BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA DI POLRES BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVER FAKULTAS HUKUM TINDAK SKRIPSI. Sarjana Hukum

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SANKSI PIDANA ADAT TERHADAP PENCURIAN TERNAK PADA MASYARAKAT DI DESA LAGAN KECAMATAN TALANG EMPAT

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, (2008), Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet. Ke- I, Jakarta: Prenada Media Group.

BAB III PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Proses pengambilan sidik jari dalam suatu perkara pidana adalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT PEMBERIAN REMISI. A. Sulit mendapatkan Justice Collaborator (JC)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

DAFTAR PUSTAKA. A. Abidin, Farid, Zainal, 1995, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika.

PENULISAN HUKUM. Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan hukum dalam rangka

I. PENDAHULUAN. ini dibutuhkan agar masyarakat memiliki kesadaran agar tertib dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PENANGANAN KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. (Studi Di Wilayah Hukum Polres Jombang)

DAFTAR PUSTAKA. Grafika, Jakarta Grafika, Anton M.Moelijono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998

DAFTAR PUSTAKA. (jilid 1), Penerbit PT.Prestasi pustakaraya, Jakarta, Ismu Gunadi W, Jonaedi Efendi, Yahman, Cepat & mudah memahami Hukum

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal tersebut ditegaskan di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo Persada

PENULISAN HUKUM PELAKSANAAN ASAS CEPAT, SEDERHANA DAN BIAYA RINGAN DALAM PROSES PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN PERKARA PEMALSUAN IDENTITAS KARTU KELUARGA

AKIBAT HUKUM PENGHENTIAN PENYIDIKAN PERKARA PIDAN DAN PERMASALAHANNYA DALAM PRAKTIK

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

BAB IV. Upaya Yang Dilakukan Aparat Penegak Hukum Untuk. Menanggulangi Perbuatan Masyarakat Yang Main Hakim

DAFTAR KEPUSTAKAAN., Hukum Acara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2010;, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2004;

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PELEDAKAN BOM IKAN

PENULISAN HUKUM ANALISIS PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DITINJAU DARI UU NO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Informasi

UPAYA PENYIDIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DALAM LINGKUNGAN KELUARGA (Studi di Wilayah Hukum Polresta Malang)

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Wahid Dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), PT Refika Aditama, Bandung, 2005

BAB IV PENUTUP. 1. Peranan Polisi Militer Angkatan Darat dalam menanggulangi tindak pidana

BAB I PENDAHULUAN. terdapat strukur sosial yang berbentuk kelas-kelas sosial. 1 Perubahan sosial

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI MEDIASI PENAL SEBAGAI PERWUJUDAN RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Terhadap antinomi peraturan perundang-undangan berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

TESIS Usulan Penelitian untuk Tesis Sarjana S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, A. Zainal, 2007, Hukum PidanaI, Sinar Grafika, Jakarta. Alam, A.S, 2010, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Books,

PROSPEKRIF PENEGAKAN HUKUM BERDASARKAN PENDEKATAN KEADILAN RESTORATIF DENGAN INDIKATOR YANG DAPAT TERUKUR MANFAATNYA BAGI MASYARAKAT

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG)

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PERKOSAAN INCEST YANG DILAKUKAN PELAKU YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN KELUARGA PENULISAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB IV HAMBATAN PENERAPAN PUTUSAN MUSYAWARAH MUFAKAT RAJO PENGHULU TERHADAP PELANGGARAN KESUSILAAN DI KOTA BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki hak serta kewajiban yang harus dilindungi dari segala

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

PEMBERIAN SURAT TANDA PENERIMAAN LAPORAN OLEH PIHAK KEPOLISIAN KEPADA PIHAK PELAPOR. (Studi di Polres Kota Batu) PENULISAN HUKUM

BAB III PENUTUP. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: massa untuk menghindari labelisasi. dari permasalahan yang dialaminya.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

ANALISIS PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MELALUI PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION. Oleh : Meylan M.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena itu di

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN KETERTIBAN UMUM KAITANNYA DENGAN MARAKNYA PENGGUNAAN BUNGA API DAN PETASAN (Studi di Polres Malang Kota)

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Sanusi, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum. Indonesia, Tarsito, Bandung, 1991.

