BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

DAFTAR ISI. Kata Pengantar DRPM-UI Kata Pengantar Walikota Cimahi. vii viii

Perkembangan Industri Kreatif

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terdapat satu hal yang belakangan ini sering didengungkan, baik

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Bandung Creative City Forum. Sumber : bccf-bdg.com

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

[ISSN ] Vol. 5 Edisi 10, Mar 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENINGKATAN DAYASAING UKM EKONOMI KREATIF MELALUI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PRODUK LOKAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

Tabel III-1 Rekapitulasi RTH Publik Per SWK dam Potensi RTH Kota Bandung Tahun 2014 SWK

BADAN PUSAT STATISTIK

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB I PENDAHULUAN. bergairah, Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri yang diukur berdasarkan Produk

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sektor industri merupakan salah satu sektor yang dianggap dapat meningkatkan kemakmuran suatu negara. Hal ini seiring dengan pendapat Adriyanto (2013: 1) yang menyatakan bahwa: Negara yang sedang berkembang memerlukan industrialisasi agar negara tersebut bisa tumbuh dan berkembang secara cepat. Sebab dalam proses industrialisasi itu akan disertai dengan percepatan kemajuan teknologi, proses pelatihan sumberdaya manusia yang kemudian mampu meningkatkan produktivitas. Dunia pada saat ini telah memasuki fase gelombang ekonomi ke-4 yakni ekonomi kreatif. Hal ini seiring dengan pendapat Howkins (Suryana, 2013: 3-4) bahwa pada awal abad ke-21 atau tepatnya sejak 2001, kita telah memasuki era baru, yaitu era ekonomi kreatif. Menurut Simatupang (2008 : 2) bahwa ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan ekonomi dari industri kreatif. Bentuk upaya pengembangan ekonomi kreatif yang saat ini terus berkembang adalah pengembangan industri kreatif di berbagai daerah di Indonesia. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2007: 1) menyebutkan Industri kreatif merupakan industri yang potensial untuk dikembangkan mengingat industri ini memiliki sumber daya yang sifatnya tidak terbatas, yaitu berbasis pada intelektualitas SDM yang dimiliki. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 641.815,4 miliar dari total 9.109.129,4 miliar rupiah. Kontribusi ini menempatkan sektor ekonomi kreatif diperingkat ketujuh dari 10 sektor ekonomi dengan persentase mencapai 7,05%. Sektor ekonomi kreatif sendiri mengalami peningkatan 10,9% dimana pada tahun 2012 silam, kontribusi yang diberikan sebesar 578.760,6 miliar rupiah. Berikut ini merupakan

2 data pencapaian PDB negara Indonesia pada rentang tahun 2010 s.d. 2013 beserta uraian 10 sektor ekonomi. Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2010-2013 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Sektor Uraian 2010 2011* 2012** 2013*** 1 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian 985.470,5 1.091.447,3 1.190.412,4 1.303.177,3 719.710,1 879.505,4 970.599,6 1.001.485,3 3 Industri Pengolahan 1.393.274,4 1.575.291,9 1.720.574,0 1.864.897,1 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 49.119,0 56.788,9 65.124,9 72.497,1 5 Konstruksi 660.890,5 754.483,5 860.964,8 965.135,9 6 7 8 Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 682.286,8 804.473,3 905.151,5 1.024.379.2 417.527,8 484.790,3 541.930,4 631.278,6 431.80,6 496.171,7 554.218,7 639.092,2 9 Jasa-jasa 633.593,0 752.829,7 854.127,4 965.371,3 10 Ekonomi Kreatif 472.999,2 526.999,2 578.760,6 641.815,5 PDB Indonesia 6.446.851,9 7.422.781,2 8.241.864,3 9.109.129,4 Ket. :*)Angka Sementara, **)Angka Sangat Sementara, ***)Angka Sangat-sangat Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2013 Badan Pusat Statistik juga menjelaskan lebih lanjut tentang Sektor ekonomi kreatif yang terdiri atas 15 subsektor sehingga dapat diketahui perolehan kontribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) dari ke-15 subsektor industri kreatif. Melalui detail kontribusi persubsektor, maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB di Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Berikut ini merupakan detail pencapaian NTB negara

