KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COMPLETE SENTENCE DAN TEAM QUIZ

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Inquiry

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta Didik yang Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS)

FANY SRILESTARI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Rusdian Rifa i 1

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

EFEKTIFITAS PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerencing dan Number Head Together

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

1,2 STKIP Garut.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

Keywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO

Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**).

(The Influence of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have toward Students Learning Achievement on Excretion System Subject) ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match

PRANITASARI ANDINI

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK- PAIR-SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA.

Yusi Yusniati 1), Novaliyosi 2), Khairida Iskandar 3) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KELOMPOK BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 2, November 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.2 November 2016

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT


BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan. Banyak hal dalam kegiatan sehari-hari yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

Abstract. Keywords: Creative Problem Solving and Problem Based Learning as learning model. Abstrak

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB II KAJIAN TEORETIS

Oleh: Gita Ria Violetta*), Anny Sovia, S. Si, M. Pd**), Lucky Heriyanti Jufri, S. Si, M. Pd**).

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI STATISTIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA N 5

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

Anggraini, Jufri, & Juliati p-issn: ; e-issn: Padang, Sumatera Barat, Indonesia

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 7 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING. (Jurnal) Oleh SEFTI NAELZA

Alamiah & Afriansyah p-issn: ; e-issn: Garut, Jawa Barat, Indonesia

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT

APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

Abstract. Key word : the result of students math, learning cooperative type two stay two guest, change of students behavior.

Transkripsi:

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COMPLETE SENTENCE DAN TEAM QUIZ Imas Layung Purnama dan Ekasatya Aldila Afriansyah STKIP Garut E-mail: imaslayung@yahoo.com Abstract: The researh is a quasi-experimental study. The population of this study was student of junior high school grade VII, while the samples were taken from two classes. The instruments used in this research were a form of communication ability test and a description of the attitude scale tests. The data analysis obtained: (1) There was a differences of students mathematical communication ability who received Cooperative Learning Complete Sentence type in ability between student who received Cooperative Learning of Complete Sentence type and Team Quiz type. (2) An increase of students mathematical communication who received Cooperative Learning Complete Sentence type in low interpretation. (3) An increase in ability to communicate for students mathematical who received Cooperative Learning Team Quiz type in low interpretation. (4) Students attitude as a Complete Sentence class to learn mathematics by using Cooperative Learning Complete Sentence type in a good interpretation. (5) Students attitude as a Team Quiz classing learning mathematics by using Cooperative Learning Team Quiz type in a good interpretation. Keywords: The ability of mathematical communication, cooperative learning Complete Sentence type, cooperative learning Team Quiz type, quasi experiment. Abstrak: Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VII, sampel diambil sebanyak dua kelas (kelas Complete Sentence, kelas Team Quiz). Instrumen dalam penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi: uraian dan tes skala sikap. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan: (1) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang Mendapatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. (2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence berinterpretasi sedang. (3) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran Kooperatif Tipe Team Quiz berinterpretasi sedang. (4) Sikap siswa kelas VII-A sebagai kelas Complete Sentence terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence berinterpretasi baik. (5) Sikap siswa kelas VII-B sebagai kelas Team Quiz terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Team Quiz berinterpretasi baik. Kata Kunci: Kemampuan komunikasi Matematis, Pembelajaran Kooperatif tipe Complete Sentence, Pembelajaran Kooperatif tipe Team Quiz, Kuasi Eksperimen.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah. Karena matematika mempunyai fungsi yang sangat penting bagi siswa, yaitu sebagai alat, pola pikir, ilmu dan pengetahuan. Matematika sebagai ilmu yang bersifat abstrak dengan bahasa simbol yang penuh makna, karena itulah banyak siswa yang mengeluh dan merasa kesulitan dengan pembelajaran matematika. NCTM (2000) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi dalam matematika perlu dibangun agar siswa dapat : 1. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasangagasan matematika dalam berbagai situasi. 2. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik dan secara aljabar. 3. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan matematik termasuk peranan definisi dalam berbagai situasi matematika. 4. Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, menulis, menginterprestasikan dan mengevaluasi gagasan matematik. 5. Mengkaji gagasan matematik melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan. 6. Memahami nilai dari notasi peran matematika dalam pengembangan gagasan matematik. Rendahnya tingkat komunikasi matematis siswa di lapangan perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari berbagai pihak. Khususnya bagi guru matematika itu sendiri. Kreativitas guru dalam menyampaikan pembelajaran sangatlah dibutuhkan untuk mendukung siswa aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, seorang guru dianjurkan untuk memilih strategi yang sesuai dalam menyampaikan pembelajaran yang memacu siswa untuk aktif di dalamnya. Strategi merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk memilih kegiatan pembelajaran yang akan digunakan. Menurut Slavin (2009:22) salah satu model pembelajaran yang dipandang tepat yaitu dengan menggunakan model pembelajaran (Cooperative Learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, dalam menyelesaikan kelompok setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. 27

