Penerapan model aparch untuk volatilitas returns Kurs beli eur dan jpy terhadap idr periode

dokumen-dokumen yang mirip
Estimasi MCMC untuk Model GARCH(1,1) Studi Kasus: Kurs beli JPY dan EUR terhadap IDR

Jurnal MIPA 39 (1) (2016): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 39 (1) (2016): Jurnal MIPA.

ESTIMASI MCMC UNTUK RETURN VOLATILITY DALAM MODEL ARCH DENGAN RETURN ERROR BERDISTRIBUSI T-STUDENT

PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH. Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNS

Metode Peramalan dengan Menggunakan Model Volatilitas Asymmetric Power ARCH (APARCH)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat.

Program Studi Matematika

ESTIMASI PARAMETER DALAM MODEL RETURN STOKASTIK DENGAN LOMPATAN MENGGUNAKAN METODE MARKOV CHAIN MONTE CARLO

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

BAB III ASYMMETRIC POWER AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (APARCH) Asymmetric Power Autoregressive Conditional Heteroscedasticity

ESTIMASI VOLATILITY (σ) DARI MODEL AR(p) MENGGUNAKAN METODE MARKOV CHAIN MONTE CARLO (MCMC)

MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA DENGAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING PADA INDIKATOR IMPOR, EKSPOR, DAN CADANGAN DEVISA

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan data

PENERAPAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

MA6281 Topik Statistika IV: Analisis Deret Waktu Keuangan

UNNES Journal of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjual, menahan, atau membeli saham dengan menggunakan indeks

PEMODELAN RETURN PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS. Keywords: Stocks, Portfolio, Return, Volatility, Asymmetric GARCH.

PENERAPAN MODEL EGARCH-M DALAM PERAMALAN NILAI HARGA SAHAM DAN PENGUKURAN VALUE AT RISK (VAR)

Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

PERAMALAN VOLATILITAS MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (GARCH-M)

PENERAPAN MODEL EGARCH PADA ESTIMASI VOLATILITAS HARGA MINYAK KELAPA SAWIT

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

MODEL NON LINIER GARCH (NGARCH) UNTUK MENGESTIMASI NILAI VALUE at RISK (VaR) PADA IHSG

Meganisa Setianingrum, Sugiyanto, Etik Zukhronah Prodi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

TEKNIK PERAMALAN DENGANMODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONALHETEROSCEDASTIC (ARCH) (Studi KasusPada PT. Astra Agro Lestari Indonesia Tbk)

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN AKURASI MODEL ARCH DAN GARCH PADA PERAMALAN HARGA SAHAM BERBANTUAN MATLAB Sunarti, Scolastika Mariani, Sugiman

METODE PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL VOLATILITAS ASYMMETRIC POWER ARCH (APARCH)

PEMODELAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (TGARCH)

Anis Nur Aini, Sugiyanto, dan Siswanto Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENDETEKSIAN DINI KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DENGAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR KONDISI PERBANKAN

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah di bidang ekonometrika. Ekonometrika merupakan bidang ilmu ekonomi yang

PEMODELAN RETURN SAHAM PERBANKAN MENGGUNAKAN EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (EGARCH)

SENSITIFITAS MODEL GARCH UNTUK MENGATASI HETEROKEDASTIK PADA DATA DERET WAKTU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

PERAMALAN VALUE AT RISK MENGGUNAKAN METODE GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR IMPOR DAN EKSPOR MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses pengambilan keputusan di suatu instansi. Untuk melakukan

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

KAITAN RETURN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP BEBERAPA MATA UANG ASING. Abstrak

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN KURS MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

PEMODELAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (TGARCH)

Ratri Oktaviani, Sugiyanto, dan Yuliana Susanti Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

Analisis Risiko Investasi Saham Syariah Dengan Model Value AT Risk-Asymmetric Power Autoregressive Conditional Heterocedasticity (VaR-APARCH)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

Pemodelan dan Peramalan Penutupan Harga Saham Harian Jakarta Islamic Index Model Garch

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y

BAB III NONLINEAR GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (N-GARCH)

IMPLEMENTASI METODE MARKOV CHAIN MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA KONTRAK BERJANGKA KOMODITAS

INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) (Studi Kasus pada Return Kurs Rupiah terhadap Dollar Australia)