3 Indonesia pada rentang tahun 2010 s.d. 2013 beserta uraian 15 subsektor ekonomi kreatif. Tabel 1.2 Nilai Tambah Bruto Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Sektor Uraian 2010 2011* 2012** 2013*** 1 Periklanan 2.534,7 2.896,6 3.168,3 3.754,2 2 Arsitektur 9.243,9 10.425,6 11.510,3 12.890,9 3 Pasar Barang Seni 1.372,1 1.559,5 1.737,4 2.001,3 4 Kerajinan 72.955,2 79.516,7 84.222,9 92.650,9 5 Desain 19.583,2 21.018,6 22.234,5 25.042,7 6 Fesyen 127.817,5 147.503,2 164.538,3 181.570,3 7 Film, Video, dan Fotografi 5.587,7 6.466,8 7.399,8 8.401,4 8 Permainan Interaktif 3.442,6 3.889,1 4.247,5 4.817,3 9 Musik 3.972,7 4.475,4 4.798,9 5.237,1 10 Seni Pertunjukan 1.897,5 2.091,3 2.294,1 2.595,3 11 Penerbitan & Percetakan 40.227,0 43.757,0 47.896,7 52.037,6 12 Layanan Komputer dan Piranti Lunak 6.922,7 8.086,7 9.385,2 10.064,8 13 Radio dan Televisi 13.288,5 15.664,9 17.518,6 20.340,5 14 Riset dan Pengembangan 9.109,1 9.958,0 11.040,9 11.778,5 15 Kuliner 155.004,8 169.707,8 186.768,3 208.632,8 Jumlah Ekonomi Kreatif 472.999,2 526.999,2 578.760,6 641.815,5 Ket. :*)Angka Sementara, **)Angka Sangat Sementara, ***)Angka Sangat-sangat Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2013 Berdasarkan data di atas bahwa subsektor industri kreatif yang memberikan kontribusi nilai tambah terbesar diperoleh dari subsektor industri kreatif kuliner sebesar 208.632,8 milyar rupiah, yang selanjutnya di ikuti oleh

4 subsektor industri kreatif fesyen sebesar 181.570,3 milyar rupiah. Ekonomi kreatif pun selama kurun waktu 2010 hingga 2013 memeberikan kontribusi nilai tambah yang terus meninggkat hingga pada tahun 2013 mencapai 641.815,5 milyar rupiah. Sejalan dengan data tersebut di atas, tampak posisi ekonomi kreatif dan industri kreatif memiliki peran yang penting dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya aktivitas kreatif yang dilaksanakan di berbagai tempat di Indonesia, baik yang diprakarsai pemerintah, pelaku bisnis, maupun kaum intelektual. Peningkatan aktivitas ini tidak terlepas dari peran dunia maya dan media sosial lainnya, yang mampu membentuk komunitaskomunitas kreatif di masyarakat. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2009: 9) menyebutkan bahwa: Komunitas-komunitas semakin tumbuh dan mulai saling terhubung. Kotakota dan daerah semakin antusias untuk menjadi kota/daerah kreatif. Prestasi-prestasi prestisius terus diraih oleh para pelaku-pelaku kreatif. Kondisi-kondisi di atas merupakan sebagian dari indikasi-indikasi perkembangan ekonomi kreatif Indonesia. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, terdapat beberapa daerah yang menjadi pelopor dalam kawasan kreatif. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2009 : 47) menyebutkan bahwa ada empat kota yang sudah diakui sebagai kawasan kreatif sebagai berikut. Saat ini, kawasan-kawasan yang sudah diakui sebagai kawasan kreatif, dengan infrastruktur pondasi dan pilar industri kreatif yang kuat antara lain; Bandung, Bali, DKI Jakarta dan Yogyakarta. Keempat kota ini merupakan citra atau identitas yang menjadi tolak ukur perkembangan industri kreatif di Indonesia. bidang kreatif Berdasarkan pemaparan di atas salah satu kota yang memulai industri di adalah kota Bandung yang merupakan salah satu kota yang memiliki potensi yang cukup besar sebagai kota kreatif. Sejak dulu Bandung sudah dikenal sebagai pusat tekstil, mode, seni dan budaya. Bandung juga dikenal sebagai kota pendidikan dan juga daerah tujuan wisata. Berdasarkan hasil pra penelitian bahwa, hal tersebut mendukung misi Bandung sebagai kota kreatif.