PROSES PENYITAAN BARANG BUKTI DALAM PERKARA PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

PENULISAN HUKUM. Oleh : EMILLIA CITRA LESTARI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

BAB III PENUTUP. 1. Akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana terorisme antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat yang tidak terlepas dari norma-norma yang berlaku di dalam

III. METODE PENELITIAN

DISKRESI KEPOLISIAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN MOTOR (STUDI KASUS DI KANTOR SAT RESKRIM POLRES PROBOLINGGO KOTA) PENULISAN HUKUM

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

BAB IV. Hambatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Pengawas Obat dan Makanan. Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Peredaran Kosmetik Ilegal Di Kota

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, PT Raja Grafido Persada, Jakarta.

Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013

PENYIDIKAN TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA MENURUT PP Nomor 3 Tahun 2003 (Studi di Polres Batu) PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK KEBEBASAN BAGI TERSANGKA DALAM MEMBERIKAN KETERANGAN KEPADA APARAT PENYIDIK MENURUT PASAL 52 DAN 117 KUHAP

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia memperluas fungsi dan tugas kepolisian yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA YANG TERJADI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BERSERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma.

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

V. PENUTUP. 1. Penyebab timbulnya kejahatan penistaan agama didasari oleh faktor; Pertama,

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

Transkripsi:

53 BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA DI POLRES BENGKULU A. Faktor Penghambat Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian Dalam Keluarga Di Polres Bengkulu Berdasarkan hasil wawancara di Polres Bengkulu diperoleh keterangan bahwa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu :. 1. Menurut Responden Penyidik Pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu a. Menurut Bripka M.Zainur Kosim selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu yang menjadi faktor penghambat dalam penyelesaian tindak pidan pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu susahnya memberikan arahan kepada pihak korban pencurian dalam keluarga agar menyelesaikan perkara pencurian tersebut di kepolisian saja karena adanya korban yang sering bersikeras untuk melanjutkan ke Pengadilan. Setelah polisi memberikan masukan dan memberikan penjelasan yang banyak mengenai akibat-akibat yang diterima korban jika tetap ingin dilanjutkan ke Pengadilan seperti terjadi perpecahan di dalam

54 keluarga dan menimbulkan dendam yang mendalam dalam satu keluarga, yang pada akhirnya pihak korban sepakat untuk menyelesaikannya dengan mediasi. 65 b. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bripka Bambang Harianto sebagai penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu bahwa faktor penghambat dari penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu pihak polisi kesulitan dalam hal memberikan arahan kepada korban pencurian dalam keluarga yang menginginkan kasus pencurian dalam keluarga tersebut diteruskan ke Pengadilan. Pihak polisi harus memberikan penjelasan yang banyak kepada korban yang supaya korban menyelesaikan kasus tersebut di kepolisian saja karena kasus tersebut dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. 66 c. Menurut Brigadir Sudiro sebagai penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu yang merupakan faktor penghambat penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga yaitu kesulitan pihak polisi dalam hal memberikan arahan kepada korban pencurian dalam keluarga untuk diselesaikan dengan musyawarah di kepolisian, sehingga memakan waktu yang lama dan penjelasan yang 65 Wawancara dengan Bripka M.zainur Kosim selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu, di Polres Bengkulu, tanggal 7 Februari 2014. 66 Wawancara dengan Bripka Bambang Harianto selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu, di Polres Bengkulu, tanggal 7 Februari 2014

55 panjang untuk korban menyelesaikan kasus pecurian dalam keluarga tersebut di kepolisian saja. 67 Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga yaitu kesulitan pihak polisi dalam memberikan arahan kepada pihak korban agar menyelesaikan perkara pencurian dalam keluarga tersebut secara mediasi saja di Polres Bengkulu. B. Faktor Pendukung Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian Dalam Keluarga Di Polres Bengkulu. Berdasarkan hasil wawancara di Polres Bengkulu bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu adalah : 1. Menurut Responden Kasat Reskrim Polres Bengkulu Berdasarkan keterangan dari Kasat Reskrim Polres Bengkulu AKP Amsaludin bahwa yang merupakan faktor pendukung dalam penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu adanya peraturan yang mengatur mengenai penyelesaian tindak pidana dengan ADR yaitu PERKAP No 7 Tahun 2008 dalam Pasal 14 huruf f tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam 67 Wawancara dengan Brigadir Sudiro selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu, di Polres Bengkulu, tanggal 7 Februari 2014