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT

SKRIPSI. Disusun Oleh : OKTAFIANI WIDYA NINGRUM

PENENTUAN VALUE AT RISK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PADA PORTOFOLIO SAHAM

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

ANALISIS RISIKO INVESTASI SAHAM SYARIAH DENGAN MODEL GLOSTEN JAGANNATHAN RUNKLE THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GJR-TARCH)

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

PERBANDINGAN PENDEKATAN GENERALIZED EXTREME VALUE DAN GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION UNTUK PERHITUNGAN VALUE AT RISK PADA PORTOFOLIO SAHAM

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

Kurniawati, Sri Sulistijowati Handajani, dan Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA UNS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD BERDASARKAN MODEL VAR

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH

Transkripsi:

1 Penerapan model aparch untuk volatilitas returns Kurs beli eur dan jpy terhadap idr periode 2009-2014 Saragah Repi Pratama, Didit Budi Nugroho *, Bambang Susanto Program Studi Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52 60 Salatiga 50711, Jawa Tengah, Indonesia * Email korespondensi: didit.budinugroho@staff.uksw.edu Abstrak Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam studi literatur keuangan adalah volatilitas untuk returns aset. Model volatilitas yang diperhatikan dalam studi ini yaitu spesifikasi-spesifikasi APARCH (asymmetric power autoregressive conditional heteroskedasticity) univariat yang berbedabeda, sedangkan aset yang diperhatikan yaitu kurs beli mata uang asing terhadap rupiah. Model diestimasi menggunakan metode adaptive random walk Metropolis (ARWM) dalam algoritma Markov chain Monte Carlo (MCMC) dan diaplikasikan untuk data returns kurs beli Euro (EUR) dan Japanese Yen (JPY) terhadap Indonesian Rupiah (IDR) dalam periode harian dari Januari 2009 sampai Desember 2014. Hasil empiris yang didasarkan pada nilai log posterior likelihood menunjukkan bahwa model volatilitas yang paling sesuai untuk kedua returns kurs jual yaitu APARCH(1,1) dengan estimasi pangkat (power) volatilitas sama dengan 1,15 untuk returns EUR dan 1,089 untuk returns JPY. Dalam kasus tersebut diperoleh bahwa hanya efek pangkat (Taylor) yang signifikan secara statistik (pada tingkat 1%) dalam returns EUR. Sementara itu, dalam returns JPY, efek leverage dan efek pangkat (Taylor) adalah signifikan secara statistik pada tingkat 1%. Kata kunci: APARCH, ARWM, kurs beli, MCMC, volatilitas returns A. Pendahuluan Volatitilitas returns aset merupakan suatu topik yang telah lama ada di dalam studi literatur keuangan. Volatilitas, seperti untuk indeks saham dan nilai tukar, sering didefinisikan sebagai suatu ukuran risiko sekuritas (surat berharga) berdasarkan fluktuasi nilai dan returns aset. Abdalla dan Winker (2012) mendefinisikan volatilitas sebagai suatu ukuran statistik dari penyebaran returns untuk indeks pasar atau sekuritas tertentu dan itu dapat diukur menggunakan simpangan baku dari returns. Beberapa penelitian teoritis dan empiris menunjukkan bahwa nilai volatilitas yang tinggi dari returns kurs menyebabkan risiko yang lebih tinggi bagi pedagang. Secara umum, runtun data returns keuangan berfrekuensi tinggi (seperti mingguan, harian, atau menit) bersifat heteroskedastik, artinya bahwa nilai volatilitas berubah-ubah setiap waktu. Berdasarkan hal tersebut, Engel (1982) mengusulkan model ARCH (autoregressive conditional heteroscedasticity) yang telah banyak digunakan dalam studi literatur keuangan. Model tersebut diperumum oleh Bollerslev (1986) menjadi model GARCH (generalized ARCH). Model ARCH dan GARCH berhasil mengakomodasi pengelompokan volatilitas (clustering volatility) dan fat tail leptokurtosis, namun gagal dalam mengakomodasi leverage effect yang merupakan kejadian umum di pasar keuangan. Suatu model yang merupakan generalisasi dari GARCH dan mengakomodasi ketiga faktor tersebut yaitu model asymmetric power GARCH atau dikenal sebagai model APARCH yang diperkenalkan oleh Ding dkk. (1993). Lebih lanjut, Danielsson (2011) menyatakan bahwa model APARCH mengkombinasikan dua efek: (1) leverage effect: asimetris dalam hal pengaruh kuat dari returns positif atau negatif, dan (2) membolehkan fleksibilitas pangkat dalam penghitungan volatilitas. Hal yang umum dari semua aplikasi yang berhubungan dengan model APARCH yaitu bahwa model tersebut diestimasi dengan menggunakan metodel maximum likelihood estimation dan metode numerik untuk mendekati derivatif dari fungsi likelihood.