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah dengan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus mampu memilih strategi yang sesuai dengan kondisi siswa, strategi yang sesuai dengan kondisi siswa, diantaranya tipe Complete Sentence dan tipe Team Quiz. Umar (2012) mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika sangat perlu untuk dikembangkan, hal ini karena melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan. Peressini dan Bassett (dalam NCTM, 1966) berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Di dalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi gagasan matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Melalui komunikasi, ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif seperti cara berfikir siswa dapat dipertajam, pertumbuhan pemahaman dapat diukur, pemikiran siswa dapat dikonsolidasikan dan diorganisir pengetahuan matematika, pengembangan masalah siswa dapat ditingkatkan dan komunikasi matematika dapat dibentuk sesuai dengan tingkatan atau jenjang pendidikan maka tingkat kemampuan komunikasi matematika menjadi beragam. Indikator kemampuan komunikasi matematis tertulis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar. 2. Menghubungkan benda nyata, gambar atau diagram ke dalam ide matematika. 28

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016 3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika. Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dan pembelajaran kolaboratif. Lie (2008:24) membedakan kedua hal tersebut. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Suprijono (2012:54) mengatakan Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis bekerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Tipe Complete Sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana dimana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia (Suprijono,2012). Prinsip pembelajaran komunikasi matematis dengan metode complete sentence adalah; (1) metode pembelajaran mudah dan sederhana dimana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia; (2) Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/arti kalimat tersebut belum dapat dimengerti; (3) Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragraf, dan belum sempurna serta belum dimengerti maknanya; (4) kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan; (5) harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/kata asing; (6) jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan. 29

Prosedur Tipe Complete Sentence (Suprijono, 2014: 132) a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b. Guru menyampaikan materi dan siswa membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya. c. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen. d. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap. e. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia. f. Siswa berdiskusi secara berkelompok. g. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hafal. h. Guru bersama siswa membuat kesimpulan. Menurut Silberman (2007:49-50) Model Team Quiz dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Proses belajar mengajar dengan model team quiz mengajak siswa bekerja sama dengan teamnya dalam melakukan diskusi bertanya, menjawab pertanyaan, memberi arahan, mengemukakan pendapat, serta menyampaikan informasi. Kegiatan tersebut akan melatih keterampilan siswa dan juga memperdalam pemahaman konsep siswa. Prosedur Tipe Time Quiz (Suprijono, 2014: 114) 1. Pilihlah topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian 2. Bagilah peserta didik menjadi 3 tim A, B, dan C. 3. Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran yang anda sampaikan, kemudian mulailah presentasi. Batasi presentasi maksimal 10 menit. 4. Setelah presentasi, mintalah kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan, kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka. 5. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lemparkan pertanyaan tersebut kepada kelompok C. 6. Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, 30

