KARAKTERISTIK PENDERITA SIROSIS HATI RAWAT INAP DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL

GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BUKIT BARISAN MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN SKRIPSI.

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Dengan Komplikasi Yang Di Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Tahun Abstract

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014

LAMPIRAN TREND (KECENDERUNGAN) Tahun Kode Tahun (X) Y XY X

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : NENNY TRIPENA NIM.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RS St. ELISABETH MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI

Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares) Jumlah Penderita Leukemia Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER Oleh: RONY SIBUEA

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN TAHUN SKRIPSI.

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

Umur kelompok. Valid < 45 tahun tahun >65 tahun Total

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : SUCI HERAYANI HRP NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

KARAKTERISTIK PENDERITA CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DARAT RAWAT INAP DI RSUD DR. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) YANG RAWAT INAP DI RSUD LUBUK PAKAM TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh : KHOIRUN TAMIMI HSB NIM.

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

KARAKTERISTIK PENDERITA TIFUS ABDOMINALIS DENGAN PEMERIKSAAN TEST WIDAL RAWAT INAP DI RSU. Dr. F.L.TOBING SIBOLGA JANUARI JULI 2012.

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE ISKEMIK DENGAN INFARK RAWAT INAP DI RSUP HAJI ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN 2012

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PENDERITA SIROSIS HATI RAWAT INAP DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010-2011 Stiphany 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2. Dosen Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Liver cirrhosis is one of the diseases found throughout the country. In the world (2004) liver cirrhosis was ranked eigthth leading cause of death with prevalence 1,3%. In Indonesia (2004) liver cirrhosis ASDR reached 13.9 per 100,000 population. This research is to know the characteristics of inpatient care in hospital Dr. Pirngadi Medan in 2010-2011, with descriptive case series design. Total population are 103 people and sample are all patients liver cirrhosis who are hospitalized of 103 people (total sampling). Patients with the highest proportion in the age group 49-55 years (28.2%), male gender (68.9%), Islam (64.1%), Batak tribe (57.3%), high school education (67%), job self-employed (40.8%), residence / place of origin of Medan (59.2%), abdominal bloating (44.7%), classification dekompesanta cirrhosis (95.1%), history of previous illness that other liver diseases (25.2%), complication status are no complications (52.4%), type of complication is esophageal varices and bleeding (55.1%), the source of the cost is Askes (41.7%), length of treatment on average 9.31 days and coming home is the home state of ambulatory (72.8%). From the statistic analysis, there were no significant differences between the sexes based on classification of cirrhosis (p=0,627), and length of treatment on average with this type of complication (p=0,373). There are significant differences between the average treatment time is based on sources of cost (p=0,016), maintainability and long on average based on the state of coming home (p=0,000). Recommended to the Hospital Dr.Pirngadi Medan to provide more intensive treatment for patients with liver cirrhosis, especially with complications. Keywords: Liver Cirrhosis, The Characteristic of Patients PENDAHULUAN Salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi permasalahan di Indonesia adalah penyakit hati. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat, secara umum mempunyai urutan sebagai berikut : hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari penyakit hati menahun. 1 Data WHO (2004), di dunia prevalensi sirosis hati 1,3% dan penyakit ini menduduki peringkat delapan belas penyebab kematian dengan jumlah kematian 800.000 kasus. 2 Di Amerika Serikat pada tahun 2009, penyakit hati