2 Dalam studi ini, beberapa tipe dari model APARCH diaplikasikan untuk data kurs beli EUR dan JPY atas periode harian dari Januari 2009 sampai Desember 2014, seperti yang digunakan oleh Safrudin dkk. (2015), Salim dkk. (2016), dan Saputri dkk. (2016). Di sini parameter-parameter model diestimasi menggunakan metode ARWM dalam algoritma MCMC. Lebih lanjut tipe-tipe APARCH dibandingkan berdasarkan nilai estimasi marginal likelihood untuk mendapatkan model yang paling sesuai untuk setiap data. B. Metode Penelitian B.1 Data Pengamatan Berdasarkan Salvatore (2013), terdapat tiga mata uang yang dominan dalam perdagangan internasional, yaitu USD, EUR, dan JPY. Dalam studi ini data yang digunakan adalah EUR dan JPY karena returns dari kurs beli USD terhadap IDR berautokorelasi (tidak sesuai dengan asumsi returns). Data diambil dari laman BI (http://www.bi.go.id) atas periode harian dari Januari 2009 sampai Desember 2014, tidak termasuk akhir pekan dan hari libur. B.2 Model Berdasarkan asumsi di pasar keuangan bahwa harga aset mengikuti gerak Brown geometrik, returns dapat dinyatakan sebagai berikut (Tsay, 2005): = ln = +, ~(0, ), dimana adalah rata-rata returns dan mempresentasikan harga aset pada waktu. Selanjutnya, studi ini menggunakan meancorrected returns yang didefinisikan dalam persen seperti berikut: = 100 ln 1 ln. Dicatat bahwa asumsi umum untuk returns yaitu tidak berautokorelasi. Suatu model yang lebih fleksibel daripada model GARCH yaitu model APARCH yang mengganti di model GARCH dengan, dimana > 0. Dinamika model APARCH(p,q) untuk volatilitas bersyarat dinyatakan seperti berikut: = + ( ) +, dengan = 1,2,,, > 0, 0, 0, > 0 dan 1 < < 1. Dalam hal ini, and berturut-turut adalah koefisien-koefisien dari model ARCH dan GARCH, menyatakan efek leverage antara volatilitas dan returns ketika 0, dan adalah pangkat volatilitas atau efek Taylor (menurut Taylor (1986)) ketika 1, yang menyatakan selisih autokorelasi sampel dari returns mutlak atau kuadrat. Efek dari atas adalah melalui fungsi ( ), di mana ( ) =. Ketika > 0, maka ( ) > ( ) untuk setiap nilai > 0, artinya informasi negatif (bad news) dari return kemarin mempunyai efek yang lebih kuat pada volatilitas saat ini daripada informasi positif (good news) dari return kemarin. Jika < 0, maka ( ) > ( ), yang berarti bahwa informasi positif dari returns kemarin mempunyai efek yang lebih kuat pada volatilitas saat ini daripada informasi negatif dari return kemarin. Beberapa model khusus yang dapat diperoleh dari model APARCH (Laurent, 2003): Ketika = 2, = 0, dan = 0, maka diperoleh model ARCH. Ketika = 2 dan = 0, maka diperoleh model GARCH. Ketika = 1 dan = 0, maka model diperoleh model TS-GARCH. Ketika = 2, maka diperoleh model GJR- GARCH. Ketika = 1, maka diperoleh model TARCH. Ketika = 0 dan = 0, maka diperoleh model NARCH. Model-model di atas selanjutnya diaplikasikan pada data riil dan dibandingkan kesesuaiannya. Secara khusus, studi ini mengambil = 1 dan 1. Melalui aplikasi model GARCH(1,1), Ruppert (2011) menunjukkan secara empiris bahwa fungsi autokorelasi menurun secara lambat setelah satu lag dan menjadi alasan utama kenapa model bertipe GARCH dicocokkan dengan autokorelasi lag-1 dalam banyak runtun waktu keuangan. B.3 Metode MCMC untuk APARCH(1,1) Nugroho (2014) menuliskan bahwa implementasi metode MCMC melibatkan dua langkah. Pertama, membangun rantai Markov.