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016 jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B 7. Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan pembelajaran kedua, dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya, lakukan seperti proses untuk kelompok A 8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan pembelajaran ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya 9. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence dan tipe Team Quiz? 2. Apakah interpretasi peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence dan Team Quiz? 3. Apakah interpretasi skala sikap siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence dan Team Quiz? METODE Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cikelet tahun ajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas VII-A dengan jumlah siswa 35 orang sebagai kelas Complete Sentence dan kelas VII-B dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas Team Quiz. Desain merupakan kerangka, pola, atau rancangan yang menggambarkan arah penelitian. Adapun desain penelitian menurut Ruseffendi (Asmar, 2015: 25) adalah sebagai berikut. O X 1 O O X 2 O Keterangan : O : Instrumen tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) X 1 X 2 : Perlakuan diberikan dengan Model Complete Sentence : Perlakuan diberikan dengan Model Team Quiz 31

Penelitian ini dilakukan selama tiga minggu, dimulai pada tanggal 28 Maret 2016 s.d 18 April 2016. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Cikelet kelas VII A dan Kelas VII B. Analisis data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan dimaksudkan untuk menentukan apakah perbedaannya cukup signifikan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence dan tipe Team Quiz. Pengolahan data pretest pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 digunakan untuk melihat kemampuan awal kedua kelompok. Sedangkan pengolahan data postest digunakan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dalam hal ini kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen 1 apakah terdapat perbedaan dengan kelas eksperimen 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ada dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dari kelas Complete Sentence dan kelas Team Quiz. Sedangkan data kualitatif yaitu angket siswa dari kelas Complete Sentence dan kelas Team Quiz. Untuk selanjutnya akan diuraikan mengenai analisis data tersebut. Disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Hasil Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest) Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Strategi Strategi Kelas Complete Sentence Team Quiz N x S N x S Pretest 3 5,79 3,12 5,84 4,57 32 Posttest 5 14,23 4,27 18,13 2,47 1. Data Tes Awal (Pretest) Dari Tabel 1 di atas menunjukan bahwa skor rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis pada kelas Complete Sentence yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence adalah 5,79 dengan simpangan baku 3,12.Sedangkan skor rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis pada kelas Team Quiz yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz adalah 5,84 dengan simpangan baku 4,57. Langkah awal dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji liliefors pada taraf signifikasi 5%, kedua data yaitu data pretest kelas Complete Sentence dan data pretest kelas Team Quiz tidak berdistribusi normal, sehingga untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan awal 32

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016 diantara kedua kelas tersebut dilakukan uji statistika non parametik, yaitu Uji Mann Whitney a) Hipotesis pengujian Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. Ha : Terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. b) Kriteria pengujian : Ho diterima jika z tabel z hitung z tabel Berdasarkan Uji Mann Whitney diperoleh nilai Z 1,20 Z 1,96maka Ho hitung tabel diterima, artinya Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. 2. Data Tes Akhir (Posttest) Dari Tabel 1 di atas menunjukan bahwa skor rata-rata kemampuan akhir komunikasi matematis pada kelas Complete Sentence yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence adalah 14,23 dengan simpangan baku 4,27. Sedangkan skor rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis pada kelas Team Quiz yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz adalah 18,13 dengan simpangan baku 2,47. Langkah akhir dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji liliefors pada taraf signifikasi 5%, kedua data yaitu data posttest kelas Complete Sentence dan data posttest kelas Team Quiz salah satu tidak berdistribusi normal, sehingga untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan akhir diantara kedua kelas tersebut dilakukan uji statistika non parametik, yaitu Uji Mann Whitney. a) Hipotesis pengujian Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. Ha : Terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan Pembelajaran 33

Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. b) Kriteria pengujian : Ho diterima jika z tabel z hitung z tabel Berdasarkan Uji Mann Whitney diperoleh nilai z hitung = 3,69 dan z tabel = 1,96 dengan taraf signifikan 5%. Karena nilai z hitung = 3,69 berada di luar interval atau di luar daerah penerimaan Ho, yaitu z tabel = -1,96 > z hitung = 3,36 < z tabel = 1,96 maka Ho ditolak dan sebaliknya Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. Tabel 2 Hasil Gain Ternormalisasi Kelas Complete Sentence Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa rata-rata gain ternormalisasi kelas Complete Sentence adalah 0,42 dan ratarata gain ternormalisasi kelas Team Quiz 0.65, sehingga besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis kelas Complete Sentence dan kelas Team Quiz tergolong sedang. Sehingga dapat terlihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis untuk kedua kelas sama. Jumlah siswa Ratarata Kriteria 35 0,42 Sedang Team Quiz 32 0,65 Sedang 3. Uji Gain Ternormalisasi Untuk mengukur kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis kelas Complete Sentence dan kelas Team Quiz, yaitu dengan menggunakan indeks gain ternormalisasi. Hasil gain ternormalisai dideskripsikan pada tabel 2 berikut: 4. Data Angket Analisis hasil data angket untuk kedua kelas secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut: 34

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016 Tabel 3 Rekapitulasi Interpretasi Sikap Siswa Kelas Complete Sentence Sikap Skor Total Interpretasi Sikap Terhadap pelajaran matematika. Terhadap strategi pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence Terhadap soal-soal komunikasi matematis Pada Tabel 3 terlihat bahwa skor total kelas Complete Sentence adalah sebesar 2574. Skor total didapat dari jumlah skor dari setiap pernyataan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif. Skor total 2574 terdapat pada rentang skala tanggapan yang berinterpretasi baik. Jadi interpretasi sikap siswa secara umum pada kelas Complete Sentence mengenai sikap siswa terhadap matematika, terhadap pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence dan terhadap soal-soal komunikasi matematis baik. 2574 Baik berinterpretasi Tabel 4 Rekapitulasi Interpretasi Sikap Siswa Kelas Team Quiz Pada Tabel 4 terlihat bahwa skor total kelas Time Quiz adalah sebesar 2652. Skor total didapat dari jumlah skor dari setiap pernyataan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif. Skor total 2652 terdapat pada rentang skala tanggapan yang berinterpretasi baik. Jadi interpretasi sikap siswa secara umum pada kelas Time Quiz mengenai sikap siswa terhadap matematika, terhadap pembelajaran kooperatif tipe Time Quiz dan terhadap soal-soal komunikasi matematis berinterpretasi baik. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Cikelet di kelas VII pada semester dua dengan materi pembelajaran yaitu segitiga. Penentuan sampel dilakukan secara acak dan setelah berkoordinasi dengan guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan ditetapkan kelas VII- A sebagai kelas Complete Sentence (eksperimen 1) dan kelas VII-B sebagai kelas Team Quiz (eksperimen 2), dimana siswa kelas eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence dan siswa kelas eksperimen 2 mendapatkan pembelajaran kooperatif 35

tipe Team Quiz. Pembelajaran di kedua kelas tersebut dilaksanakan masingmasing selama empat pertemuan dengan empat RPP. 1. Pembelajaran Menggunakan Kooperatif Tipe Complete Sentence Pada awal pertemuan proses kegiatan pembelajaran di kelas Complete Sentence, siswa secara keseluruhan masih belum memahami mengenai langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan dalam pembelajaran Complete Sentence, sehingga hal tersebut mengakibatkan kurang efektifnya siswa dalam mengikuti tahapan-tahapan pembelajaran. Siswa masih kurang dalam mengemukakan pendapat atau pertanyaan mengenai materi yang dipelajari, serta siswa masih merasa kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan bentuk-bentuk soal yang diberikan, siswa masih merasa sulit dan kebingungan dalam mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan dengan materi, siswa juga masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematis. Secara keseluruhan hal ini diakibatkan siswa masih merasa asing dan belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan Complete Sentence. Pada pertemuan selanjutnya (lihat gambar 1), siswa mulai memahami dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan, dan siswa sudah mulai aktif untuk bertanya atau berpendapat. Namun siswa masih merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal, baik soalsoal yang mengharuskannya untuk mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan dengan materi ataupun soalsoal matematis. Gambar 1. Situasi kelas Complete Sentence Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan kooperatif tipe Complete Sentence, diantaranya: a. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan kooperatif tipe Complete Sentence, maka pada saat pertama kali diperkenalkannya siswa masih sulit untuk mengikuti 36

