BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Setiap suku bangsa memiliki adat dan tradisinya yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 KONSEP PERCAYA DIRI PEREMPUAN SUNDA DALAM JANGJAWOKAN PARANTI DISAMPING

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MANTRA SINGLAR: STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, PROSES PENCIPTAAN, DAN FUNGSI DI DESA SUNDAMEKAR, CISITU, SUMEDANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

MANTRA PENGASIHAN: TELAAH STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN PROSES PEWARISANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Miftahul Malik, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

PERANAN MAGIS JANGJAWOKAN NYADARKEUN DALAM SENI TRADISI REAK HELARAN DI KECAMATAN CIBIRU KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian La Tike, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) dalam proses penanaman nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran kepada keturunan mereka. Nenek moyang mendidik generasi penerusnya dengan memberikan pengetahuan yang sangat berharga. Generasi peneruslah yang harus pandai memilih mana yang baik mana yang kurang baik. Hal tersebut terlihat dalam kutipan di bawah ini. hana nguni hana mangke tan hana nguni tan hana mangke aya ma beuheula aya tu ayeuna hanteu ma beuheula heunteu tu ayeuna hana tunggak hana watang tan hana tunggak tan hana watang hana ma tunggulna aya tu catangana Ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu maka takkan ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini bila tiada masa silam maka tiada pula masa kini ada tonggak tentu ada batang bila tak ada tonggak maka tak ada batang bila ada tunggulnya tentu ada catangnya (Kropak 632 Kabuyutan Ciburuy) Warisan leluhur yang berkembang di Indonesia pada zaman globalisasi seperti sekarang ini sangat memprihatinkan keadaanya. Karena, sudah jarang generasi muda yang mengidentifikasi kebudayaan asli mereka. Bahkan, parahnya lagi sebagian daripada mereka tidak mengenalnya. Padahal, kebudayaan

2 merupakan salah satu harta bangsa yang tidak ternilai harganya karena merupakan jati diri bangsa. Warisan kebudayaan leluhur yang masih dikenal masyarakat dalam bidang kesenian salah satunya adalah kesenian wayang. Kesenian wayang berasal dari Jawa dan digunakan wali songo sebagai media untuk memperkenalkan agama Islam. Seiring berkembangnya zaman, kini kesenian wayang berfungsi sebagai hiburan saja. Kesenian wayang biasanya akan ditemukan di setiap acara pernikahan atau hajatan lainnya. Namun, karena biaya yang cukup mahal untuk menampilkan kesenian wayang dalam setiap acara, maka hanya masyarakat dari kalangan tertentu yang dapat menggelar kesenian wayang. Selain itu, karena banyak budaya modern yang telah masuk, kesenian wayang ini sudah jarang dipentaskan kembali khususnya wayang golek (Jawa Barat) Selain dalam bidang kesenian bidang kesusastraan juga ikut andil dalam memperkaya khasanah kebudayaan Nusantara, misalnya puisi rakyat. Puisi rakyat adalah kesusastraan yang lahir di kalangan rakyat. Puisi rakyat tergolong dalam ruang lingkup sastra lisan atau tradisi lisan. Pada umumnya, puisi rakyat merujuk kepada kesusasteraan rakyat masa lampau yang telah menjadi warisan masyarakat tempat lahirnya tersebut. Dahulu puisi rakyat digunakan para leluhur dalam setiap kesempatan adat seperti, pesta panen dan pesta lainnya. Puisi rakyat meliputi jampi-jampi, pantun, dan mantra. Kebudayaan sangat luas ruang lingkupnya. Karya sastra termasuk di dalamnya, baik karya sastra yang tertulis maupun karya sastra yang bersifat lisan. Karya sastra tulis, biasanya dituangkan nenek moyangnya melalui berbagai media