3 Kedua, menggunakan metode Monte Carlo untuk meringkas distribusi posterior pada parameter sebagai keluaran MCMC. Dimisalkan = (,,, ) dan = (,,, ). Berdasarkan aturan Bayes, distribusi posterior gabungan dari parameter bersyarat pada observasi dinyatakan seperti berikut: (, ) = ( )() di mana, ( ) = dan () adalah distribusi prior untuk. Metode MCMC banyak digunakan untuk melakukan estimasi dalam studi literatur keuangan. Salah satu metode MCMC yang banyak digunakan adalah random walk Metropolis (RWM) yang kemudian diperbaiki efisiensinya dalam metode ARWM. Dalam penggunaan ARWM, dimisalkan y n sebagai suatu barisan bilangan riil. Algoritma ARWM dapat dituliskan sebagai berikut : (i) Inisialisasi nilai awal dan. (ii) Diandaikan bahwa saat waktu 0, diketahui dan. a. Dibangkitkan proposal = +, di mana ~(, 1), dan ~(0,1). b. Dihitung rasio Metropolis : (, ) = ( ) ( ) dan ditetapkan (, ) = min1, (, ). c. Jika (, ), maka = ; jika tidak, maka =. (iii) Dimisalkan min, maks dan dihitung : = maks min, + () () Jika > maks, maka = maks. Sedangkan jika, < maks, maka =. Dalam penelitian ini ditetapkan : min = 10, maks = 10, = 0,44, = 0,6 dengan dipilih agar laju penerimaan mendekati 0,44. Pemilihan skala untuk parameter memiliki pengaruh yang besar pada perubahan nilai proposal. Secara intuitif, apabila nilai sangat kecil, maka pergerakan hasil dari algoritma ARWM juga kecil. Sebaliknya, apabila nilai sangat besar, maka pergerakkan hasil algoritmanya juga besar, sehingga mengakibatkan proposal ditolak. (Salim, 2016) C. Hasil Penelitian dan Pembahasan C.1 Statistik Dekstriptif dari Data Studi ini mengaplikasikan model volatilitas pada data runtun waktu harian dari kurs beli JPY dan EUR terhadap IDR untuk periode lima tahun dari Januari 2009 sampai Desember 2014 yang memuat 1472 observasi. Gambar 1 mengilustrasikan runtun waktu dari kurs beli dan returns yang berkorespondensi, sedangkan Tabel 1 menyajikan statistik deskriptif untuk returns harian, seperti rata-rata, simpangan baku (SB), uji normalitas dari Jarque Bera (JB), dan uji autokorelasi dari Ljung Box (LB). Uji normalitas dan autokorelasi menunjukkan bahwa kedua runtun returns tidak berdistribusi normal dan juga tidak berkorelasi secara serial. Meskipun data pengamatan mempunyai returns yang tidak berdistribusi normal, data tersebut tetap digunakan karena studi ini dimulai dari asumsi distribusi normal sebagai pendekatan sederhana dan untuk membangun struktur empiris dasar bagi studi berikutnya yang lebih rumit. Tabel 1. Statistik deskriptif returns harian kurs beli EUR dan JPY terhadap IDR atas periode 2009 2014. Mata SB Uji JB Uji LB Uang tidak tidak EUR 0,0002 0.677 JPY -0.0089 0.835 normal tidak normal berautokorelasi tidak berautokorelasi C.2 Uji Stasioneritas Untuk memeriksa apakah nilai kurs beli dan returns harian adalah runtun stasioner, studi ini mengaplikasikan uji augmented Dickey Fuller (Dickey and Fuller, 1981) menggunakan fungsi adftest yang sudah tersedia di MATLAB. Hasil dilaporkan dalam Tabel 2. Table 2. Keluaran uji akar satuan ADF untuk runtun kurs beli dan returns dari EUR dan JPY. Runtun Statistik Uji ADF Kurs beli EUR 0.144 Kurs beli JPY 0.580 Returns EUR 37.406 Returns JPY 39.508 Catatan: H0 : Terdapat akar unit (tak stasioner).