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016 tahap-tahap pembelajaran dan siswa masih sulit untuk dikondisikan. b. Masih kurangya interaksi dan kerja sama antar siswa ketika diskusi kelompok berlangsung serta terdapat beberapa kelompok yang mengerjakan lembar kereja siswa untuk mengisi jawaban yang sudah disediakan dalam kelompoknya hanya beberapa siswa, karena adanya kesenjangan dalam hubungan emosional siswa, sehingga anggota dalam kelompok tersebut tidak semuanya mengemukakan pendapatnya dengan baik. c. Ketika prsoes persentasi kelompok masih banyak siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam proses persentasi kelompok yang ditandai dengan masih banyaknya siswa yang masih ribut dengan tidak memmerhatikan kelompok yang sedang persentasi. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi keoptimalan siswa dalam mengomunikasikan pendapatnya. d. Waktu yang tersedia tidak cukup dalam melaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence karena kecenderungan pembelajaran ini memiliki tahapan pembelajaran yang cukup banyak, sehingga terdapat beberapa tahapan dalam prsoes pembelajaran tersebut kurang terlaksana secara optimal. e. Masih kurangnya sarana yang menunjang terhadap keberlangsungan proses pembelajaran, sedangkan waktu yang tersedia terbatas dan kurang mencukupi. Sehingga hal tersebut dapat menghambat dalam melaksanakan tahapan pembelajaran. Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence yang dialami oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut: a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence 1) Siswa dapat lebih mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari karena siswa diharuskan untuk mengungkapkan pengalaman yang dialaminya dalam kehidupan sehari-sehari yang berhubungan dengan materi, sehingga hal tersebut dapat lebih membantu siswa dalam memahami materi matematika secara lebih mendalam dan jelas. 2) Siswa lebih cepat dalam menyelesaikan tugas dari guru 37

karena dikerjakan secara berkelompok. b. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence 1) Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence memerlukan waktu yang panjang karena tahapan-tahapan pembelajarannya cukup banyak. 2) Siswa cukup kesulitan dalam mengemukakan pengalamannya yang berkaitan dengan materi yang sedang didiskusikan. 2. Pembelajaran Menggunakan Kooperatif Tipe Team Quiz Pada awal pertemuan proses kegiatan pembelajaran di kelas Team Quiz, siswa dibagi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah materi yang terdapat pada pertemuan hari itu dan diberikan tanggung jawab untuk mencari dan memahami materinya sendiri yang kemudian materi akan disampaikan kepada kelompok lainnya. Pada proses pembelajaran yang terjadi belum mencapai nilai maksimal secara merata karena kemungkinan besar selama siswa belajar kelompok masih terjadi interaksi yang tidak diperlukan ketika pembelajaran berlangsung seperti mengobrol, tidak adanya rasa tanggung jawab yang merata terhadap materi yang diberikan oleh guru hanya siswa yang aktif yang bersemangat untuk mencari materi dan memperhatikan kelompok lain ketika sedang menerangkan materi di depan (lihat gambar 2). Gambar 2. Situasi kelas Team Quiz Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan kooperatif tipe Team Quiz, diantaranya: a. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan kooperatif tipe Team Quiz, maka pada saat pertama kali diperkenalkannya siswa masih sulit untuk mengikuti tahap-tahap pembelajaran dan siswa masih sulit untuk dikondisikan. b. Masih kurangya interaksi dan kerja sama antar siswa ketika diskusi kelompok berlangsung serta terdapat beberapa kelompok yang mengerjakan lembar kereja siswa 38

