BAB I PENDAHULUAN. bunuh diri atau yang dikenal dengan jisatsu ( 自殺 )merupakan sebuah cara

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN CERITA DALAM DRAMA. bekerja di sebuah salon kecantikan. Kehidupannya bisa dibilang tidak begitu

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini Jepang adalah salah satu negara yang maju dan mempunyai

Bab 1. Pendahuluan. ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun di Jepang banyak terdapat kasus-kasus yang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189),

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

BAB I PENDAHULUAN. tren hidup masyarakat modern. Di Indonesia, budaya samen leven dianggap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang

BAB I PENDAHULUAN. feodalisme dimana kekuasaan ada pada kelompok militer atau bushido, yaitu antara

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

Bab 4. Simpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

#### Selamat Mengerjakan ####

Kecemasan Terhadap Kematian

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan informasi yang

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Menggali Latar Belakang Keluarga Subjek. perolehan identitas subjek? dengan orang tua kamu? (ayah dan ibu)

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mudahnya orang Jepang terluka oleh kegagalan, penolakan, dan penghinaan cenderung membuat mereka melukai dirinya sendiri. Tindakan bunuh diri atau yang dikenal dengan jisatsu ( 自殺 )merupakan sebuah cara yang mereka anggap paling tepat untuk mengekspresikan perasaan mereka yang tidak dapat diungkapkan secara verbal. Jepang merupakan negara yang mempunyai tingkat bunuh diri yang paling tinggi di dunia. Japan Today memperlihatkan bahwa tingkat bunuh diri di Jepang mencapai angka 30.000 kasus per tahunnya dan mempunyai peningkatan rata-rata lima persen setiap tahunnya 1. Seperti dalam artikel Japan Suicide Generation bunuh diri bukan merupakan suatu hal yang baru dalam masyarakat Jepang, karena budaya bunuh diri ini sudah ada semenjak jaman Kamakura (1933) 2. 1 www.japantoday.com-japan 2 www.finetuning.com 1 Universitas Kristen Maranatha

Tindakan bunuh diri dengan ciri khasnya, pernah berkembang dengan ritual ritual yang dijunjung tinggi. Saat itu, jika para samurai melakukan kesalahan, mereka akan melakukan ritual bunuh diri yang disebut seppuku. Hal itu dilakukan untuk menebus kesalahan mereka, karena mereka menganggap lebih baik mereka mati dan tetap mempertahankan kehormatannya dibandingkan harus hidup dengan menanggung rasa malu haji ( 恥 ). Jika rasa bersalah dapat diperingan dengan pengakuan, maka bagi masyarakat Jepang, pengakuan adalah cara untuk memancing kesulitan saja 3. Pengakuan tidak akan membawa keringanan, baik pengakuan kepada orang yang bersangkutan maupun kepada kami atau dewa seperti yang biasa dilakukan. Pola pikir seperti ini terus berkembang hingga saat ini. Tetapi, jika pada jaman dahulu, penyebab utama masyarakat Jepang mengakhiri hidupnya dikarenakan oleh rasa malu. Namun, seiring dengan bergantinya jaman, telah terjadi pergeseran pola pikir yang menyebabkan mereka memilih mengakhiri hidupnya. Motivasi tindakan bunuh diri saat ini dapat berupa ketakutan akan pandangan orang lain, faktor ekonomi, tingkat stress yang tinggi, loyalitas, korban ijime, hingga kepercayaan akan terjadinya reinkarnasi. Pelaku jisatsu pun tak mengenal golongan usia, dimulai dari anak remaja hingga orang tua. 3 Lebra, Takie Sugiyama, Japanese Patterns of Behaviour, 1986, p.80 2 Universitas Kristen Maranatha