4 Uji ADF untuk runtun kurs beli mengindikasikan bahwa kedua runtun harus diperhatikan sebagai runtun tak stasioner. Ketika uji yang sama diaplikasikan untuk data returns, hasil memberikan penolakan hipotesis nol dari suatu akar satuan untuk kedua runtun, yang artinya bahwa kedua runtun dapat diperhatikan sebagai runtun stasioner atas periode yang ditetapkan. C.3 Uji Heteroskedastisitas Mengingat bahwa studi ini bertujuan menganalisis volatilitas pada data returns kurs beli, maka pengujian untuk heteroskedastisitas perlu dilakukan. Dalam kasus ini digunakan fungsi archtest yang sudah tersedia di MATLAB. Hasil pengujian diringkas dalam Tabel 3 yang menyediakan bukti kuat untuk menolak hipotesis nol. Penolakan tersebut mengindikasikan eksistensi efek ARCH dalam runtun returns dan oleh karena itu variansi (volatilitas kuadrat) dari runtun returns kurs beli EUR dan JPY adalah tidak konstan. Table 3. Keluaran uji efek ARCH untuk returns dari EUR dan JPY. EUR JPY Statistik uji ARCH 40.727 43.696 Catatan: H0 : Tidak ada efek ARCH dalam runtun returns. C.2 Hasil Empiris Metode estimasi yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya selanjutnya diimplementasikan dalam MATLAB R2009a dengan membuat kode program sendiri. Untuk semua model, studi ini mengerjakan simulasi MCMC untuk 15.000 iterasi. Dalam semua kasus, 5.000 bilangan acak yang pertama dihilangkan dan 10.000 bilangan acak sisanya digunakan untuk menghitung rata-rata posterior, simpangan baku, batas bawah (BB) dan batas atas (BA) dari 95% interval highest posterior density (HPD), dan integrated autocorrelation time (IACT) sebagai indikator efisiensi metode pembangkitan bilangan acak. Nilai IACT bisa diinterpretasikan sebagai banyaknya iterasi yang diperlukan untuk mendapatkan suatu bilangan acak yang bebas. Tabel 4 dan 5 meringkas hasil tersebut pada pengaplikasian returns kurs beli USD dan EUR terhadap IDR. Dari Tabel 4 dan 5, nilai IACT mengindikasikan bahwa metode ARW tidak cukup efektif untuk mengestimasi model TARCH, TS-GARCH, dan APARCH. Meskipun begitu, beberapa pengulangan estimasi menunjukkan bahwa keluaran MCMC adalah tidak jauh berbeda. Pada pengaplikasian returns kurs beli EUR, studi ini menemukan bahwa parameter leverage tidak signifikan secara statistik mendukung efek leverage pada tingkat 5%. Sementara itu, pada returns kurs beli JPY, efek leverage adalah signifikan negatif secara statistik pada tingkat 1% untuk model APARCH. Terkait dengan efek Taylor pada returns kurs beli EUR, parameter adalah berbeda secara signifikan dari 1 tetapi tidak dari 2 untuk model NARCH dan berbeda secara signifikan dari 1 dan 2 untuk model APARCH. Pada returns kurs beli JPY, efek Taylor adalah berbeda secara signifikan dari 1 dan 2 pada tingkat 1% untuk model NARCH dan APARCH. Tabel 4 dan 5 juga melaporkan suatu ukuran persistensi (autokorelasi) volatilitas yang dihitung sebagai + untuk model GARCH dan TS-GARCH, + 0,5 + untuk model TARCH dan GJR-GARCH, dan (1 ) + untuk model APARCH. Model GJR-GARCH untuk returns kurs beli EUR menghasilkan persistensi tertinggi (0,979). Dalam kasus returns kurs beli JPY, persistensi tertinggi dihasilkan oleh model GARCH. Selanjutnya, berdasarkan pada nilai estimasi log posterior likelihood, model volatilitas yang sesuai untuk returns kurs beli EUR dan JPY terhadap IDR adalah APARCH. Nilai-nilai estimasi parameter untuk model APARCH pada pengaplikasian kedua returns tersebut disajikan pada Gambar 2 dan 3. Secara khusus, model volatilitas APARCH(1,1) untuk returns kurs beli EUR terhadap IDR yaitu. = 0.094 + 0.07( + 0.128 ).. + 0.831 dan untuk returns kurs beli JPY terhadap IDR dituliskan sebagai berikut:. = 0.094 + 0.099( + 0.293 ).. + 0.817 Grafik runtun volatilitas untuk kedua model di atas disajikan pada Gambar 4.

