BAB IV HASIL PENELITIAN. Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15

dokumen-dokumen yang mirip
Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

Etiology dan Faktor Resiko

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan cross sectional,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

HEPATITIS FUNGSI HATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II Tinjauan Pustaka

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?...

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU MENGENAI HIV / AIDS PADA SISWA SISWI KELAS DUA DAN TIGA SALAH SATU SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

HIV/AIDS Terhadap Konsekuensi Perilaku Seks Bebas (Study pada RSUD Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung 2013)

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

3. Lama bekerja sebagai PSK.Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting dalam. pelayanan kesehatan modern. Jika digunakan secara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

HIV/AIDS 1/1/2002. dr Rachmah Laksmi Ambardini dkk Tim Pengabdi UNY. Asia dan Pacific. Kumulatif kasus HIV sp Maret 2008.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

Firdaus, Faktor Risiko Kejadian HIV pada Komunitas LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki) Mitra Yayasan Lantera Minangkabau Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang

TREND DAN ISU PENULARAN HIV DI INDONESIA DAN DI LUAR NEGRI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut. menunjang dinamika dunia kesehatan.

Sugiarto Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Harapan Ibu Jambi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB 5 HASIL PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

Dedy Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

Survei Terpadu Biologi & Perilaku (STBP) di Populasi Umum di Tanah Papua Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Semarang (2005) menyebutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Aquired

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang. paling sering disebabkan oleh infeksi virus.

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

Oleh: Logan Cochrane

ANALISIS SPASIAL UNTUK PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT HIV DAN AIDS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014

Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC)

BAB I PENDAHULUAN. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2014).

BAB I PENDAHULUAN. MDGs atau Millenium Development Goals merupakan salah satu

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15 (50,0%) responden memiliki rentang usia 21-30 tahun, 9 (30,0%) dengan rentang usia 31-40 tahun, 4 (13,3%) dengan rentang usia 41-50 tahun, dan 2 (6,7%) dengan rentang usia 11-20 tahun. Keseluruhan responden memiliki rentang usia 19-49 tahun dengan rata-rata usia 30,5 tahun (standar deviasi 8,2) (Adriansyah, 2011). Seluruh responden dalam penelitian ini merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dan bekerja di sektor informal. Sebagian besar dari mereka (26/30, 86,7%) bertempat tinggal di Surakarta, sedangkan sisanya sejumlah 2 (6,7%) responden bertempat tinggal di Sukoharjo, 1 (3,3%) di Kartasura, dan 1 (3,3%) di Sragen. Sejumlah 9 (30,0%) responden memiliki status menikah, sedangkan 21 (70,0%) lainnya tidak menikah (Kusnadi, 2011). Hanya 1 (3,3%) responden yang memiliki pendidikan sampai tingkat sarjana, sejumlah 6 (20,0%) responden hanya sampai tingkat sekolah dasar (SD), 11 (36,7%) sampai tingkat sekolah menengah pertama (SMP), dan 12 (40,0%) sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA) (Kusnadi, 2011). Sejumlah 11 (36,7%) responden pernah melakukan pemeriksaan infeksi HIV, dan sejumlah 7 (23,3%) responden pernah melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual. Tetapi tidak ada responden yang pernah melakukan pemeriksaan hepatitis. Seluruh responden tidak memiliki riwayat pekerjaan yang kontak dengan darah, tertusuk jarum yang terkontaminasi, menerima transfusi darah, cuci darah, dan melakukan transplantasi organ (Adriansyah, 2011).

Sebagian besar responden (24/30, 80,0%) melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia 11-20 tahun, sejumlah 4 (13,2%) responden pada usia 21-30 tahun, 1 (3,3%) pada usia lebih dari 30 tahun, dan terdapat 1 (3,3%) responden yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia dibawah 10 tahun. Sejumlah 27 (90,0%) responden berorientasi biseksual, sedangkan 3 (10,0%) responden berorientasi seksual sejenis. Aktivitas seksual berisiko berupa seks vaginal, seks anal, dan seks oral dilakukan oleh 20 (66,7%) responden. Sementara 5 (16,7%) responden hanya melakukan seks anal dan seks oral, tanpa pernah melakukan seks vaginal. Terdapat 4 (13,3%) responden yang tidak pernah melakukan seks anal, dan 1 (3,3%) responden yang tidak pernah melakukan seks oral (Adriansyah, 2011). Seluruh responden melakukan hubungan seksual lebih dari sekali dalam sepekan. Tidak semua responden menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Sejumlah 12 (40,0%) responden mengaku tidak pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks vaginal, sedangkan 18 (60,0%) lainnya mengaku pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks vaginal tetapi tidak selalu. Sementara itu, sejumlah 8 (26,7%) responden mengaku tidak pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks anal, dan 22 (73,3%) lainnya mengaku pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks anal tetapi tidak selalu. Terdapat 6 (20,0%) responden yang mengaku tidak pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual baik secara vaginal maupun anal. Hanya terdapat 1 (3,3%) responden yang memiliki riwayat menggunakan narkoba dengan jarum suntik. Sejumlah 9 (30,0%) responden memiliki tato, dan 11 (36,7%) responden memiliki tindik. Terdapat 4 (13,3%) responden yang memiliki tato dan tindik. Dari 16 (53,33%) responden yang memiliki tato atau tindik, sejumlah 5 (5/16, 31,2%) responden menggunakan jarum yang dipakai secara bergantian dan sisanya (11/16, 68,7%) tidak menggunakan jarum yang dipakai secara bergantian (Adriansyah, 2011).