Elaine Lies dalam sebuah artikel mengatakan, bahwa ada bermacam macam penyebab bunuh diri di Jepang 4, diantaranya masalah ekonomi dan masalah kesehatan, disamping itu bunuh diri merupakan salah satu cara untuk terbebas dari rasa malu. Faktor faktor di atas dianggap sebagai faktor pemicu saja. Alasan lain yang mendasar yang membuat orang Jepang sangat mudah untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah perbedaan konsep dosa yang ada pada mereka. Konsep dosa bagi orang Jepang bukanlah antara tuhan dengan manusia tetapi lebih kepada hubungan manusia dengan manusia, karena bagi orang Jepang, Tuhan atau kami hanya bersifat sebagai simbol saja. Banyaknya peristiwa bunuh diri yang terjadi, membuat semua hal tentang peristiwa bunuh diri menjadi mudah diakses oleh berbagai media diantaranya situs atau web yang memberikan cara bunuh diri yang mudah, cepat dan juga tidak menimbulkan rasa sakit. Hampir setiap hari media massa melaporkan kasus bunuh diri yang terjadi, sehingga Jepang menjadi negara yang tidak pernah mati dengan kasus bunuh dirinya. Kejadian ini tak hanya dapat dilihat dari berbagai media yang ada tentang realitas bunuh diri yang terjadi, bahkan kasus bunuh diri cukup banyak diambil sebagai tema dalam sebuah film atau drama, seperti beberapa contoh drama berikut: 4 www.corpwatch-jp.org 3 Universitas Kristen Maranatha

Last Friend, yang disutradarai oleh Kato Hiromasa yang dibuat tahun 2007 ini, menceritakan tentang kehidupan para remaja di Jepang pada umumnya. Michiru Aida adalah gadis berumur 22 tahun yang bekerja di sebuah salon di Jepang. Kehidupannya bisa dibilang tidak menyenangkan. Senior yang bekerja di salon yang sama selalu menindasnya dengan tidak menyenangkan. Ibunya tidak menaruh perhatian lebih padanya. Michiru hanya bahagia ketika ia bersama pacarnya, Oikawa Sousuke. Suatu hari Michiru diajak tinggal bersama oleh Sousuke. Sementara ia bersiap untuk pindah, dalam perjalanan pulang, Michiru berjumpa kembali dengan sahabat lamanya ketika di SMA, seorang gadis tomboy bernama Kishimoto Ruka. Di lain pihak, Sousuke merasa terancam dengan kehadiran Ruka, dan membuatnya menjadi posesif dan terobsesi terhadap Michiru. Perlakuan Sousuke menjadi sangat kasar terhadap Michiru, yang membuatnya selalu merasa tersiksa dan selalu menangis. Ruka dan teman-teman Michiru yang lain selalu melindunginya, meskipun mengorbankan keselamatan mereka, karena Sousuke akan menyakiti siapapun yang menghalanginya bersama Michiru. Dengan dorongan dari teman-temannya membuat Michiru mempunyai keberanian meninggalkan Sousuke karena sudah tidak tahan dengan perlakuan yang dilakukan kepadanya, hanya teman-temannya yang membuatnya merasa aman. Sousuke yang ditinggalkan, merasa tertekan dan frustasi karena Michiru lebih memilih teman-temannya dibandingkan dirinya. 4 Universitas Kristen Maranatha

Sousuke memutuskan untuk bunuh diri dengan memotong urat nadinya. Rasa sayang dan ketakutannya kehilangan Michiru malah membuat Michiru semakin menjauh dan membuat Sousuke semakin merasa tidak berguna, karena tidak tahu bagaimana membuat Michiru bahagia. Bagi Sousuke hanya kematiannya yang dapat membuat Michiru terbebas dari dirinya, karena selama Sousuke masih hidup, ia akan terus memperhatikan Michiru dan tidak akan membuat Michiru bahagia. One Missed Call 3: The Final, disutradarai oleh Aso Manabu yang dibuat pada tahun 2007 dan dibintangi oleh Horikita Maki yang berperan sebagai Asuka. Asuka adalah seorang anak korban perlakuan ijime di sekolahnya. Asuka selalu menjadi sasaran penyiksaan teman teman sekolahnya. Ia menjadi korban ijime karena membela temannya yang sebelumnnya menjadi korban ijime. Pribadi Asuka yang dianggap berbeda membuatnya selalu mendapat perlakuan buruk dari teman temannya. Akhirnya, karena tidak kuat mendapat tekanan yang begitu kuat dari lingkungan sekitarnya, maka ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di halaman sekolahnya. Life ( ライフ )merupakan film yang diambil dari Manga berjudul sama dan dibuat pada tahun 2007, yang menceritakan seorang gadis bernama Ayumu, yang harus berhadapan dengan tragedi bunuh diri yang dilakukan oleh sahabatnya yang bernama Shinozuka. 5 Universitas Kristen Maranatha