5 Kota Bandung dicanangkan sebagai pilot project kota kreatif se-asia Timur di Yokohama pada tahun 2007. Dalam hal ini maka slogan yang ingin diciptakan untuk kota bandung adalah Bandung Kota Kreatif. Dalam proses pelaksanaan Bandung menjadi kota kreatif salah satu usaha yang dilakukan masyarakat Kota Bandung yakni, pendirian Perkumpulan Komunitas Kreatif Kota Bandung yang lebih dikenal dengan Bandung Creative City Forum (BCCF). Berdasarkan pra penelitian diketahui bahwa komunitas BCCF dideklarasikan dan didirikan oleh perseorangan, wirausaha kreatif, lembaga nirlaba dan komunitas di kota Bandung pada tanggal 21 Desember 2008. Adapun para pendiri dan anggota BCCF pada awal berdirinya yakni, (1) BDA+Design, (2) Urbane Adiwilaga & Co, (3) Pixel People Project, (4) LABO the Mori, (5) Mahanagari, (6) Sembilan Matahari, (7) Death Rock Star, (8) Tegep Boots, (9) Invictus, (10) Common Room Foundation, (11) Bandung Arsitektur Family (BAF), (12) Bikers Brotherhood, (13) KICK, (14) Komunitas Sunda Underground, (15) Bandung Death Metal Sindikat, (16) Solidaritas Independen Bandung, (17) Ujung Berung Rebel, (18) Jendela Ide, (19) Republic Entertainment, (20) Saung Angklung Udjo, (21) Pusat Studi Urban Desain (PSUD), (22) SAPPK ITB, (23) Seni Rupa ITB, (24) PSDP ITB, (25) Eco-Ethno, (26) Galeri Seni Bandung, dan (27) Open Labs. Pada perkembanganya, keanggotaan BCCF telah berkembang seiring dengan diadakannya Helarfest 2009, dimana pada Helarfest 2009 tersebut telah berpartisipasi beberapa komunitas baru yakni, (1) Komunitas Air Fotografi, (2) Komunitas Origami Indonesia, (3) Komunitas GANFFEST, (4) INDDES ITB, (5) Angklung Web Institute (AWI), (6) Komunitas Picu Pacu, (7) Komunitas Mahasiswa Seni Rupa ITB, (8) Bandung Flower Day, dan (9) Bandung Affairs. (BCCF Profil) Selain BCCF ada pula komunitas lain yang bergerak dibidang industri kreatif media digital dan teknologi yakni Cimahi Creative Association (CCA). Berdasarkan hasil pra penelitian bahwa pendirian CCA berawal sejak Cimahi menjadi pemerintahan kota pada tahun 2001, dan fakta bahwa mayoritas industri

6 yang ada di kota Cimahi yakni industri pengolahan (tekstil) sudah tidak mendapatkan lagi dukungan sumber daya alam, sehingga pada tahun 2004 pemerintah Kota Cimahi melakukan riset bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merekomendasikan bahwa Kota Cimahi harus mengembangkan Teknologi Informasi. Keharusan Cimahi mengembangkan Teknologi Informasi berdasarkan bahwa Cimahi sebagai kota kecil yang tidak memiliki kekuatan Sumber Daya Alam melainkan kekuatan di Sumber Daya Manusia yang cukup melimpah. Sehingga pada tahun 2005 dideklarasikan Cimahi Cyber City. Namun pada perkembangannya ditahun 2009, hasil riset yang dilakukan oleh PT. Sembilan Matahari merekomendasikan bahwa Kota Cimahi harus mengembangkan Animasi dan Film. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan di dunia dan fenomena industri kreatif, maka industri kreatif dengan unggulan Information Technology (IT), animasi, dan film di rekomendasikan. Hal tersebut didukung oleh sumber daya manusia dan potensi pasar yang besar. Maka untuk mendukung rencana tersebut, pemerintah kota melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) industri kreatif pertama yang tujuannya menghimpun pelaku kreatif. Pada hasilnya cukup menjanjikan, karena jumlah pelaku kreatif cukup banyak dan memiliki kemampuan yang baik. Kemudian pada FGD kedua yang dilaksanakan pada tanggal 29 September 2009, terbentuklah Cimahi Creative Association (CCA) berikut pemilihan ketuanya. Pada FGD ketiga, tanggal 28 Oktober 2009, kelembagaan dan kepengurusan CCA diresmikan dengan SK Walikota No. 530/KEP 304 - PENMO/ 2009. Sedangkan pada FGD keempat CCA menyusun Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), serta rencana kerja tahun berikutnya. Anggota Komunitas CCA dari tahun ke tahun semakin bertambah. Berikut komunitas anggota CCA, (1) Komunitas Film Cimahi (KFC) Komunitas filmmaker, (2) B.A.R.A.C (Blender Army Regional Cimahi) Komunitas animasi, (3) Photography Cimahi (FC) Komunitas fotografi, (4) Web Developer Cimahi (WDC) Komunitas programer & designer web, (5) K.L.U.C (Komunitas Linux