Berdasarkan hasil deteksi molekuler TTV dengan metode nested PCR dari sampel darah responden, diketahui bahwa 7 (23,3%) responden positif terinfeksi TTV dan 23 (76,7%) responden lainnya tidak terinfeksi TTV. Pada responden dengan riwayat melakukan seks vaginal tanpa kondom, sejumlah 5 (5/18, 27,8%) responden terinfeksi TTV. Sedangkan 4 (4/22, 18,2%) responden dengan riwayat melakukan seks anal tanpa kondom terinfeksi TTV. Sejumlah 2 (2/9, 22,2%) responden yang memiliki tato dan 5 (5/11, 45,5%) responden yang memiliki tindik terdeteksi mengalami infeksi TTV. Sementara itu, satu-satunya responden dengan riwayat menggunakan narkoba suntik terinfeksi oleh TTV. Visualisasi hasil pemeriksaan infeksi TTV dengan metode nested PCR dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1. Hasil PCR Pemeriksaan Infeksi TTV. Keterangan : 1 = Loading Quick ФX174/HaeIII 72-1353bp; 2 = sampel 1 TTV positif; 3 = sampel 2 TTV positif; 4 = sampel 3 TTV positif; 5 = sampel 4 TTV positif; 6 = sampel 5 TTV positif; 7 = sampel 6 TTV positif; 8 = sampel 7 TTV positif.

Sejumlah 5 (5/7, 71,4%) responden dengan infeksi TTV memiliki riwayat melakukan seks vaginal tanpa kondom, dan 4 (4/7, 57,1%) responden dengan infeksi TTV memiliki riwayat melakukan seks anal tanpa kondom. Sedangkan 5 (5/7, 71,4%) responden dengan infeksi TTV memiliki tindik, dan 2 (2/7, 28,6%) responden dengan infeksi TTV memiliki tato (Tabel 4.1.). Tabel 4.1. Hasil Deteksi Molekuler TTV dan Faktor Risiko Penularan TTV pada Responden Penelitian. Infeksi TTV Faktor Risiko Positif Negatif Jumlah N % N % N % 7 23,3 23 76,7 30 100,0 Seks Vaginal Pernah 5 71,4 13 56,5 18 60,0 2 28,6 10 43,5 12 40,0 Seks Anal Pernah 4 57,1 18 78,3 22 73,3 3 42,9 5 21,7 8 26,7 IDU Pernah 1 14,3 0 0,0 1 3,3 Tato Pernah Tindik Pernah 6 2 5 5 2 85,7 28,6 71,4 71,4 28,6 23 7 16 6 17 100,0 30,4 69,6 26,1 73,9 29 9 21 11 19 96,7 30,0 70,0 36,7 63,3 Keterangan : N = jumlah responden; % = persentase; Seks vaginal = menggunakan kondom saat melakukan seks vaginal; Seks anal = menggunakan kondom saat melakukan seks anal; IDU = injecting drug user, pengguna narkoba suntik. Hasil uji Chi square, menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p < 0,050) antara infeksi TTV dengan riwayat melakukan tindik. Tetapi tidak terdapat hubungan (p > 0,050) antara infeksi TTV dengan riwayat melakukan seks vaginal tanpa kondom, riwayat melakukan seks anal tanpa kondom, riwayat pengguna narkoba suntik, serta riwayat memiliki tato. Sementara, responden dengan riwayat tindik dan riwayat melakukan seks vaginal tanpa

kondom memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami infeksi TTV (Odd Ratio [OR] > 1) (Tabel 4.2.). Tabel 4.2. Hasil Uji Chi square Infeksi TTV dengan Faktor Risiko Penularan TTV. Faktor Risiko P OR (95% CI) Seks Vaginal tanpa Kondom 0,481 1,923 (0,307-12,053) Seks Anal tanpa Kondom 0,269 0,370 (0,062-2,230) Pengguna Narkoba Suntik* 0,065 - Tato 0,925 0,914 (0,142-5,902) Tindik 0,029 7,083 (1,075-46,678) Keterangan : p = nilai probabilitas; OR = Odd Ratio; CI = Confidence Interval; * = OR tidak dapat dihitung. Berdasarkan data penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa sejumlah 3 (3/30, 10,0%) responden terinfeksi HIV (Adriansyah, 2011) dan sejumlah 7 (7/30, 23,3%) responden terinfeksi HCV (Kusnadi, 2011). Hasil deteksi molekuler TTV dari penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah 2 (2/3, 66,7%) responden yang terinfeksi oleh HIV juga terinfeksi oleh TTV dan sejumlah 2 (2/7, 28,6%) responden yang terinfeksi oleh HCV juga terinfeksi oleh TTV. Uji Chi Square hubungan antara infeksi TTV dengan infeksi HIV, didapatkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p yaitu 0,128 (OR = 8,800; 95% CI : 0,661-117,234). Sementara uji Chi Square hubungan antara infeksi TTV dengan infeksi HCV juga didapatkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p yaitu 0,708 (OR = 1,440; 95% CI : 0,212-9,782). Responden dengan infeksi HIV dan HCV memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami infeksi TTV (OR > 1).