Shinozuka melakukan bunuh diri karena tidak lulus dalam ujian penerimaan siswa baru di sebuah sekolah terkenal. Ia melompat dari atap gedung sekolah tersebut karena malu dan merasa tertekan tidak bisa masuk ke sekolah yang sangat diinginkannya. Shinozuka menyalahkan Ayumu karena mendapatkan nilai lebih tinggi darinya dan diterima di SMU Nishi, karena selama ini ia lah yang membantu Ayumu agar dapat mengikuti ujian ini. Ayumu pun merasa bersalah dan merasa sebagai penyebab kejadian itu. Setelah Ayumu diterima di SMU Nishi, ia tidak mau berteman lagi dengan orang lain, karena takut menyakiti perasaan orang lain lagi jika berteman. Hal itulah,yang membuatnya menjadi sasaran ijime oleh teman teman sekolahnya karena dianggap berbeda. Meskipun akhirnya ia berteman dengan Manami. Ternyata, kejadian dahulu terulang lagi, Manami pun melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Shinozuka terdahulu. Ia mencoba mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan diri ke depan kereta yang sedang melaju, hal itu dilakukan karena ia merasa tak berarti lagi saat hubungannya berakhir dengan Katsumi. Ayumu pun merasa kembali sebagai orang yang bersalah dan penyebab orang orang terdekatnya melakukan tindakan bunuh diri, dikarenakan Katsumi memutuskan Manami, dengan alasan menyukai dirinya. Suicide Circle ( 自殺サークル, Jisatsu Sākuru) dibuat pada tahun 2002 yang dibuat oleh Sion Sono, film ini menceritakan tentang tiga detektif 6 Universitas Kristen Maranatha

yaitu, Kuroda, Murata, dan Shibusawa, yang berusaha menyelidiki tindakan bunuh diri yang saat itu terjadi setiap hari. Kejadian pertama adalah saat terjadi bunuh diri massal yang dilakukan oleh 54 anak remaja yang menabrakan diri mereka ke depan kereta yang sedang melaju kencang. Kejadian berikutnya terjadi di salah satu SMU swasta terkenal, saat itu 50 orang anak perempuan berdiri di atas gedung sekolah mereka. Awalnya mereka hanya berniat membuat lelucon untuk bunuh diri, karena saat itu tindakan bunuh diri sedang menjadi bahan pembicaraan semua orang di Jepang. Lelucon tersebut berubah menjadi petaka saat beberapa orang diantara mereka benar benar melakukan terjun bebas dari atas gedung itu. Anak anak lain yang melihatnya berteriak histeris saat melihat teman teman mereka sudah meninggal, melihat kejadian itu, mereka memutuskan untuk melakukan tindakan serupa. Dari contoh contoh film di atas terdapat kesamaan yaitu, orang Jepang nampak sangat mudah menyakiti dirinya saat mendapat tekanan dari lingkungannya. Film-film tersebut juga memperlihatkan bagaimana orang Jepang sangat bergantung pada penilaian orang lain, sehingga bunuh diri dianggap cara yang paling cepat dan mudah untuk menghilangkan rasa sakit. Penyebab bunuh diri pun tak hanya tentang membela kehormatan saja seperti dahulu, tetapi, terdapat pergeseran penyebab, seperti Ijime, masalah cinta, hingga sebuah lelucon yang dilakukan untuk menghilangkan rasa stess yang 7 Universitas Kristen Maranatha

tinggi. Hal itu terjadi karena orang Jepang tidak bisa meluapkan apa yang dirasakan secara verbal. Dengan banyaknya kejadian jisatsu yang terjadi di Jepang, penulis bermaksud untuk membahas apa yang melatarbelakangi orang Jepang untuk melakukan tindakan bunuh diri dan mengangkatnya untuk dianalisis apakah hubungan antara interaksi sosial dan Godless dengan fenomena bunuh diri yang tercermin dalam drama- drama di atas. 1.2.Pembatasan Masalah Penelitian ini membahas keterkaitan hubungan antara interaksi sosial dan konsep Godless dengan fenomena bunuh diri yang terjadi di Jepang. Fenomena ini akan dipahami melalui hubungannya dengan masalah kelompok sosial dan masalah perbedaan konsep ketuhanan dan dosa. Data analisis dibatasi pada film Last Friend, One Missed Called 3: The Final, Life, dan Suicide Circle. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan interaksi sosial dan konsep Godless dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. 8 Universitas Kristen Maranatha