56 Penyelenggaraan Tugas Polri dan Surat Kapolri Nomor B/3022/XII/2009/Sdeops Tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui ADR. 68 2. Menurut Responden Penyidik Pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu a. Menurut Bripka M. Zainur Kosim selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu membenarkan bahwa, faktor pendukung polisi menyelesaikan tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu Surat Kapolri Nomor B/3022/XII/2009/Sdeops Tanggal 14 Desember 2009 tentang Penganan Kasus Melalui ADR berbunyi : 69 1) Mengupayakan penanganan kasus pidana yang mempunyai kerugian materi kecil, penyelesaiannya dapat diarahkan melalui konsep ADR. 2) Penyelesaian kasus pidana dengan menggunakan ADR harus disepakati oleh pihak-pihak yang berperkara namun apabila tidak terdapat kesepakatan baru diselesaikan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku secara profesional dan proporsional. 3) Penyelesaian kasus pidana yg menggunakan ADR harus berprinsip pada musyawarah mufakat dan harus diketahui oleh masyarakat sekitar dengan menyertakan RT/RW setempat. 4) Penyelesaian kasus pidana dengan menggunakan ADR harus menghormati norma hukum/adat serta memenuhi azas keadilan. 5) Memberdayakan anggota Polmas dan memerankan FKPM yang ada di wilayah masing-masing untuk mampu mengidentifikasi kasus-kasus pidana yang mempunyai kerugian materil kecil dan memungkinkan untuk diselesaikan melalui konsep ADR. 68 Wawancara dengan Kasat Reskrim Polres Bengkulu, di Polres Bengkulu, tanggal 6 Februari 2014. 69 Wawawancara dengan M.Zainur Koseim selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu, di Polres Bengkulu, tanggal 7 Februari 2014.

57 6) Untuk kasus yang telah dapat diselesaikan melalui konsep ADR supaya tidak lagi disentuh oleh tindakan hukum lain yang kontra produktif dengan tujuan Polmas. b. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bripka Bambang Harianto sebagai penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu bahwa faktor pendukung dari penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu adanya dasar hukum yang jelas yaitu PERKAP No 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri dan Surat Kapolri Nomor B/3022/XII/2009/Sdeops Tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui ADR. Jika tidak ada dasar hukum yang mengatur mengenai penyelesaian tindak pidana di kepolisian maka pihak polisi tidak akan menyelesaikan tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu tetapi diteruskan ke Pengadilan. 70 c. Menurut Brigadir Sudiro sebagai penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu yang merupakan faktor pendukung penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga yaitu adanya dasar hukum yang jelas untuk menyelesaiakn tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu PERKAP No 7 Tahun 2008 dalam Pasal 14 huruf f tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri berbunyi: 70 Wawawancara dengan Bripka Bambang Harianto selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu, di Polres Bengkulu, tanggal 7 Februari 2014.

58 Penerapan konsep alternative dispute resolution (pola penyelesaian masalah sosial melalui jalur alternatife yang lebih efektif berupa upaya menetralisir masalah selain melalui proses hukum atau non ligitasi), misalnya melalui upaya perdamaian. Di samping itu berdasarkan Surat Kapolri Nomor B/3022/XII/2009/Sdeops Tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui ADR. 71 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor pendukung penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga adalah adanya dasar hukum yang jelas mengenai penyelesaian tindak pidana di Kepolisian yaitu PERKAP No 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri dan disamping itu berdasarkan Surat Kapolri Nomor B/3022/XII/2009/Sdeops Tanggal 14 Desember 2009 tentang Penganan Kasus Melalui ADR, sehingga mempunyai kekuatan hukum apabila nanti salah satu pihak melakukan tuntutan dikemudian hari. 71 Wawancara dengan Brigadir Sudiro selaku penyidik pembantu Satuan Reskrim Polres Bengkulu, di Polres Bengkulu, tanggal 7 Februari 2014.