kronik dan sirosis hati menempati peringkat kedua belas penyebab kematian dengan jumlah kasus 30.444 dan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 9,9 per 100.000 penduduk. 3 Di Australia tahun 2007 prevalensi sirosis hati 2% dan di Jepang prevalensi sirosis hati 2,7%. 4 Di negara barat, penyebab utama sirosis hati adalah konsumsi alkohol. Sirosis akibat alkohol paling sering ditemui di Amerika Utara, Eropa Barat dan Amerika Selatan. Menurut Mezey (2004) diperkirakan 75% dari populasi di Amerika Serikat menggunakan alkohol dan diperkirakan 100.000 orang meninggal karena kecanduan alkohol setiap tahunnya dan hampir 20% dari kematian tersebut diakibatkan oleh sirosis hati. 5 Data WHO (2004), ASDR (Age Standardized Death Rates) sirosis hati di Indonesia mencapai 13,9 per 100.000 penduduk. 6 Berdasarkan data distribusi penyakit saluran cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit di seluruh rumah sakit Indonesia tahun 2005 terdapat 12.545 pasien sirosis hati yang telah dirawat inap dengan CFR sebesar 10,94%. 7 Berdasarkan profil kesehatan DIY, tahun 2004 sirosis hati masuk dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan prevalensi 1,87%. 8 Penelitian Karina (2007) di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2002-2006 terdapat 637 penderita sirosis hati dengan angka kematian 9,7%. 9 Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa 40-50% penyebab sirosis hati adalah virus hepatitis B, 30-40% disebabkan oleh virus hepatitis C dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui sedangkan alkohol sebagai penyebab sirosis hati di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali karena belum ada datanya. 10 Data WHO (2002) melaporkan, sekitar 400 juta orang di dunia telah terinfeksi virus hepatitis B kronik aktif dan akan berkembang menjadi sirosis hati dan jika tanpa perawatan sekitar 15% pasien sirosis hati akan meninggal dalam lima tahun. 11 Survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode tahun 2010-2011 tercatat 103 penderita sirosis hati yang rawat inap. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, daerah asal), keadaan utama sewaktu datang, klasifikasi sirosis, riwayat penyakit terdahulu, status komplikasi, jenis komplikasi, sumber biaya, lama rawatan rata-rata, keadaan sewaktu pulang, distribusi jenis kelamin berdasarkan keadaan sewaktu pulang, lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi, lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya, lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Manfaat penelitian ini sebagai informasi dan bahan masukan bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam perawatan dan pengobatan bagi penderita sirosis hati, menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang sirosis hati, dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama yang berhubungan dengan penyakit sirosis hati. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain case series. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr.

Pirngadi Medan pada bulan Juni-Juli 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari tahun 2010-2011 yang berjumlah 103 penderita. Sampel berjumlah 103 penderita atau sama dengan jumlah populasi (total sampling). Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil pencatatan pada kartu status penderita sirosis hati yang terdapat pada rekam medis. Pengolahan dan analisis data menggunakan program SPSS (Statistical Product and Services Solution) dengan menggunakan uji chi square, Exact Fisher, uji Mann Whitney dan uji Kruskal Wallis. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sosiodemografi Penderita Tabel 1. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Kelompok Umur No Umur (tahun) 1 28-34 5 4,9 2 35-41 15 14,6 3 42-48 6 5,8 4 49-55 29 28,2 5 56-62 17 16,5 6 63-69 21 20,4 7 70-76 6 5,8 8 77-83 4 3,8 Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa berdasarkan umur yaitu pada kelompok umur 49-55 sebesar 28,2% dan proporsi yang terendah pada kelompok umur 77-83 tahun sebesar 3,8%. Hal ini terjadi karena sirosis hati merupakan penyakit hati kronik yang akan muncul seiring bertambahnya usia. Gejala dan tanda penyakit ini baru akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah penderita terpapar faktor risiko dalam waktu yang lama ataupun pernah mengalami penyakit hati lain seperti hepatitis B. Penderita yang sudah terkena sirosis hati berat jika tanpa perawatan sekitar 15% pasien sirosis hati akan meninggal dalam lima tahun. 11 Tabel 2. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin 1. Laki-laki 71 68,9 2. Perempuan 32 31,1 Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebesar 68,9% dan proporsi yang terendah adalah perempuan sebesar 31,1%. Laki-laki lebih banyak menderita sirosis hati kemungkinan karena laki-laki adalah kepala rumah tangga yang harus bekerja lebih keras tanpa memperhatikan kemampuan fisik dan mentalnya sehingga lebih mudah terkena penyakit. Selain itu juga dapat dikaitkan dengan kebiasaan laki-laki yang sering mengonsumsi alkohol dimana alkohol merupakan salah satu penyebab terjadinya sirosis hati. 9 Tabel 3. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Agama No Agama 1. Islam 66 64,1 2. Kristen Protestan 44 33,0 3. Kristen Katolik 3 2,9 Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa berdasarkan agama adalah agama Islam sebesar 64,1% dan proporsi terendah adalah Kristen Katolik 2,9%. Hal ini bukan berarti penderita yang beragama Islam lebih beresiko terkena sirosis hati, namun hanya menunjukkan bahwa masyarakat yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Medan mayoritas beragama Islam.