1.4. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan psikologis sosial untuk menganalisis kasus kasus yang ada. Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari keadaan kejiwaan seseorang. Karena manusia senantiasa memperlihatkan perilaku yang beragam maka untuk memahaminya diperlukan pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis sosial 5 adalah pendekatan yang menggunakan ilmu pengetahuan ilmiah dari tingkah laku atau perilaku manusia yang ada. Menurut Gordon Allport, psikologi sosial adalah sebuah disiplin ilmu yang menggunakan metode ilmiah untuk memahami bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu, sebenarnya dipengaruhi oleh sesuatu yang dibayangkan atau atas keberadaan manusia lain. Psikologi sosial selalu berhubungan dengan masyarakat yang mempunyai pemikiran dan keinginan yang bermacam macam dari setiap individu. Sigmund Freud mengatakan bahwa manusia selalu dikuasai oleh batinnya sendiri. Ia juga mengatakan bahwa proses penciptaan suatu perbuatan merupakan akibat dari tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar mereka. Psikologi sosial 5 Psikologi sosial, http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi/ 9 Universitas Kristen Maranatha

memberikan suatu arahan yang dapat menjelaskan dan memahami lebih jauh mengenai perilaku individu yang ada dalam kehidupan masyarakat 6. Psikologi sosial juga mempelajari bagaimana kondisi sosial bisa mempengaruhi manusia. Manusia bukan merupakan makhluk yang dapat hidup secara individual, karena dari saat pertama kali dilahirkan manusia sudah bergantung pada orang lain. Psikologi sosial lebih cenderung memeriksa bagaimana persepsi setiap individu, sistem suatu kepercayaan, norma kesusilaan dalam masyarakat, identitas, dan perilaku yang ditentukan oleh posisi seseorang dalam masyarakat. Ada beberapa perspektif dalam psikologi sosial yaitu ; perspektif perilaku, perspektif kognitif, perspektif struktural dan perspektif interaksional. Perspektif tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami perilaku sosial. Perspektif perilaku 7 (behavioural) yang menyatakan bahwa perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mental. Dengan kata lain, semua hal yang dipengaruhi perspektif ini menekankan hubungan langsung antar perilaku yang teramati dengan lingkungan. 6 Ahmadi, Abu. Buku Psikologi Sosial, hal. 4-5 7 Mustafa, Hasan, Perspektif dalam Psikologi Sosial,1994 10 Universitas Kristen Maranatha

Perspektif kognitif 8 adalah suatu cara pandang yang menjelaskan perilaku sosial dengan cara memusatkan pada bagaimana kita menyusun mental (pikiran, perasaan) dan memproses informasi yang datangnya dari lingkungan Perspektif struktural adalah suatu cara pandang yang menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peranan sosialnya 9. Perspektif struktural juga menjelaskan perilaku manusia dan hubungannya dengan peranan sosialnya. Karena setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk berperilaku tertentu, sesuai dengan kategori yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Dan semua keinginan itu akan mempengaruhi interaksi diantara anggota kelompok. (Gergen:1991) 10. Perilaku sosial seseorang dapat dikaji melalui kebiasaan dan cara berpikir yang bersumber dari proses mental. Semua anggota kelompok sosial tertarik untuk berlaku sebaik mungkin agar hubungan antara masyarakat dan individu dapat tercipta. William James mengatakan Struktur sosial juga terdiri atas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur sosial dalam satu pola perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses sosialisasi 11. Disebabkan oleh struktur sosial ini, kita mengalami kehidupan sosial yang telah terpolakan. William James menguraikan pentingnya dampak struktur sosial atas penguasaan "diri"(self)-perasaan kita 8 Mustafa, Hasan, Perspektif dalam Psikologi Sosial,1994 9 Mustafa, Hasan, Perspektif dalam Psikologi Sosial,1994 10 Mustafa, Hasan, Perspektif dalam Psikologi Sosial,1994 11 Mustafa, Hasan, Perspektif dalam Psikologi Sosial,1994 11 Universitas Kristen Maranatha

