RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

dokumen-dokumen yang mirip
JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN ke-5 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA

BAB 1 KATA PENGANTAR

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang pengelolaan air untuk keperluan irigasi.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG DENGAN MERCU TYPE VLUGTER

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi.

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai

Gambar 1. Sawah yang mengalami kekeringan

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

PERENCANAAN BENDUNG TETAP DI DESA NGETOS KECAMATAN NGETOS KABUPATEN NGANJUK

Jaringan Irigasi 14. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

I. Sejarah, Fungsi dan Perundangan Irigasi

TEKNIKIRIGASI 2.1. UMUM 2.2. KUALITASAIR IRIGASI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

BAB III METODELOGI PENELITIAN

KAJIAN SISTEM JARINGAN SALURAN IRIGASI NAMU SIRA-SIRA

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

d s P i / y at 1 07 / 13 e zk . P. an i / ia I

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PERENCANAAN BENDUNG PADA SUNGAI ULAR KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS)

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada lokasi DAS Sungai Cisimeut Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak,

Transkripsi:

RC14-1361 MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

PENDAHULUAN PENGERTIAN DAN MAKSUD IRIGASI Irigasi: Berasal dari istilah Irrigatie (Bhs. Belanda) atau Irrigation (Bahasa Inggris) diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan membagikan air secara terarur, setelah digunakan dapat pula dibuang kembali Maksud Irigasi: yaitu untuk mencukupi kebutuhan air bagi keperluan pertanian, meliputi membasahi tanah, merabuk, mengatur suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah, dsb.

PENDAHULUAN 1. Tanaman yang diberi air irigasi umumnya dibagi dalam 3 golongan besar yaitu: Padi Tebu Palawija (jagung, kacangkacangan, bawang, cabe, dsb) Untuk tanaman pasi di Indonesia umumnya digunakan pemberian air kepada muka tanah dengan cara : menggenang ( flooding method)

PENDAHULUAN Cara ini memberikan keuntungan yaitu tidak terlalu banyak makan biaya dan dapat mencegah hama yang bersarang dalam tanah dan diakar tanaman. Tetapi bila tanah terendam terlalu lama akan menjadi kurang baik, sehingga perlu sewaktuwaktu dikeringkan

SISTEM IRIGASI DI INDONESIA Umumnya tergantung pada cara pengambilan air disungai Untuk mengairi persawahan dapat dibedakan menjadi Irigasi Pedesaan dan Irigasi Pemerintah Sistem Irigasi desa bersifat komunal dan tidak menerima bantuan dari pemerintah pusat. Pembangunan dan pengelolaanya (seluruh jaringan irigasi) dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat Sistem Irigasi bantuan pemerintah dibagi kedalam 3 kategori: Irigasi Teknis Irigasi Semi Teknis Irigasi Sederhana

IRIGASI TEKNIS - Jaringan Irigasi yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan jaringan pembuang - Pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada beberapa titik tertentu - Semua bangunan bersifat permanen - Luas daerah irigasinya diatas 500 ha - Contoh: S.I. Jatiluhur S.I. Pemal. Comal S.I. Rentang S.I. Sampean, dll.

JARINGAN IRIGASI TEKNIS

IRIGASI SEMI TEKNIS - Pengaliran kesawah dapat diatur tetapi banyaknya air tidak dapat diukur - Pembagian air tidak dapat dilakukan secara seksama - Memiliki sedikit bangunan permanen - Hanya satu alat pengukuran aliran yang ditempatkan pada Bangunan bendung - Sistem pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah

JARINGAN IRIGASI SEMITEKNIS

IRIGASI SEDERHANA - Biasanya menerima bantuan pemerintah untuk pembangunan dan atau penyempurnaan, tetapi dikelola dan dioperasikan oleh aparat desa - Memiliki bangunan semi permanen dan tidak mempunyai alat pengukur dan pengontrol aliran sehingga aliran tidak diatur dan diukur.