3 seperti kulit binatang, batu, daun, bambu, dan lain sebagainya. Kebiasaan menulis nenek moyang tersebut bila dikaji maka termasuk ke dalam kajian filologi. Sementara itu, kebudayaan yang tidak tertulis atau bersifat lisan termasuk ke dalam kajian folklor. Kajian folklor meliputi kebudayaan yang bersifat lisan, setengah lisan, serta yang bukan lisan. Bentuk folklor yang dimaksudkan adalah berupa norma-norma yang berlaku agar terjadi keselarasan dalam semua bidang, misalnya dalam bidang kesusastraan, nenek moyang menciptakan cerita rakyat yang diwariskan secara lisan kepada penerusnya. Berbagai jenis cerita rakyat yang dimiliki folklor Indonesia contohnya adalah cerita Legenda Sangkuriang. Di dalam Cerita Legenda Sangkuriang, maksud atau makna yang dikandung adalah secara normatif melarang seorang anak menikahi ibu kandungnya sendiri. Selain itu, pengetahuan yang ditanamkan leluhur terhadap generasi penerusnya yaitu berupa puisi rakyat. Puisi rakyat meliputi jampi-jampi, pantun, dan mantra. Dalam kesusastraan Sunda, mantra dibedakan ke dalam beberapa macam yaitu jangjawokan, jampe, ajian, singlar, dan lain-lain. Penanaman nilainilai melalui mantra dimaksudkan agar lebih mendekatkan diri kepada penguasa alam yang diyakini sebagai Tuhan mereka. Sebagai contoh, prinsip hidup masyarakat Sunda buhun yaitu mendewakan kemistisan atau selalu selaras dengan kosmos-nya (dewa atau roh). Artinya, tidak sembarang budaya baru dapat memasuki pemikiran asli dan kepercayaan asli masyarakat Sunda buhun. Dengan kata lain, masyarakat tradisional masih mengagungkan mitos yang diberikan oleh leluhurnya. Folklor yang dibalut mitos itu memiliki fungsi

4 menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib yang harus dihayati, merupakan jaminan masa kini, terutama karena warisan leluhur, dan memberikan pengetahuan tentang dunia. Dapat ditegaskan bahwa mitos pada hakikatnya adalah pedoman bagi manusia agar selalu hidup di jalan yang telah digariskan Tuhan Yang Mahaesa. Sebuah mitos biasanya akan dihubungkan dengan kata takhayul. Mitos tersebut berisikan petuah atau mantra agar pelaku mitos tersebut dapat menghindari segala bahaya. Mantra biasanya berhubungan dengan sikap religius manusia, berfungsi untuk memohon sesuatu dari Tuhannya. Oleh karena itu, diperlukan pilihan-pilihan kata yang dinilai memiliki kekuatan gaib yang oleh penciptanya dianggap dapat mempermudah proses kontak dengan Tuhannya. Dengan cara demikian, apa yang diminta (dimohon) oleh pengucap diyakini dapat dipenuhi oleh Tuhannya. Mantra dalam bahasa Sanskerta memiliki makna pesona. Dalam perkembangannya, mantra dapat digolongkan ke dalam salah satu bentuk tradisi lisan. Pengelompokan genre dari mantra-mantra tersebut dapat termasuk ke dalam bentuk puisi rakyat. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Danandjaja (2002: 46), bahwa kekhususan genre ini yaitu kalimatnya yang tidak berbentuk bebas (free phrase) melainkan terikat (fix phrase). Sastra lisan tidak tersebar dalam bentuk tulisan melainkan disampaikan melalui tuturan. Oleh karena pewarisan melalui mulut ke mulut, bisa jadi pada saat penyampaian untuk ke generasi berikutnya ada yang dilebihkan atau dikurangkan. Ketidaksaman ini disebabkan oleh adanya perbedaan latar, situasi,

5 dan kondisi masyarakat itu sendiri. Hal tersebut menimbulkan beberapa versi atau varian yang berbeda. Jadi, kelisanan mantra merupakan sebab lambatnya penyebaran di masyarakat. Selain itu, salah satu penyebab penyebaran folklor lisan itu terhambat yaitu penanganan masalah folklor tersebut bukan oleh orang-orang yang bergelut di bidang folklor asli (ahli folklor). Bahan folklor yang dikumpulkan kini sebetulnya masih sangat kurang jika diukur dengan jumlah penelitian-penelitian di bidangbidang bukan folklor. Folklor merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Folklor adalah salah satu kajian keilmuan yang dipergunakan sebagai acuan penganalisisan sebuah karya budaya lama. Dundes, seorang ahli folklor (dalam Danandjaja: 2002: 1-2) menyatakan bahwa folk sama artinya dengan kolektif. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Folk biasanya memiliki tradisi, yakni sebuah budaya yang sudah diwariskan secara turuntemurun. Yang dimaksud lore adalah tradisi dari folk, yaitu sebagai kebudayaannya yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat (mnemonic device). Seiring berkembangnya zaman, tanpa penanganan dan pemanfaatan yang maksimal, masyarakat muda Indonesia lebih memilih kebudayaan barat dibandingkan kebudayaan asli mereka. Hal itu disebabkan, mayoritas kebudayaan yang diwariskan leluhurnya berkaitan erat dengan hal-hal mistik (irasional). Hal