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016 untuk dalam kelompoknya hanya beberapa siswa, karena adanya kesenjangan dalam hubungan emosional siswa, sehingga anggota dalam kelompok tersebut tidak semuanya mengemukakan pendapatnya dengan baik. c. Ketika proses tanya jawab kelompok masih banyak siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam proses mengerjakan soal didepan masih banyaknya siswa yang masih ribut dengan tidak memmerhatikan kelompok yang sedang mengerjakan soal. Sehingga hal tersebut dapat mengurangikeoptimalan siswa dalam mengomunikasikan pendapatnya. d. Waktu yang tersedia tidak cukup dalam melaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz karena kecenderungan pembelajaran ini memiliki tahapan pembelajaran yang cukup banyak, sehingga terdapat beberapa tahapan dalam prsoes pembelajaran tersebut kurang terlaksana secara optimal. e. Masih kurangnya sarana yang menunjang terhadap keberlangsungan proses pembelajaran, sedangkan waktu yang tersedia terbatas dan kurang mencukupi. Sehingga hal tersebut dapat menghambat dalam melaksanakan tahapan pembelajaran. Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz yang dialami oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut: a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Quiz 1) Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dan rasa berkompetensi secara sehat. 2) Dapat meningkatkan keseriusan. 3) Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar. 4) Mengajak siswa untuk terlibat penuh. 5) Membangun kreatifitas diri. 6) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar. 7) Menambah semangat dan minat belajar siswa. b. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Quiz. 1) Cara menerangkan materi yang disampaikan oleh perwakilan kelompok yang hanya menerangkan materi secara lisan tapi tidak memahami apa yang dia terangkan pada kelompok lain. 2) Pembagian materi untuk setiap kelompok yang berbeda juga 39

membuat pemahaman materi hanya pada siswa-siswa pada kelompok tersebut. 3) Dalam sesi tanya jawab hanya siswa yang aktif dan bersemangat untuk memenangkan Quiz yang menjawab, siswa yang lain ada yang memperhatikan pertanyaan dari kelompok lain tapi tidak pernah mau menjawab karena takut salah dan ada juga yang memang tidak tau jawabannya karena tidak mendengarkan saat penyampaian materi oleh kelompok lain. 4) Pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain ada kalanya membuat pertanyaan yang keluar dari materi, sehingga disini perlunya tugas guru untuk mengontrol jalannya quiz. Disamping itu keributan dalam quiz menjadi kendala yang sangat berarti untuk guru. Sedangkan pada analisis yaitu berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa, respon dari siswa kelas Complete Sentence dan kelas Team Quiz sebagian besar berinterpretasi baik. Ini terlihat dari perhitungan angket degan menggunakan interpretasi skala likert, terlihat bahwa banyak siswa yang berinterpretasi baik terhadap matematika dengan menggunakan pembelajaran yang telah diberikan. Selain itu juga terlihat dari persentasi masing-masing pernyataan, baik yang bersifat positif. Siswa cenderung bersikap setuju terhadap pernyataan positif dan bersikap tidak setuju terhadap pernyataan negatif mengenai matematika dan pembelajarannya serta terhadap pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentence dan pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan, sehingga dapat ditarik simpulan bahwa: 1. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang Mendapatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Tipe Team Quiz. 2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Team Quiz berinterpretasi sedang. 3. Sikap siswa kelas VII-A sebagai kelas Complete Sentence terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran 40

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016 Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Team Quiz berinterpretasi baik. DAFTAR PUSTAKA Asmar, G. (2015). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Proses Pemecahan Masalah Matematis Antara Siswa Yang Mendapatkan Model Koopertif Tipe Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dengan Model Kooperatif Tipe Creative Problem Solving (CPS). Skripsi Pada Program Matematika STKIP Garut: tidak diterbitkan. Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : PT Grasindo. NCTM. (1996). Communicattion in Mathematics. K-12 and Byon, Virginia. NCTM. (2000). Principles and standards for teaching school mathematics. Reston, VA: Author. Silberman, M. (2007). Active Learning: 101 Strategi pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Slavin, R. E. (2009). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek. Jakarta: PT Indeks. Sundayana, R. (2012). Komputasi Data Statistika. Garut: STKIP Garut Press. Sundayana, R. (2013). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press. Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press. Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning :Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suprijono, A. (2014). Cooperative Learning :Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Umar, W. (2012). Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012. 41

42