Tabel 4. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Suku Bangsa No Suku bangsa 1. Batak 59 57,3 2. Jawa 25 24,3 3. Melayu 10 9,7 4. Minang 7 6,8 5. Aceh 2 1,9 Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa berdasarkan suku adalah suku Batak sebesar 57,3% dan proporsi terendah adalah suku Aceh sebesar 1,9%. Hal ini bukan berarti bahwa suku Batak lebih beresiko menderita sirosis hati tetapi hanya menunjukkan penderita yang datang berobat ke RSUD Dr. Pirngadi Medan paling banyak adalah suku Batak. Pada penelitian ini suku Batak adalah penggabungan dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan Batak Mandailing. Tabel 5. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan 1. SD 15 14,5 2. SLTP 12 11,7 3. SLTA 69 67,0 4. Akademi/PT 7 6,8 Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa berdasarkan pendidikan adalah SLTA sebesar 67% dan proporsi terendah adalah Akademi/Perguruan Tinggi sebesar 6,8%. Hal ini bukan berarti bahwa yang berpendidikan SLTA lebih berisiko terkena sirosis hati. Namun hanya menunjukkan bahwa penderita yang datang berobat ke RSUD Dr. Pirngadi Medan mayoritas berpendidikan SMA. Tabel 6. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan 1. PNS/TNI/Polri/ 33 32,0 Pensiunan 2. Pegawai Swasta 4 3,9 3. Wiraswasta 42 40,8 4. Ibu Rumah Tangga 22 21,4 5. Petani 2 1,9 Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa berdasarkan pekerjaan adalah wiraswasta sebesar 40,8% dan proporsi terendah adalah petani sebesar 1,9%. Kemungkinan banyaknya penderita yang bekerja sebagai wiraswasta dikarenakan hubungannya dengan tingkat pendidikan dimana penderita banyak yang pendidikannya SLTA sehingga banyak yang bekerja sebagai wiraswasta. Tabel 7. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Tempat Tinggal No Tempat Tinggal 1. Kota Medan 61 59,2 2. Luar Kota Medan 42 40,8 Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa berdasarkan tempat tinggal/daerah asal adalah yang berasal dari kota Medan sebesar 59,2% dan proporsi terendah adalah yang berasal dari luar kota Medan sebesar 40,8%. Hal ini disebabkan karena RSUD Dr.Pirngadi ini berada di kota Medan sehingga pengunjung yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan. Juga dikarenakan RSUD Dr.Pirngadi merupakan rumah sakit rujukan yang menerima pasien dari rumah sakit lain di kota Medan dan di luar kota Medan. Penderita yang tinggal di luar kota Medan berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Sibolga, Rantau Prapat, Kabanjahe, dan Siantar.

2. Keluhan Utama Sewaktu Datang Tabel 8. Ditribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama Sewaktu Datang N Keluhan Utama o Sewaktu Datang 1. Perut membesar 46 44,7 2. Nyeri perut kanan 19 18,4 atas 3. Ikhterus(mata dan 10 9,7 kulit kuning) 10 9,7 5. BAB hitam dan 8 7,8 berdarah 6. Mual dan muntah 8 7,8 darah 7. Penurunan 2 1,9 kesadaran 4. Sesak nafas dan demam Pada tabel 8, dapat dilihat bahwa berdasarkan keluhan utama sewaktu datang adalah perut membesar sebesar 44,7% dan proporsi terendah adalah penurunan kesadaran sebesar 1,9%. Perut semakin membesar karena penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut. Ketika fungsi hati menurun maka lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Hal ini menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat. 11 3. Klasifikasi Sirosis Tabel 9. Disrtibusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis No Klasifikasi Sirosis 1 Kompesanta 5 4,9 2 Dekompesanta 98 95,1 berdasarkan klasifikasi sirosis adalah sirosis dekompesanta sebesar 95,1% dan proporsi terendah adalah sirosis kompesanta sebesar 4,9%. Penderita dengan klasifikasi sirosis dekompesanta lebih banyak dimungkinkan karena penderita sudah merasakan gejala dan tanda penyakit sehingga memeriksakan penyakitnya ke rumah sakit. Ada juga penderita yang memang sudah pernah didiagnosis terkena penyakit sirosis sehingga berobat kembali ke rumah sakit. Sedangkan penderita dengan sirosis kompesanta datang ke rumah sakit untuk memeriksakan penyakit lain yang diderita dan setelah diperiksa baru diketahui terkena sirosis hati. 4. Riwayat Penyakit Terdahulu Tabel 10. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu N o Riwayat Penyakit Terdahulu 1. Hepatitis B 13 12,6 2. Hepatitis C 2 1,9 3. Penyakit hati lainnya 25 24,3 4. Tidak Ada/Tidak tercatat 63 61,2 Pada tabel 10, dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit hati lainnya sebesar 25,2% dan proporsi terendah adalah hepatitis C sebesar 1,9%. Penyakit hati lainnya yang pernah diderita adalah liver abses, sakit kuning (ikterus), dan sirosis hati. Ada 4 orang penderita yang sudah pernah dirawat sebelumnya dengan diagnosis sirosis hati. Pada tabel 9, dapat dilihat bahwa

5. Status Komplikasi Tabel 11. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi No Status Komplikasi 1 Ada 49 47,6 2 Tidak Ada 54 52,4 Pada tabel 11, dapat dilihat bahwa berdasarkan status komplikasi adalah tidak ada terjadi komplikasi sebesar 52,4% dan proporsi terendah adalah ada komplikasi sebesar 47,6%. Tidak adanya komplikasi kemungkinan dikarenakan pada saat dibawa ke rumah sakit penderita belum mengalami sirosis hati yang berat sehingga bisa segera mendapat penanganan. 6. Komplikasi Yang Diderita Tabel 12. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi N o Komplikasi 1. Varises Esophagus dan Perdarahan 27 55,1 2. Hepatoma 11 22,4 3. Ensefalopati Hepatikum 9 18,4 4. Peritonitis Bakterial Spontan 2 4,1 Total 49 100 Pada tabel 12, dapat dilihat bahwa dari 49 orang yang mengalami komplikasi, proporsi tertinggi adalah varises esophagus dan perdarahan sebesar 55,1%. Diikuti dengan hapatoma sebesar 22,4%, ensefalopati hepatikum sebesar 18,4% dan proporsi terendah adalah peritonitis bakterial spontan 4,1%. Pada sirosis hati jaringan parut menghalangi aliran darah dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal). Akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih bawah akan mengembang (varises esophagus). Lebih tinggi tekanan portal, lebih besar varisesvarises dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari varises-varises kedalam kerongkongan. Perdarahan masif dapat mengancam nyawa penderita karena menyebabkan syok hemoragik dan anemia berat sehingga menjadi keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani. 12 7. Sumber Biaya Tabel 13. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sumber Biaya N o Sumber Biaya 1. Umum/Biaya Sendiri 22 21,4 2. Askes 43 41,7 3. Jamkesmas 12 11,7 4. Medan Sehat 17 16,5 5. Pemprovsu 9 8,7 Pada tabel 13, dapat dilihat bahwa berdasarkan sumber biaya adalah Askes sebesar 41,7% dan proporsi terendah adalah pemprovsu sebesar 8,7%. Hal ini dapat dikarenakan RSUD. Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit rujukan bagi pasien yang menggunakan Asuransi Kesehatan (Askes). 8. Lama Rawatan Rata-rata Tabel 14. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Lama Rawatan Rata-rata (hari) Mean 9,31 Standar Deviasi (SD) 5,563 95% CI 8,22-10,40 Minimum 1 Maksimum 30 Pada tabel 14, dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati adalah 9,31 hari (9 hari) dengan

