BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

Green menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

KUESIONER PENELITIAN

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

Oleh: Aulia Ihsani

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

II. TINJAUAN TEORITIS

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN. SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : Dra. NUNUN NURHAJATI, M.Si.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUISIONER SURVEY MAWAS DIRI

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Sumut,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap individu. Menurut. yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB I PENDAHULUAN. signifikan antara kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.1.1. Defenisi PHBS Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masingmasing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Depkes, 2009). Adapun sasaran PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu : tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum (Depkes RI 2009). 2.1.2. Manfaat PHBS di Tatanan Rumah Tangga 1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit sehingga dapat berproduktivitas 2. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya

pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. 2.1.3. Kegiatan PHBS Depkes (2006) menjelaskan Kegiatan PHBS mencakup enam bidang yaitu : bidang gizi, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), kesehatan lingkungan, jaminan pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat, dan bidang obat dan farmasi. PHBS dalam bidang gizi adalah makan dengan gizi seimbang, minum tablet besi selama hamil, memberi ASI Eksklusif, menkonsumsi garam beryodium, member bayi dan balita kapsul vitamin A. PHBS bidang KIA dan KB adalah memeriksa kehamilan, persalinan ditolong tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, ikut keluarga berencana, makan makanan bergizi dan ibu hamil tidak merokok di dalam rumah. PHBS bidang lingkungan adalah cuci tangan dengan sabun dan air setelah buang air besar, menghuni rumah sehat, memiliki dan menggunakan jamban yang sehat, memberantas jentik nyamuk, membuang sampah pada tempatya. PHBS pada bidang pemeliharaan kesehatan, misalnya memiliki jaminan pemaliharaan kesehatan, aktif mengurus Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)/sebagai kader, memanfaatkan puskesmas/sarana kesehehatan. PHBS bidang gaya hidup sehat, misalnya : tidak merokok dalam rumah, melakukan aktifitas fisik/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah-buahan setiap hari.

PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya: memiliki tanaman obat keluarga, tidak menggunakan napza, menggunakan obat generik, jauhkan anak-anak dari bahan-bahan berbahaya/beracun, minum oralit jika diare. 2.1.4. Indikator PHBS pada Tatanan Rumah Tangga Indikator yang dipakai dalam sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Rumah Tangga adalah: 1. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan para medis lainnya). 2. Memberi Bayi ASI Eksklusif Bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. 3. Menimbang Bayi dan Balita Setiap Bulan Penimbangan bayi dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di sarana pelayanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita. 4. Menggunakan Air Bersih Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah air bersih yang bersumber dari mata air, air sumur pompa, air ledeng, air hujan dan air dalam kemasan.sumber air sumur pompa dan mata air harus berjarak minimal10 meter dari tempat pembuangan kotoran atau limbah. 5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, mencuci tangan setiap kali tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menceboki bayi atau

anak, sebelum makanan menyuapi anak, sebelum memegang makanan dan sebelum menyusui bayi. 6. Menggunakan Jamban Sehat Jamban yang digunakan dapat berbentuk leher angsa, tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya dan Jamban harus dijaga kebersihannya. 7. Memberantas Jentik di Rumah Rumah bebas jentik dapat dicapai dengan pemeriksaan tempat perkembang biakan nyamuk seperti : bak mandi, vas bunga, tatakan kulkas,talang air, alas pot kembang, lubang pohon, pagar bambu. Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M plus (menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk). 8. Makan Sayur dan Buah Setiap Hari Setiap anggota keluarga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran setiap hari. 9. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari Setiap anggota keluarga melakukan aktifitas fisik 30 menit setiap hari, dapat berupa kegiatan berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan olah raga. 10. Tidak Merokok di Dalam rumah Setiap anggota keluarga tidak merokok didalam rumah selama bersama dengan anggota keluarga lainnya.

2.2. Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor faktor baik dari dalam maupun dari luar diri subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat, berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2010) menjelaskan teori tersebut adalah teori Green, (1980); Karr (1983); dan WHO (1984). 1. Teori Green menjelaskan ada dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factor), dan faktor non-perilaku (non-behavioral factor). Selanjutnya Green menganalis, bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: a. Faktor-faktor predisposisi (pre disposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang mempasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor), adalah faktor-faktor yang mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku.kadang-kadang

meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Dalam hal ini dukungan dari tokoh masyarakat dibutuhkan sebagai contoh dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 2. Teori Karr, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu: a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya, apabila ada niat dari masyarakat untuk mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti membuat jamban, maka hal itu akan terlaksana. b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Didalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku sehat orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, paling tidak, tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan di masyarakat. c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait tindakan yang akan diambil seseorang. d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama di pedesaan. Seorang isteri, dalam mengambil keputusan masih sangat tergantung pada suami. Contoh : untuk

periksa hamil isteri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalau suami tidak setuju maka tidak ada pemeriksaan kehamilan. e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun dibutuhkan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yanga lain tidak ada masalah, tetapi apabila situasi dan kondisi tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan terjadi. 3. WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana dan ada 4 faktor (determinan) yang memengaruhi perilaku seseorang, yaitu: a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal References). Didalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Orang mau membangun jamban keluarga, kalau tokoh masyarakat sudah terlebih dahulu mempunyai jamban keluarga sendiri.