5 D. Simpulan dan Saran Studi ini telah menyelidiki beberapa tipe khusus yang diturunkan model APARCH dan menyarankan model APARCH untuk data returns kurs beli EUR dan JPY. Untuk kedua returns kurs beli, efek leverage adalah negatif (signifikan untuk returns kurs beli JPY) dan efek Taylor adalah berbeda secara signifikan dari 1 dan 2. Dalam studi selanjutnya, asumsi distribusi tak normal disarankan untuk digunakan pada returns dan juga penggunaan metode yang lebih efisien dari ARW dalam pengestimasian model. E. Daftar Pustaka Abdalla, S. Z. S, & P. Winker (2012). Modelling stock market volatility using univariate GARCH models: Evidence from Sudan and Egypt. International Journal of Economics and Finance 4 (8), 161 176. Bollerslev, T. (1986). Generalized autoregressive conditional heteroskedasticity. Journal of Econometrics 31, 307 327. Danielsson, J. (2011). Financial Risk Forcasting. John Wiley & Sons. Dickey, D. A., & Fuller, W. A. (1981). Distribution of the estimators for autoregressive time series with a unit root. Econometrica 49, 1057 1072 Nugroho, D. B., & Morimoto, T. (2014). Realized Non-Linear Stochastic Volatility Models with Asymmetric Effects and Generalized Student s t- Distributions. Journal of The Japan Statistical Society 44 (1), 83 118. Ruppert, D. (2011). Statistics and Data Analysis for Financial Engineering. New York: Springer. Safrudin, I.M., Nugroho, D.B., & Setiawan, A. 2015. Estimasi Berbasis MCMC untuk Returns Volatility di Pasar Valas Indonesia Melalui Model ARCH. Prosiding Sendika FKIP UMP 1 (1), 29 33. Salim, F. C., Nugroho, D. B., & Susanto, A. (2016). Model volatilitas GARCH(1,1) dengan error Student-t untuk kurs beli EUR dan JPY terhadap IDR. Jurnal MIPA 39 (1), 63 69. Salvatore, D. (2004). International Economics. (11th ed.). Fordham University. Saputri, E. D., Nugroho, D. B., & Setiawan, A. (2016). Model volatilitas ARCH(1) dengan returns error berdistribusi skewed Student-t. Jurnal MIPA 39 (1), 63 69. Tsay, R. S. (2005). Analysis of financial time series. (2 nd ed.). New Jersey: John Wiley & Sons. Ding, Z., Granger, C. W., Engle, R. F. (1993). A long memory property of stock market returns and a new model. Journal of Empirical Finance 1 (1993), 83 106. Laurent, S. (2003). Analytical derivates of the APARCH model. CeReFim (Universite de Namur) and CORE (Universite catholique de Louvain). Li, Y. (2012). Estimating and Forecasting APARCH-Skew-tModels by Wavelet Support Vector Machines. Working Paper 2012:13. School of Economics and Management: Department of Economics.

6 Gambar 1. Grafik runtun waktu nilai kurs beli EUR dan JPY terhadap IDR dan returns yang berkorespondensi. Gambar 2. Plot nilai-nilai parameter dari hasil MCMC untuk model APARCH(1,1) yang diaplikasikan pada returns kurs beli EUR terhadap IDR. Dari kiri ke kanan dan atas ke bawah:,,,,. Gambar 3. Plot nilai-nilai parameter dari hasil MCMC untuk model APARCH(1,1) yang diaplikasikan pada returns kurs beli JPY terhadap IDR. Dari kiri ke kanan dan atas ke bawah:,,,,.