6 semacam itu telah menarik minat para peneliti folklor untuk meneliti kebudayaan warisan nenek moyang tersebut, seperti sastra lisan. Saat kita menanyakan jenisjenis sastra lisan atau kebudayaan lisan yang ada di daerahnya anak muda sekarang sebagian besar akan menjawab tidak tahu. Penelitian mengenai mantra sebelumnya pernah dilakukan oleh Rusyana (1970) dalam bukunya yang berjudul Bagbagan Puisi Mantra Sunda. Buku tersebut merupakan inventarisasi lebih dari 200 mantra, yang terbagi ke dalam enam jenis mantra (setelah diklasifikasikan: asihan, jangjawokan, ajian, singlar, rajah, dan jampe). Penelitian folklor lainnya dilakukan oleh Sunarti (2006) dengan judul Sintren Brebes Kecamatan Banjarharjo: Struktur Lagu, Konteks Pertunjukan, Proses Penciptaan, dan Fungsi. Dalam penelitiannya Sunarti memaparkan struktur lagu dalam sintren, konteks pertunjukannya, bagaimana proses penciptaannya, dan bagaimana fungsi sintren. Apabila dibandingkan, perbedaan yang mendasar yang terdapat dari hasil penelitian Rusyana dan penelitian yang dilakukan oleh Sunarti, yaitu pada bagian analisisnya. Penelitian yang dilakukan Rusyana dalam Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda tidak dilakukan analisis lebih jauh. Beliau hanya mendokumentasikan mantra-mantra tersebut. Sementara itu, Sunarti memaparkan lebih detail. Setelah memperhatikan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, timbulah ketertarikan peneliti untuk lebih dalam mempelajari folklor dan mengidentifikasi folklor tersebut. Folklor yang di maksud peneliti adalah folklor

7 lisan yang berupa mantra-mantra. Lebih khususnya peneliti ingin mengetahui mantra singlar sebagai salah satu genre sastra lisan. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu sebagai berikut. 1) Bagaimanakah struktur teks Mantra Singlar? 2) Bagaimanakah konteks penuturan Mantra Singlar? 3) Bagaimanakah proses penciptaan Mantra Singlar? 4) Bagaimanakah fungsi dan makna Mantra Singlar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan skripsi ini yaitu: 1) mendeskripsikan struktur Mantra Singlar secara mendasar; 2) mendeskripsikan konteks penuturan teks Mantra Singlar; 3) mendeskripsikan proses penciptaan dari Mantra Singlar; 4) mengidentifikasi fungsi serta makna Mantra Singlar. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoretis Penelitian ini berguna bagi perkembangan keilmuan, khususnya keilmuan di bidang sastra lisan. Hasil penelitian sastra ini juga diharapkan memberikan

8 manfaat untuk menambah inventarisasi sastra lisan yang masih tersebar di masyarakat dan mengembangkan kesusastraan lisan, khususnya dalam bidang folklor. Selain itu, bagi peneliti lainnya penelitian ini dapat memberikan sumbangsih data atau informasi mengenai puisi rakyat yang berkenaan dengan mantra-mantra singlar. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini memiliki manfaat bagi para pemerhati kesusastraan lisan, penelitian dapat dijadikan bahan perbandingan, pedoman, rujukan, dan dasar bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga akan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengkajian sastra lisan dalam genre yang lain. 1.5 Definisi Operasional Pada penelitian ini digunakan beberapa istilah. Adapun istilah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki definisi sebagai berikut. 1) Mantra singlar adalah jenis puisi lisan yang berisi doa, permohonan kepada Allah Swt; berfungsi menyadarkan seseorang dari pengaruh gangguan setan. 2) Struktur adalah komposisi teks lisan. Struktur ini meliputi: formula sintaksis, formula bunyi, formula irama, majas, dan tema. 3) Konteks penuturan adalah sebuah peristiwa komunikasi secara khusus yang ditandai dengan adanya interaksi di antara unsur-unsur pendukungnya secara khusus pula.

9 4) Proses penciptaan adalah proses kreatif menciptakan mantra singlar oleh masyarakat, baik secara terstruktur maupun secara spontan. 5) Fungsi merupakan kegunaan yang dapat diambil setelah kita melakukan sesuatu baik dari kejadian yang dirasakan sendiri atau dari cerminan orang lain.