BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang tangguh diperlukan untuk menghadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan itu sendiri yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. karyawan dengan fungsi-fungsi organisasi lainnya. Komunikasi merupakan sarana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 FAKTOR-FAKTOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CREDIT UNION KELING KUMANG TP KANTOR PUSAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan (2009;2) menyatakan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disiplin berasal dari kata disple yang artinya patuh, patuh baik

BAB II BAHAN RUJUKAN

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai faktor penggeraknya. Dalam sumber daya manusia terdapat

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci : gaya kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, disiplin kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia. 1. Menurut Tulus dalam Suharyanto dan Hadna (2005:16);

Kepemimpinan PRESENTED BY: M ANANG FIRMANSYAH

JURNAL KEWIRAUSAHAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan maupun kegagalan. Kondisi ini sangat ditentukan oleh sumber

I. PENDAHULUAN. Unsur terpenting dalam sebuah organisasi ialah manusia. Sumber daya manusia

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

KEDISIPLINAN, KONFLIK, KEPUASAN KERJA, STRESS & FRUSTASI DALAM PERKERJAAN. Pertemuan 9. 10/9/2016 Nova Yanti Maleha,S.E.MM 1

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Bisma, Vol 1, No. 1, Mei 2016 DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT MALINDO PERSADA KHATULISTIWA KARANGAN ESTATE DI KARANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Evi (2006) melakukan penelitian dengan judul Peran Struktur Organisasi

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, pastinya manusia

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 FAKTOR-FAKTOR DISIPLIN KARYAWAN PADA CREDIT UNION MURA KOPA BALAI KARANGAN

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA RESTORAN DAN ISTANA KUE CITA RASA DIPONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

harus dilakukan diantaranya adalah : menentukan tujuan yang akan dicapai. untuk memperkokoh dasar penelitian bukan coba-coba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaanperusahaan

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atasan, orang tua, senior, atau orang yang disegani dan kurang dikaitkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 3. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengoptimalkan segenap sumber daya yang mereka miliki guna mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber Daya Manusia yang

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. pada bidang sumber daya manusia yang tidak lagi dianggap sebagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia global semakin kompleks, sehingga pemanfaatan

LANDASAN TEORI. Penelitian terdahulu meliputi penelitian internasional dan nasional yang judulnya

BAB I PENDAHULUAN. disiplin kerja yang baik. Hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik atau tidak. Disiplin juga merupakan bentuk pengendalian diri bagi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS BALAI BAHASA PROVINSI BALI. Kadek Yudi Prawira Jaya 1 I Gst. Ayu Dewi Adnyani 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara kerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja Disiplin Kerja adalah suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku (Weldy, 2013). Menurut Saydam (2005:284) disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seeorang untuk mematuhi dan mantaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Menurut Simamora (2004:610) disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau norma. Sedangkan menurut (Sedarmayanti, 2010), Disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan. 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi persyaratan bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisplin yang akan membuat para pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan. Menurut Martoyo dalam Bonusia (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya disiplin kerja adalah :

1. Motivasi, merupakan faktor penting dalam pencapaian disiplin kerja. Apabila tidak ada motivasi, maka seorang karyawan dalam bekerja tidak semangat. 2. Pendidikan dan latihan, diadakannya pendidikan dan pelatihan kepada setiap karyawan, maka karyawan akan terlatih untuk berdisiplin dan menghargai waktu dalam melaksanakan pekerjaannya yang menyebabkan karyawan mahir dan mampu menyelesaikan tugas pekerjaannya sesuai waktu yang telah ditentukan. 3. Prosedur kerja, diharapkan mampu bekerja secara menyeluruh dan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku. 4. Sikap terhadap atasan, yaitu sikap dan perbuatan atasan tentang berperilaku dalam berdisiplin diharapkan dapat menjadi contoh dan teladan bagi karyawan. 2.1.3 Indikasi Menurunnya Disiplin Kerja Menurunnya kualitas disiplin kerja pegawai bisa berdampak negatif bagi dinas, karena ini terkait dengan produktivitas kerja, semakin rendah kualitas kerja pegawai maka semakin rendah juga produktivitas dan pemasukan bagi dinas tersebut. Adapun indikasi-indikasi turunnya disiplin kerja pegawai menurut Gouzali (2006:287) adalah sebagai berikut. 1. Tingginya angka kemangkiran atau absensi pegawai. 2. Sering terlambatnya pegawai masuk kantor dan pulang lebih cepat dari jam yang sudah ditentukan. 3. Menurunnya semangat dan gairah kerja.

4. Tidak tercapainya program yang sudah ditargetkan. 5. Merosotnya produktivitas dan hasil pekerjan. 2.1.4 Indikator Disiplin Kerja Menurut (Hasibuan, 2009), disiplin kerja memiliki indikator sebagai berikut : 1. Tujuan dan kemampuan Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada seseorang karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan. 2. Teladan pimpinan Dalam menentukan disiplin kerja karyawan maka pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. 3. Balas jasa Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memengaruhi kedisplinan karyawan, karena akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Perusahaan harus memberikan balas jasa yang sesuai.. 4. Keadilan Keadilan mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta

diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Apabila keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. 5. Pengawasan melekat Pengawasan melekat harus dijadikan suatu tindakan yang nyata dalam mewujudkan kedisplinan karyawan perusahaan, karena dengan pengawasan ini, berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi bawahan. 6. Sanksi hukuman Sangsi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Karena dengan adanya sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku yang indisipliner karyawan akan berkurang. 7. Ketegasan Pemimpin harus berani tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. 8. Hubungan kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.

Pimpinan atau manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat. 2.2 Kepemimpinan Transformasional 2.2.1 Pengertian Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang paling efektif dan terlibat langsung memberikan motivasi beserta dukungan untuk para bawahannya Rubin, dkk (2005). Menurut Ghadi, dkk (2013), kepemimpinan transformasional adalah suatu sikap yang dimiliki seorang pemimpin untuk membangun loyalitas dan pengabdian tanpa banyak pertimbangan untuk kepentingan mereka sendiri, dan yang juga membantu pengikut mengidentifikasi mereka. Sedangkan menurut Bass dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Kepemimpinan Transformasioanl mengarah pada tipe kepemimpinan dimana pemimpin memiliki kharisma dan memberikan stimulasi intelektual, pertimbangan individual dan motivasi inspirasional kepada bawahan (Braun,dkk,2006). 2.2.2 Tujuan Kepemimpinan Transformasional Toriza, (2011) menyebutkan tujuan dari gaya kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut : 1. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha. 2. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok. 3. Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.

4. Untuk mewujudkan kinerja organisasi yang tepat dan bermutu. 2.2.3 Indikator Kepemimpinan Transformasional Menurut Hamdani, dkk (2012) terdapat beberapa indikator dalam mengukur gaya kepemimpinan transformasional : 1. Penglihatan Ekspresi gambaran ideal dari masa depan menurut nilai-nilai organisasional. 2. Inspirasi komunikasi Ekspresi pesan positif dan pesan yang mendorong organisasi serta pernyataan yang membangun motivasi. 3. Stimulasi intelektual Peningkatan ketertarikan pegawai, dan kesadaran akan masalah serta peningkatan kemampuan mereka untuk memikirkan berbagai masalah dengan cara-cara yang baru. 4. Kepemimpinan sportif Mengekspresikan perhatian pada karyawan dan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individual mereka. 5. Pengakuan pribadi Ketentuan penghargaan seperti pujian dan ucapan terima kasih atas usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah dispesifikasikan.

2.3 Kepemimpinan transaksional 2.3.1 Pengertian Kepemimpinan Transaksional Robbins & Judge (2007:90), mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang membimbing dan memotivasi para pengikut mereka pada arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas-tugas mereka. Sedangkan menurut Kusumastuti dan Nurtjahjanti (2013), kepemimpinan transaksional adalah pemahaman dan perasaan individu mengenai sejauh mana pemimpin dalam sebuah perusahaan memberikan umpan balik yang positif pada kinerja yang dilakukan para pegawainya sehingga penghargaan didapatkan, dan tindakan pemimpin untuk mengawasi penyimpangan aturan dan standar yang ada. Kepemimpinan transaksional terjadi saat seseorang mengambil insiatif membuat kontrak dengan yang lain dengan tujuan melakukan pertukaran dengan sesuatu yang bernilai (Mohapatra, 2014). 2.3.2 Karakteristik Kepemimpinan Transaksional Robinss dan Judge (2007:92) menyatakan bahwa dalam kepemimpinan transaksional terdapat empat karakteristik diantaranya : 1. Imbalan kontingen di mana pemimpin memberikan imbalan atas kerja yang baik.. 2. Manajemen berdasar pengecualian (aktif) di mana pemimpin melakukan perbaikan terhadap terjadinya penyimpangan aturan atau standar yang berlaku. 3. Manajemen berdasar pengecualian (pasif) yakni melakukan intervensi hanya pada saat standar tidak dipenuhi.