JARINGAN IRIGASI SEDERHANA

JARINGAN IRIGASI

UNSUR DAN TINGKATAN JARINGAN IRIGASI - Berdasarkan cara pengukuran aliran air, pengaturan, kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam 3 tingkatan seperti tabel berikut: NO. URAIAN 1 Bangunan Utama Bangunan Permanen KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI TEKNIS SEMI TEKNIS SEDERHANA Bangunan Permanen/ Semi Permanen Bangunan Sementara 2 Kemampuan Bangunan dalam Mengukur dan Mengatur Debit Baik Sedang Jelek 3 Jaringan Saluran Saluran Irigasi dan Pembuang Terpisah Saluran Irigasi dan Pembuang Tidak Sepenuhnya Terpisah Saluran Irigasi dan Pembuang Jadi Satu 4 Petak Tersier Dikembangkan Sepenuhnya Belum Dikembangkan Belum Ada Jaringan yang Dikembangkan 5 Efisiensi Secara Keseluruhan 50-60 % 40-50% <40% 6 Ukuran Tak Ada Batasan Sampai 2000 Ha <500 Ha

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI Empat unsur fungsional Jaringan Irigasi: 1. Bangunan-bangunan Utama ( Headworks) dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk. 2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier. 3. Petak-petak Tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi di bagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier 4. Sistem pembuang yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

PETA IKHTISAR Adalah cara bagaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi saling dihubung-hubungkan. Peta ikhtisar dapat disajikan pada peta tata letak. Peta ikhtisar proyek irigasi tersebut memperlihatkan: Bangunan Utama Jaringan dan trase saluran Irigasi Jaringan dan trase saluran pembuang Petak-petak primer, sekunder, dan tersier. Lokasi bangunan. Batas-batas daerah irigasi. Jaringan dan trase jalan Daerah-daerah yang tidak diairi, misal: desa.

PETA IKHTISAR Peta Ikhtisar umum dapat dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1: 25000 Peta Ikhtisar detail yang biasa di sebut Peta Petak dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1: 5000 dan untuk petak tersier 1: 5000 atau 1: 2000

PETA IKHTISAR

PETAK TERSIER Di daerah daerah yang ditanami padi, luas petak yang ideal adalah antara 50-100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Batas-batas petak tersier harus jelas seperti misalnya: Parit, Jalan, batas desa, sungai, dll. Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kwarter, dengan luas 8-15 ha. Panjang saluran tersier sebaiknya 1500 m, kadang-kadang panjang saluran tersier mencapai 2000 m. Panjang saluran Kwarter maksimum 500 m tetapi prakteknya kadang mencapai 800 m.

PETAK SEKUNDER Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh saluran sekunder Menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder Batas-batas petak sekunder umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas seperti saluran pembuang Luas petak berbeda-beda tergantung pada situasi daerah Saluran sekunder sering terletak dipunggung medan, mengairi kedua sisi saluran, hingga saluran pembuang yang membatasinya Saluran sekunder boleh juga direncana sebahai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah

PETAK PRIMER Petak Primer terdiri dari beberapa petak sekunder, untuk itu petak-petak ini akan mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satun saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber air (Sungai)

BANGUNAN BANGUNAN UTAMA Bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air kedalam jaringan saluran, agar dipakai untuk keperluan irigasi Terdiri dari: Bangunan pengelak dengan peredam energi Pengambilan utama Pintu Bilas Kolam olak Kantong lumpur (bila perlu) Tanggul Banjir Bangunan pelengkap lainnya

BANGUNAN UTAMA Bangunan utama dapat diklasifikasikan kedalam sejumlah kategori tergantung pada perencanaannya yaitu: Bendung/ Bendung Gerak Bendung (weir), bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi. Bendung Gerak: Bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup bila air kecil Bendung: Bangunan yang umum dipakai di Indonesia, untuk membelokkan air sungai kesaluran irigasi guna keperluan irigasi

BANGUNAN UTAMA

BENDUNG Pemilihan lokasi bendung: Pemilihan lokasi bendung yang dibahas yaitu untuk bendung tetap bagi kepentingan irigasi Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan: - Kondisi topografi dari rencana daerah irigasi yang akan dialiri. - Semualevasi rencana DI dapat diairi sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diairi - Bila elevasi sawah tertinggi diketahui, maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan - Dari kedua hal diatas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi - Ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan.

BENDUNG Untuk kondisi topografi dari lokasi Bendung harus mempertimbangkan beberapa aspek yaitu: - Ketinggian Bendung tidak terlalu tinggi akan menyulitkan pelaksanaan - Saluran induk terletak ditempat yang baik, misal : penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi - Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidrolik dan angkutansedimen, sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake dapat dihindari

BENDUNG Kondisi hidrolik dan morfologi sungai dilokasi bendung. Angkutan sedimen adaah faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bendung yang meliputi: - Pola aliran sungai ( Kecepatan dan arah alirannya) - Kedalaman dan lebar muka air pada waktu banjir sedang dan kecil - Tinggi muka air pada debit banjir rencana - Potensi dan distribusi angkutan sedimen