Standar Deviasi 5,563. Lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 30 hari. 9. Keadaan Sewaktu Pulang Tabel 15. Ditribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang N Keadaan Sewaktu o Pulang 1. Pulang berobat jalan 75 72,8 2. Pulang atas 17 16,5 permintaan sendiri 3. Meninggal 11 10,7 Pada tabel 15, dapat dilihat bahwa berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan sebesar 72,8% dan proporsi terendah adalah meninggal sebesar 10,7%. Penderita yang meninggal diakibatkan pada saat dibawa ke rumah sakit sudah mengalami sirosis hati yang berat sehingga terlambat mendapat pengobatan. Terjadinya komplikasi juga dapat memperberat keadaan penderita sehingga penderita meninggal. Penyebab kematian terbanyak adalah komplikasi enselopati hepatikum diakibatkan keadaan penderita yang sudah parah (koma) dan penderita sudah mengalami kegagalan fungsi hati yang berat. Analisis Statistik 1. Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Pada tabel 16 dapat dilihat bahwa dari penderita yang sirosis dekompesanta, proporsi penderita berjenis kelamin lakilaki sebanyak 69,4% dan yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 30,6%. Dari penderita yang sirosis kompesanta, proporsi penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60% dan perempuan sebanyak 40%. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher didapat nilai p > 0,05 (p=0,627). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan klasifikasi sirosis. 2. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Komplikasi Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa yang mengalami komplikasi varises esophagus dan perdarahan, lama rawatan rata-rata 11,41 hari. Penderita dengan komplikasi hepatoma, lama rawatan ratarata 10 hari. Penderita dengan komplikasi ensefalopati hepatikum, lama rawatan ratarata 8,33 hari. Penderita dengan komplikasi peritonitis bakterial spontan, lama rawatan rata-rata 8 hari. Hasil uji Kruskal Wallis didapat nilai p > 0,05 (p=0,373). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan ratarata dengan jenis komplikasi. 3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa penderita dengan sumber biaya bukan biaya sendiri, lama rawatan rata-rata 9,96 hari. Penderita dengan sumber biaya umum/biaya sendiri, lama rawatan ratarata 6,91 hari. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,016). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya. Penderita yang sumber biayanya bukan biaya sendiri lebih lama dirawat dimungkinkan karena mereka tidak dibebankan dalam hal biaya perawatan karena adanya jaminan kesehatan dari pemerintah berupa Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pemprovsu. Sedangkan penderita yang biaya sendiri/umum lama rawatan lebih singkat karena mereka harus membayar biaya perawatan sendiri.