c. Sumber daya (recourses) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sumber daya ini sama dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau fasilitas). d. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio-budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas. Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian timbul sikap dari individu dan memunculkan keyakinan/ kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan. 2.2.1. Faktor Predisposisi Menurut teori Green dan Anderson (dalam Notoadmojo, 2010) salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor predisposisi. Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah : 1. Pengetahuan Pengetahuan seseorang atau masyarakat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksa kehamilannya akan

dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan. Pengetahuan berasal dari kata dasar tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui proses panca indera manusia, berupa indera penglihatan, pendengaran, pengecap, penciuman dan perasa, yang memberikan rangsangan kepada otak sehingga dapat mengenali suatu objek. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas dan persepsi terhadap objek yang diamati (Notoatmodjo, 2010). Menurut Bloom 1908 (dalam Notoatmodjo, 2010) secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya jamban adalah tempat membuang air besar. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan. b. Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application) Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.misalnya seorang ibu hamil apabila telah memahami resiko yang dapat terjadi pada kehamilan, maka ibu tersebut akan memeriksakan kehamilan secara rutin ke petugas kesehatan yang menangani persalinan. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi e. Sintesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru f. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Notoatmodjo (2003) menjelaskan Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi: a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

- penyebab penyakit - bagaimana cara pencegahan penyakit b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: a. jenis-jenis makanan yang bergizi b. manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan c. pentingnya olah raga bagi kesehatan d. penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan: - manfaat air bersih - cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah - manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat 2. Sikap Sikap seseorang atau masyarakat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksa kehamilannya akan dipermudah apabila ibu tersebut mempunyai sikap yang positif terhadap periksa hamil. Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Indikator untuk sikap kesehatan meliputi:

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Dalam hal ini terdapat penilaian atau pendapat seseorang terhadap penyebab penyakit, bagaimana cara pencegahan penyakit, dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat Penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan caracara berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan yang bergizi, manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan, pentingnya olah raga bagi kesehatan, dan sebagainya. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya dengan kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan sampah, limbah, dan kotoran, dan sebagainya. Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu: a. Komponen Kognitif : yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang sikap objek tersebut.

b. Komponen Afektif. Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. c. Komponen Konatif : yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objeknya. 3. Kepercayaan, tradisi dan nilai dimasyarakat Kepercayaan, tradisi, nilai dimasyarakat dapat menjadi mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kepercayaan bahwa orang hamil tidak boleh keluar rumah, dengan sendirinya akan menghambat perilaku periksa hamil (negatif). Tetapi kepercayaan bahwa orang hamil harus banyak jalan mungkin merupakan faktor positif bagi perilaku ibu hamil tersebut. 4. Umur Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru. Faktor umur termasuk dalam aspek perkembangan kehidupan manusia, menentukan bagaimana pola dan cara berkomunikasi seorang individu.umur yang semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamannya, sehingga pengetahuannya makin bertambah, karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap menghadapi sesuatu (Notoatmodjo,2003).

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan perilaku dan dengan bertambahnya umur seseorang akan sulit menerima informasi, mereka kurang aktif, mudah terserang penyakit dan cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. Pada usia muda penerimaan informasi akan lebih mudah dan lebih dinamis dibandingkan usia tua sehingga lebih mudah menerima perubahan perilaku. Disamping itu pada umur dewasa muda apabila dilihat dari perkembangan kognitifnya maka kebiasaan berpikir rasional mereka meningkat, juga biasanya mereka cukup aktif dan jarang mengalami penyakit yang berat Suryanto (dalam Wantiyah, 2004). 5. Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yang berupa rohani (cipta rasa, dan karsa) dan jasmani (panca indera dan keterampilan) (Budioro, 2002). Pendidikan untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat, konsepkonsep, sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengatahuan yang cukup atau kurang (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami, semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah untuk menerima informasi dan pengetahuan yang mereka miliki.

Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat keluarga dengan tingkat pendidikan yang kurang mendukung akan menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan formal, sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan dan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip PHBS. Menurut pendapat Mubarak (2007) bahwa pendidikan sebagai suatu proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan perilaku pada dirinya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseoarang semakin mudah pula mereka menerima informasi kesehatan. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi kesehatan, dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan. 6. Pekerjaan Pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan atau barang dalam kurun waktu tertentu (Mantra, 2007). Pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga. Makin tinggi status sosial ekonomi yang meliputi jenis pekerjaan, maka makin baik perilaku hidup bersih dan sehat dalam

keluarga, dan sebaliknya makin rendah makin buruk perilaku hidup sehatnya Zaahara dalam kusumawati, dkk (2008). 7. Pendapatan Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Makin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat konsumsi makin tinggi, karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi makin besar. Pendapatan mempunyai peranan penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (rumah yang nyaman, pendidikan, pemeliharaan kesehatan). Menurut pendapat Faturrahman dan Mollo (1995) tingkat penghasilan berkaitan dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat. 8. Jenis Kelamin 9. Golongan Etnik atau Suku 10. Kelas Sosial Kelas Sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tempat tinggal. Hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.

2.3. Dukungan Sosial 2.3.1. Defenisi Dukungan Sosial Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh para ahli. Sheridan dan Radmacher (1992) menekankan pengertian dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. Social support is the resources provided to us through our interaction with other people. Menurut Cobb (dalam Gottlieb, 1983) dukungan sosial adalah informasi yang mengarah ke individu untuk percaya bahwa dia diperhatikan dan dicintai, dihargai serta ia menjadi bagian dari suatu kelompok yang saling bertanggung jawab. Pendapat lain dikemukakan oleh siegel (dalam Taylor, 1999) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Social support is information from others that one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual obligation. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

2.3.2. Sumber Dukungan Sosial Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan. 2.3.3. Bentuk Dukungan Sosial Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu : 1. Dukungan Instrumental (Tangible Assisstance) Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah. 2. Dukungan Informasional Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

3. Dukungan Emosional Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. 4. Dukungan pada Harga Diri Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. 5. Dukungan dari Kelompok Sosial Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib. 2.3.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial Stanley (2007) mengatakan faktor-faktor yang memengaruhi dukungan sosial adalah : 1. Kebutuhan Sosial Seseorang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik akan lebih dikenal di masyarakat dibandingkan dengan orang yang tidak pernah bersosialisasi dengan orang lain. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik akan cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehhidupan masyarakat.

2. Kebutuhan Fisik Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial. 3. Kebutuhan Psikis Apabila seseorang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa di hargai. 2.4. Landasan Teori Pada penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori-teori relevan, yang disusun untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diteliti. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan bentuk dari perilaku setiap anggota rumah tangga dalam meningkatkan derajad kesehatannya. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2010) bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor predisposisi (pengetahuan,sikap,keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi dan sebagainya), faktor pemungkin (sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat (faktor yang mendorong agar masyarakat mau melaksanakan PHBS). Kemudian Teori Snehandu B.Karr dalam Notoatmodjo (2010). mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu: Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya, apabila ada niat dari masyarakat untuk mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat,

seperti membuat jamban, maka hal itu akan terlaksana, Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support), Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan serta Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana dan ada 4 faktor (determinan) yang memengaruhi perilaku seseorang, yaitu: Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal References). Didalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Orang mau membangun jamban keluarga, kalau tokoh masyarakat sudah terlebih dahulu mempunyai jamban keluarga sendiri. Sumber daya (recourses) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian timbul sikap dari individu dan memunculkan keyakinan/ kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan.

Teori Lawrence Green (1980) a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Keyakinan Nilai-nilai b. Faktor Pendukung (Enabling Factors), - Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors) - perilaku Petugas Kesehatan - Perilaku Masyarakat Teori Snehandu B. Kar (1983) 1. Niat untuk Bertindak (Behaviour Intention) 2. Dukungan Sosial (Social-Support) 3. Informasi tentang Kesehatan (Accessebility of Information) 4. Otonomi Pribadi (Personal Autonomy) 5. Situasi yang Memungkinkan untuk Bertindak (Action Situation) Perilaku Teori WHO (1984) 1. Pemahaman dan Pertimbangan (Thought and Feeling) - Pengetahuan - Kepercayaan - Sikap 2. Orang Penting sebagai Referensi (Personal Reference) - Guru - Alim Ulama - Kepala Adat (Suku) - Kepala Desa - dan sebagainya 3. Sumber-sumber Daya (Resources) - Fasilitas - Uang - Waktu - Tenaga, - dan sebagainya. 4. Kebudayaan (Culture) - Kebiasaan - Nilai-nilai - Tradisi-tradisi - Sumber-sumber di dalam Masyarakat Gambar 2.1. Kerangka Teori

2.5. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Faktor Predisposisi : Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Pengetahuan Sikap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dukungan Sosial : Dukungan instrumental Dukungan Informasional Dukungan Emosional Dukungan Harga diri Dukungan Kelompok Sosial Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep menggambarkan bahwa variabel independen yaitu variabel faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan dukungan sosial terhadap pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat.