijumpai dalam BI, tidak dalam BJ. Pengalam dan pembicara adalah 1P dan tidak turut serta sebagai pelaku. Pelaku menganggap pembicara sebagai sumber deontik. Biasanya diungkapkan dalam ragam formal.
179 f. ingin, menginginkan, mengingini, menghendaki vs ~tai, hoshii, ~tehoshii, ~temoraitai Persamaannya adalah sama-sama berfungsi sebagai penghalus suatu permintaan tidak langsung. Pengalam dan pembicara adalah 1P dan tidak turut serta sebagai pelaku. Pelaku tidak menganggap pembicara sebagai sumber deontik. Perbedaannya, ingin, menginginkan, mengingini, dan menghendaki, bentuknya tidak bergantung pada pelaku. Sedangkan ~tai, hoshii, ~tehoshii, ~temoraitai bergantung pada pelaku. Sebagai penghalus suatu permintaan tidak langsung, pengungkap ~tai, hoshii, ~tehoshii, dan ~temoraitai dikuti oleh ~ndesuga/~ndesukeredo/ ~ndesukedo. g. ~tai, hoshii, Pengungkap ~tai, dan hoshii, dapat berfungsi sebagai pengantar suatu pertanyaan. Fungsi ini hanya dijumpai dalam BJ, tidak dalam BI. Pengalam, pembicara dan pelaku adalah 1P. Pengungkap ~tai dan hoshii, dilekati oleh ~ndesuga/~ndesukeredo/~ndesukedo, kemudian diikuti oleh kalimat interogatif. B. Implikasi Implikasi hasil penelitain ini, selain terhadap pengajaran BJ sebagai bahasa asing, juga terhadap masalah-masalah kebahasaan lainnya. Implikasi terhadap pengajaran seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, umumnya lebih ditekankan kepada penggunaan pengungkapan modalitas desideratif BJ
180 yang berkaitan dengan pengalam 2P dan 3P yang lebih senior dari pembicara. Hal ini karena berkaitan dengan masalah sopan santun berbahasa dalam BJ. Keterkaitan modalitas desideratif dengan beberapa masalah kebahasaan lainnya juga perlu ditindaklanjuti. Contohnya, pengungkapan modalitas desidertaif dalam BJ, mempunyai banyak fungsi tersembunyi. Misalnya fungsi pengungkapan modalitas desideratif BJ dalam konstruksi negatif. Fungsi tersebut yakni, sebagai kritik terhadap mitra tutur (~naidehoshii) dan pernyataan keinginan pembicara yang independen, tidak berkaitan dengan mitra tuturnya (~tehoshikunai), belum dikaji dalam penelitian ini. Karena itu, kajian mendalam mengenai kedua fungsi tersebut masih perlu dilakukan. Penelitian ini juga belum melibatkan data-data kalimat terjemahan kedua bahasa. Bagaimana bentuk-bentuk pengungkapannya dan fungsifungsinya setelah dialihbahasakan, perlu dikaji lebih lanjut. Karena, dalam beberapa kasus penerjemahan, perbedaan bentuk konstruksi ataupun pergeseran makna, dapat terjadi. Tentu hal ini juga perlu melibatkan teoriteori penerjemahan yang terkait.