59 BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.Pelaksanaan penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu 3. Peran polisi dalam penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu : melakukan proses mediasi pencurian dalam keluarga secara musyawarah dengan tidak memihak ke pihak manapun. Membuat surat perjanjian setelah ditemukannya kesepakatan antara korban dan pelaku, mewajibkan pihak pelaku melakukan ganti rugi berdasarkan permintaan korban. Memberikan pelayanan secara ikhlas dari awal pengaduan sampai selesainya kasus. 4. Alasan-alasan polisi dalam menyelesaikan tindak pidana pencurian dalam keluarga yaitu: mengutamakan kesepakatan antara korban dan pelaku karena pencurian itu terjadi di dalam keluarga dan merupakan delik aduan. Menghindari perpecahan dalam keluarga dan memberikan efek jera kepada pelaku, tuntutan masyarakat untuk mendapatkan keadilan. Bagi kepolisian penyelesaian dengan non ligitasi mengurangi penumpukan berkas perkara di Pengadilan.

60 2. Faktor penghambat dan pendukung penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu (a) Faktor penghambat penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu : kesulitan pihak polisi dalam memberikan arahan kepada pihak korban, supaya tidak meneruskan perkaranya ke Pengadilan. b) Faktor pendukung penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu yaitu : adanya dasar hukum pihak polisi dalam penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga di Polres Bengkulu. B. SARAN 1. Aparat penegak hukum yaitu kepolisian hendaknya membuat aturan khusus mengenai penyelesaian perkara pidana melalui ADR yang memuat tentang tahapan-tahapan penyelesaian perkara pidana non litigasi dan menjelaskan tentang rincian perkara pidana yang dapat diselesaikan dengan jalur non litigasi. 2. Setiap korban tindak pidana pencurian dalam keluarga hendaknya mempertimbangkan dahulu akibat-akibat buruk yang akan diterima jika perkara tersebut diproses ke pengadilan, supaya penyelesaian tindak pidana pencurian dalam keluarga dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi perpecahan dalam keluarga.

61 DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996. Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rieneka Cita, Jakarta, 2010. Edi Sumardono, Teori Peran :Derivasi dan Implikasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994. Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 2005., Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1995. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. Laden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1991. Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisi Data Sekunder, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011. P.A.F.Lamintang dan djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatan Yang Ditujukan terhadap Hak Milik Dan Lain-LainHak Yang Timbul Dari Hak Milik, Tarsito, Bandung 1981. P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2009. Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, 2005. Ronny Hantijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Juri Materi, Ghali Indonesia, Jakarta, 1988. Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegak Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012., Metode Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986., Pengantar Penelitian Hukum, UI Perss, Jakarta, 1989.

62, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grapindo Persada, Jakarta 1990. Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gitamedia Press, Jakarta, Tanpa Tahun. Tongat, Hukum Pidana Materil, UMM Perss, Malang, 2003. Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2003. Yesmilanwar dan Adang, Sistem Peradilan Pidana, Widya Padjajarann, Bandung, 2009. Yoyol Ucuk Suyono, Hukum Kepolisian, Lasbang Grafika, Yogyakarta, 2013. Dasar Hukum Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Surat Kapolri No.Pol : B/3022/XII/2009/Sdeops Tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui ADR, PERKAP No 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polisi. Internet dan Web File:///E:/dowloadtan/ www.epubbud.com/read.php?g=gjkuxgr8&p=1 File;///E:/downloadtan///a55i.wordpress.com/2010/02/19/salahkah-polihttpa55iwordpress-comwp-adminpost-phpactioneditpost195si-dalam-menindakmbah-minah/ www.bps.go.id/hasil_publikasi/stat_kriminal_2013/index3.php?pub=statistik%20 Kriminal%202012

63 File;///E:/dowloatan/forum.detik.com/showthread.php?p=11488595.Html File;///E;downloadtan///a55i.wordpress.com/2010/02/19/salahkah-polihttpa55iwordpress-comwp-adminpost-phpactioneditpost195si-dalam-menindakmbah-minah/. Agus Raharjo, File:///E:/downloadtan/mfile.narotama.ac.id/files/Umum/JURNAL UGM/ MEDIASI SEBGAI BASIS DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA.Pdf

LAMPIRAN 64