4. Laissez Faire yakni melepas tanggung jawab dan menghindari pengambilan keputusan. 2.3.3 Indikator Kepemimpinan Transaksional Menurut Lomanjaya, dkk (2014), menyatakan terdapat indikator dalam kepemimpinan transaksional, diantaranya : a. Imbalan kontigen (Contingent Reward), meliputi : 1. Supervisor mengakui prestasi kerja karyawannya. 2. Supervisor memberikan imbalan atau reward kepada karyawan yang berprestasi. 3. Supervisor mampu mengidentifikasi bentuk imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibebankan. 4. Supervisor memberitahu apa yang akan diperoleh karyawan jika berhasil melakukan pekerjaan yang telah diberikan b. Manajemen aktif dengan pengecualian (active management by exception), meliputi : 1. Supervisor sering mengawasi dengan ketat pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. 2. Supervisor melakukan pembetulan atau koreksi kepada karyawan yang melakukan kesalahan.

2.4 Kepemimpinan Otokratis 2.4.1 Pengertian Kepemimpinan Otokratis Fatmawati (2013), pemimpin otokratis biasa merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan cendrung mengekspresikan kebutuhankebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-perintah langsung kepada bawahaan. Sedangkan menurut Leoni, dkk (2014), pemimpin yang otokratis selalu menganggap bawahan sebagai alat semata dan segala tindakan yang dilakukannya cenderung bersifat menghukum. Kepemimpinan otokratis lebih cenderung melakukan hukuman daripada melakukan pendekatan kepada para pekerjanya yang tidak melakukan tugas dengan baik dan tidak mempertimbangkan opini dari seorang pekerja (Bhatti,dkk,2012). 2.4.2 Indikator Kepemimpinan Otokratis Leoni, dkk (2014), terdapat tiga indikator dalam kepemimpinan otokratis, antara lain : 1. Sentralisasi Wewenang Memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. 2. Produktivitas Kerja. Kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.

3. Manajemen. Pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi. 2.5 Hipotesis Penelitian 2.5.1 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Disiplin Kerja Pegawai. Penelitian Iswara (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh simultan dengan disiplin kerja karyawan. Penelitian Endriawan (2014) menyatakan gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap disiplin kerja pegawai. Sedangkan penelitian Diantari (2013) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja karyawan. Bass dalam Swandari (2003), mendefinisikan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : H1 : Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja pegawai Dinas Balai Bahasa Provinsi Bali.

2.5.2 Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Disiplin Kerja Pegawai. Penelitian Tondok dan Andarika (2004) menyatakan bahwa kepemimpinan transaksional berpengaruh positif dngan disiplin kerja karyawan. Penelitian Ancok (2005) menyatakan Kepemimpinan Transaksional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja karyawan. Sedangkan menurut Pranantiyo, dkk (2014) menyatakan kepemimpinan transaksional memiliki pengaruh yang positif terhadap disiplin kerja karyawan. Robbins & Judge (2007:90) kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang membimbing dan memotivasi para pengikut mereka pada arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H2 : Kepemimpinan Transaksional berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Dinas Balai Bahasa Provinsi Bali. 2.5.3 Pengaruh Kepemimpinan Otokratis Terhadap Disiplin Kerja Pegawai. Penelitian yang menggunakan variabel kepemimpinan otokratis telah dilakukan oleh Leoni (2014) yang menyatakan bahwa disiplin kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan otokratis. Penelitian Pratama (2012) menyatakan kepemimpinan otokratis memiliki pengaruh positif terhadap disiplin kerja. Sedangkan penelitian Ruslan (2014) menyatakan bahwa disiplin kerja

dalam organisasi dapat terjadi bila seorang pemimpin juga menerapkan kepemimpinan yang bersifat otokratis. Menurut Sugandi (2011:140), kepemimpinan otokratis merupakan pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri yang selalu menganggap organisasi sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata, tidak mau menerima kritik dan saran, terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya, dalam tindakan pergerakannya sering menggunakan pendekatan paksaan dan cenderung bersifat menghukum. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : H3 : Kepemimpinan Otokratis berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Dinas Balai Bahasa Provinsi Bali.