terhadap diri kita sendiri. Dan pandangan masyarakatat terhadap diri kita sendiri 12. Robert Park memandang bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individu- individu ke dalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahu siapa diri kita. Misalnya,kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa, laki-laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kita lakukan dalam masyarakat. Beberapa teori yang melandasi persektif struktural adalah Teori Peran (Role Theory), Teori Pernyataan-Harapan (Expectation-States Theory), dan Posmodernisme (Postmodernism). Perspektif Interaksional adalah cara pandang yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri 13. Teori ini dikembangkan oleh George Herbert Mead (1913:374). Mead mengatakan bahwa keanggotaan kita dalam suatu kelompok sosial menghasilkan perilaku bersama yang kita kenal dengan sebagai budaya 14. Menurut cara pandang ini, gerak atau isyarat yang maknanya diberi bersama oleh semua manusia yang terlibat dalam interaksi adalah sebuah simbol yang penting. Sehingga terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu 12 H. Tuner, Jonathan. Sociology, Concepts and Uses. 1994. McGraw-Hill Inc. 13 Mustafa, Hasan, Perspektif dalam Psikologi Sosial,1994 14 Mead, Herbert George. The Sosial Self, Journal of Philosophy, Psychology And Scientific method. 1913. Departement of Sosiology, Brock University Press 12 Universitas Kristen Maranatha

dengan individu atau pun dengan stuktur sosial yang lebih besar yang disebut masyarakat. Mead mengatakan bahwa individu-individu yang memegang posisi berbeda dalam suatu kelompok, mempunyai peran yang berbeda pula, sehingga memunculkan perilaku yang juga berbeda, misalnya perilaku pemimpin berbeda dengan pengikutnya. William James dan John Dewey menyebutkan bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasan kelompok seperti adat istiadat dan struktur sosial. Teori perspektif struktural ini memusatkan perhatian pada proses sosialisasi, yaitu proses di mana perilaku kita dibentuk oleh peran yang beraneka ragam dan selalu berubah, yang dirancang oleh masyarakat kita dan juga perspektif interaksional yang memusatkan perhatiannya pada proses interaksi yang mempengaruhi perilaku sosial kita. Kedua perspektif tersebut memperlihatkan adanya arahan yang fokusnya ada pada hubungan individu dengan masyarakat sosial. Hanya perbedaan utamanya di antara kedua perspektif tadi adalah pada pihak mana yang berpengaruh paling besar terhadap pembentukan perilaku. Kaum strukturalis cenderung meletakan struktur sosial sebagai determinan perilaku sosial individu, sedangkan kaum interaksionis lebih memandang individu, merupakan agen yang aktif dalam membentuk perilakunya sendiri. Berdasarkan pada teori di atas, penulis memilih pendekatan psikologi sosial dengan menggunakan perspektif interaksional, karena mempunyai 13 Universitas Kristen Maranatha

keterkaitan yang paling dekat dengan kasus yang sedang diteliti agar dapat dianalisis dengan baik. 1.5 Organisasi Penulisan Organisasi penulisan penelitian ini dibagi kedalam empat bab yang dapat diuraikan sebagai berikut. Bab I mencakup latar belakang masalah yang dibahas dan disertai dengan pembatasan masalah, tujuan penelitian, pendekatan penelitian juga organisasi penulisan. Bab II berisi landasan teori yang membahas mengenai bunuh diri, interaksi sosial, godless dan agama yang ada di Jepang serta penyebab terjadinya tindakan bunuh diri. Bab III berisi analisis kasus yang terjadi dalam film Suicide Circle, One Missed Call 3: The Final, Life dan Last Friend, yang digunakan sebagai bahan referensi penelitian. Dan Bab IV berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis tindakan tindakan bunuh diri yang ada di dalam drama tersebut. 14 Universitas Kristen Maranatha