7 1.4 Volatilitas APARCH(1,1) untuk returns kurs beli EUR terhadap IDR. 2 Volatilitas APARCH(1,1) untuk returns kurs beli JPY terhadap IDR. 1.3 1.8 1.2 1.1 1 0.9 0.8 1.6 1.4 1.2 1 0.7 0.8 6/1/2009 4/1/2010 3/1/2011 2/1/2012 2/1/2013 2/1/2014 31/12/2014 6/1/2009 4/1/2010 3/1/2011 2/1/2012 2/1/2013 2/1/2014 31/12/2014 Gambar 4. Grafik runtun volatilitas kurs beli EUR dan JPY terhadap IDR yang diperoleh dari model yang paling sesuai. Parameter ω α β γ δ Tabel 4. Hasil estimasi untuk model-model yang mengadopsi data returns kurs beli EUR. Model Statistik ARCH GARCH TARCH TS-GARCH GJR- GARCH NARCH APARCH 0,372 0,023 0,030 0,059 0,022 0,310 0,101 SB 0,017 0,011 0,007 0,010 0,007 0,089 0,022 BB 0,335 0,005 0,017 0,036 0,009 0,123 0,057 BA 0,403 0,043 0,045 0,078 0,036 0,461 0,141 IACT 8,6 301,7 368.7 440,1 302,6 297,9 808,4 0,196 0,068 0,063 0,049 0,057 0,181 0,069 SB 0,038 0,016 0,011 0,007 0,013 0,045 0,018 BB 0,120 0,038 0,041 0,034 0,031 0,094 0,032 BA 0,270 0,101 0,085 0,065 0,080 0,266 0,100 IACT 8,3 240,9 269,8 154,4 171,2 39,9 558,7 0,884 0,904 0,877 0,892 0,830 SB 0,037 0,016 0,018 0,024 0,032 BB 0 0,821 0,875 0,846 0,848 0 0,773 BA 0,951 0,934 0,920 0,938 0,888 IACT 335,6 422,9 454,5 343,3 842,2 0,016 0.060 0,128 SB 0,018 0,032 0,109 BB 0 0 0,017 0 0,002 0 0,333 BA 0,057 0,125 0,088 IACT 115,7 155,1 8,2 2,532 1,130 SB 0,749 0,048 BB 2 2 1 1 2 1,421 1,035 BA 4,182 1,215 IACT 277,7 626,1 persistensi - 0,952 0,975 0,926 0,979-0,905 Log posterior likelihood 1489,5 1472,5 1471,4 1472,1 1470,9 1489,8 1469,7

8 ω α β γ δ Tabel 5. Hasil estimasi untuk model-model yang mengadopsi data returns kurs beli JPY. Parameter Model Statistik TS- GJR- ARCH GARCH TARCH GARCH GARCH NARCH APARCH 0,528 0,022 0,032 0,047 0,042 0,617 0.094 SB 0,027 0,007 0,009 0,008 0,013 0,039 0.017 BB 0,472 0,009 0,016 0,034 0,022 0,538 0.058 BA 0,581 0,037 0,050 0,063 0,065 0,687 0.128 IACT 9,8 251,6 372,9 340,9 240,4 62,8 393.1 0,267 0,091 0,110 0,040 0,124 0,275 0.099 SB 0,047 0,018 0,017 0,006 0,024 0,038 0.018 BB 0,187 0,058 0,079 0,030 0,084 0,197 0.066 BA 0,369 0,127 0,146 0,054 0,878 0,345 0.137 IACT 10,1 172,2 311,3 249,4 294,7 13,7 544.8 0,883 0,877 0,908 0,822 0.817 SB 0,023 0,021 0,013 0,037 0.027 BB 0 0,838 0,834 0,878 0,755 0 0.761 BA 0,921 0,911 0,929 0,878 0.860 IACT 274,1 415,1 360,4 294,7 578.4 0,025 0.137 0.293 SB 0,019 0,077 0.084 BB 0 0 0,063 0 0,257 0 0.462 BA 0,010 0,006 0.137 IACT 39,5 113,7 60.0 1.311 1.089 SB 0.246 0.031 BB 2 2 1 1 2 1,000 1.036 BA 1,800 1.158 IACT 57,3 255.5 persistensi - 0,974 0,969 0,948 0.878-0,948 Log posterior likelihood 1782,7 1741,1 1729,7 1744,3 1741,7 1779,9 1724,7