BENDUNG Kondisi tanah pondasi Bendung harus ditempatkandilokasi dimana tanah pondasi cukup baik sehingga bangunan stabil Biaya Pelaksanaan Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan, selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaannya. Data-data yang diperlukan untuk perencanaan, antara lain: -Data topografi: Untuk menetapkan lokasi bendung -Data geoteknik: Untuk menentukan karakteristik pondasi -Data hidrologi: Untuk menentukan debit maksimum yang melalui mercu bendung -Data Morfologi: Untuk menentukan debit meksimum yang melalui mercu bendung -Data Mekanika Tanah

DENAH BENDUNG

TATA LETAK BENDUNG DAN PERLENGKAPANNYA Komponen utama bendung terdiri dari: - Tubuh Bendung: Terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan bangunan peredam energinya. - Bangunan Intake: Terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu dinding penahan banjir, pilar penempatan pintu, jembatan pelayanan, dll. - Bangunan Pembilas. - Bangunan Pelengkap: Tembok pangkal, tembok sayap, pengarah aliran, bangunan penangkap sedimen, tangga penduga muka air.

TATA LETAK BENDUNG DAN PERLENGKAPANNYA Tata Letak Bendung: - Tubuh Bendung: Diletakkan tegak lurus arah aliran sungai. - Bangunan Intake: Merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas dan tembok pangkal diudiknya. Diletakkan menyudut 90 0 atau menyudut (45 0 60 0 )terhadap sumbu bangunan bilas - Bangunan Pembilas: Selalu terletak berdampingan dan satu kesatuan dengan intake dan tembok pangkal udik bendung yang diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat membentuk tikungan luar aliran - Tembok pangkal: Diletakkan di kedua pangkal tubuh bendung dan dibuat tegak

PENGAMBILAN BEBAS Pengambilan Bebas Bangunan yang dibuat ditepi sungai yang mengalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian jelas bahwa muka air sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan dapat dijamin cukup.

STASIUN POMPA Stasiun Pompa Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi tidak bisa dilakukan.

JARINGAN IRIGASI Saluran Irigasi: Jaringan Irigasi Utama Saluran Primer membawa air dari jaringan utama kesaluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir. Saluran sekunder, membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.

JARINGAN IRIGASI Jaringan Irigasi Tersier Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap ke petak tersier lalu kesaluran kuarter Batas ujung saluran ini adalah boks bagi tersier yang terakhir Saluran kwarter membawa air dari boks bagi tersier ke boks bagi kuarter

AIR UNTUK IRIGASI Alur yang mengalir pada alur Saluran Alam (Saluran Sedayu) Sungai (Brantas, serayu) Air yang tertahan pada cekungan tanah Danau, telaga (Toba, Sarangan) Rawa (Wonorejo, Pening) Air yang keluar dari dalam tanah Mata air/ sumber (Surowono) Sumur artesis Sumur pompa

AIR UNTUK IRIGASI Air yang mengalir pada alur dan air yang tertahan pada cekungan tanah digolongkan dalam sumber permukaan (surface source) Air yang keluar dari dalam tanah digolongkan dalam sumber bawah tanah (Ground Source) Di Indonesia air yang dipakai untuk irigasi banyak diambil dari air yang mengalir pada alur yang berupa sungai/ kali

KUALITAS AIR IRIGASI Kualitas air irigasi tergantung pada campuran yang terbawa oleh air. Campuran yang terbawa bisa dalam bentuk: Larutan (Solution) Suspension (Suspension) Pada daerah tertentu suspensi mempunyai pengaruh penting terhadap kualitas Air irigasi dengan kualitas tertentu cocok untuk suatu daerah irigasi sangat tergantung pada kondisi lokal dari: - Iklim - Tanah - Jenis tanaman yang tumbuh - Jumlah/ tinggi air yang dipakai

KUALITAS AIR IRIGASI Suspensi akan tertahan di permukaan tanah daerah irigasi maka akan merusak sifat phisis tanah dan menyulitkan pengolahan Konsentrasi yang relatif kecil dari boron cukup membahayakan pertumbuhan tanaman Air Irigasi perlu penambahan prosentase: Boron Chlorida Sulphat Sodium Zat padat terlarut Unsur yang diperlukan oleh tanaman pangan: Oksigen Carbon Hidrogen Nitrogen Potasium Phosphor Calsium Magnesium Sulphur Besi Oksigen, carbon, hidrogen diperoleh dari air dan udara Nitrogen didapat dari udara melalui: Bahan organik yang ada pada tanah Kegiatan bakteri tanah Proses pertumbuhan tanaman kacang-kacangan