Tabel 16. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Jenis Kelamin No Klasifikasi Sirosis Laki-laki Perempuan Total 1 Kompesanta 3 60 2 40 5 100 2 Dekompe-santa 68 69,4 30 30,6 98 100 χ2 = 0,196 df = 1 p = 0,645 Tabel 17. Lama Rawatan Rata-rata Pederita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi No Jenis Komplikasi Lama Rawatan Rata-rata (Hari) N Mean SD 1 Varises Esophagus dan Perdarahan 27 11,41 5,29 2 Hepatoma 11 10,00 4,60 3 Ensefalopati Hepatikum 9 8,33 5,87 4 Peritonitis Bakterial Spontan 2 8,00 5,66 p= 0,373 Tabel 18. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sumber Biaya No Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata (Hari) N Mean SD 1 Umum / Biaya Sendiri 22 6,91 4,740 2 Bukan Biaya Sendiri 81 9,96 5,616 p= 0,016 4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarka Jenis Komplikasi Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa penderita yang pulang berobat jalan, lama rawatan rata-rata 10,35 hari. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri, lama rawatan rata-rata 8,06 hari. Penderita yang meninggal, lama rawatan rata-rata 4,18 hari. Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang. Penderita yang meninggal lama rawatan rata-rata lebih singkat kemungkinan karena terlambatnya diberi pertolongan dan adanya komplikasi yang dialami penderita sehingga memperberat penyakit ini. Tabel 20. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang No Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-rata (Hari) f Mean SD 1 Pulang Berobat Jalan (PBJ) 75 10,35 5,182 2 Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 17 8,06 6,319 3 Meninggal 11 4,18 3,656

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Distribusi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 49-55 tahun (28,2%), jenis kelamin laki-laki (68,9%), agama Islam (64,1%), suku Batak (57,3%), pendidikan SLTA (67%), pekerjaan wiraswasta (40,8%), tenpat tinggal/daerah asal kota Medan (59,2%). 2. Penderita sirosis hati dengan proporsi tertinggi adalah keluhan utama perut membesar (44,7%), klasifikasi sirosis dekompesanta (95,1%), riwayat penyakit terdahulu yaitu penyakit hati lainnya (25,2%), status komplikasi adalah tidak ada komplikasi (52,4%), jenis komplikasi varises esophagus dan perdarahan (55,1%), sumber biaya Askes (41,7%), lama rawatan rata-rata 9,31 hari, keadaan sewaktu pulang pulang berobat jalan (72,8%). 3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan klasifikasi sirosis (p=0,627) dan antara lama rawatan rata-rata dengan jenis komplikasi (p=0,373). Terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan ratarata berdasarkan sumber biaya (p=0,016) dan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,000). Saran 1. Kepada pihak rumah sakit diharapkan dapat memberikan penanganan yang lebih intensif kepada penderita sirosis hati terutama yang mengalami komplikasi. 2. Kepada penderita sirosis hati agar menghindari hal-hal yang dapat memperberat kerja hati, istirahat yang cukup serta mengonsumsi makanan yang bergizi DAFTAR PUSTAKA 1. Hadi, S., 2000. Diagnosis Ultrasonik Pada Sirosis Hati. Dalam : Hepatologi. Penerbit Mandar Maju, Jakarta 2. WHO., 2008. The Global Burden of Disease 2004. http://www.who.int. Diakses 23 Februari 2012. 3. Kochanek, K., 2011. Deaths: Preliminary Data for 2009. National Vital Statistics Reports : Volume 59, Number 4, 16 March 2011. 4. Farrell, G., 2008. Cirrhosis in Asians: Less Common Than In Europeans. Journal of Gastroenterology and Hepatology, Volume 23, Issue 4. http://onlinelibrary.wiley.com. 5. Menzey, S., 2004. Alcoholic Liver Disease. United States http://www.digestivediseaselibra ry.html. Diakses 23 Febuari 2012 6. WHO., 2011. Age Standardized Death Rates, Liver cirrhosis. http://apps.who.int/ghodata. Diakses 22 Maret 2012. 7. Ditjen Yanmedik., 2007. Distribusi Penyakit Saluran Cerna Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia Tahun 2005. http://www.yanmedikdepkes.net/statistik_rs_2006 8. Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta., 2009. Profil Kesehatan Provinsi DIY 2008. Yogyakarta 9. Karina., 2007. Faktor Risiko Kematian Penderita Sirosis Hati Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2002-2006. Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

10. Nurdjanah, S., 2006. Sirosis Hati. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta 11. WHO., 2010. Hepatitis B and HIV Coinfection Clinical Protocol. http://www.who.int. Diakses 24 Febuari 2012. 12. Sutadi, S., 2003. Sirosis Hepatitis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.