7 Urang Cimahi) Komunitas pecinta linux, (6) Comic Artist Komunitas Pecinta dan penggiat komik & ilustrasi, (7) Electrobot Cimahi (EBC) Komunitas robot & elektro, (8) Monster Pena (Mona) Komunitas Penulis dan jurnalistik, (9) Mobile Content Developer Komunitas mobile programer & game, (10) Cimahi Skateboarding Association (CSA) Komunitas Skateboard, (11) Kampung Rakyat Teater (Karakter) Komunitas Teater, (12) Music Creative Cimahi (MCC) Komunitas musik, (13) S.L.I.D.E Komunitas desain, (14) FrozEnt Komunitas dancer, (15) Angkatan Muda Batik (AMUBA) Komunitas Kriya, Batik & Fashion, (16) United Game Developer (UGD), (17) Persatuan Paguyuban Seni Budaya dan Olahraga Cimahi Kreatif, (18) Komunitas Street Art Cimahi PAP, (19) Bilik 2D Komunitas Animasi 2 Dimensi, (20) Komunitas Biola AVC Autodidact Violin Community Cimahi, dan (21) Komunitas Game Developer United Game Developer (UGD). Menurut Charles Landry (Fitriyana, 2012: 1) mengungkapkan jaringan dan kreativitas pada hakikatnya saling menguntungkan, karena semakin besar jumlah simpul dalam sebuah sistem semakin besar kapasitas untuk berinovasi". Dengan adanya organisasi atau perkumpulan kreatif tersebut, memacu perkembangan dan pertumbuhan industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi. Dengan banyaknya komunitas kreatif yang ada di kota Bandung dan Cimahi, tidak dapat dipungkiri lagi munculnya persaingan antar komunitas dalam merebutkan pangsa pasar industri kreatif. Dalam upaya memenangkan persaingan diperlukan dasar perencanaan yang baik dalam mengembangkan kreatifitas tiap komunitas. Dalam proses pengembangan dan pertumbuhan industri kreatif tersebut, ada tahapan analisis yang dilakukan yakni proses rantai nilai industri kreatif. Rantai nilai adalah sebuah metode untuk menganalisa dan menjelaskan kepada pelaku industri kreatif bagaimana proses pembentukan nilai-nilai yang terjadi dalam sebuah industri kreatif sekaligus membantu dalam memahami posisi industri kreatif yang dijalankan terkait dengan kreasi, produksi, distribusi dan komersialisasi. Hasil analisis rantai nilai (value chain mapping), selanjutnya akan

8 dijadikan sebagai dasar untuk membuat perencanaan dalam mengembangkan industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi. Mengingat saat ini dunia industri telah berada pada era ekonomi gelombang keempat, untuk itu sangat diperlukan perumusan strategi pengembangan yang tepat agar industri kreatif dapat berkembang dan dapat tumbuh dalam era ekonomi kreatif pada masa sekarang ini. Berdasarkan pemaparan data dan pendapat di atas maka penulis berminat melakukan penelitian dengan judul yang diangkat adalah Analisis Rantai Nilai dan Strategi Pengembangan Industri Kreatif di kota Bandung dan Cimahi. 1.2. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum industri kreatif berdasarkan substansi dominannya di kota Bandung dan Cimahi? 2. Bagaimana rantai nilai industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi? 3. Bagaimana gambaran kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi 4. Bagaimana strategi pengembangan industri kreatif di Kota Bandung dan Cimahi berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kreatif? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis hal-hal berikut ini: 1. Gambaran umum industri kreatif berdasarkan substansi dominannya di kota Bandung dan Cimahi. 2. Rantai nilai industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi. 3. Gambaran kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi

9 4. Strategi pengembangan industri kreatif di Kota Bandung dan Cimahi berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kreatif 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi aspek teoritis (pengembangan ilmu) maupun aspek praktis (guna laksana). Bagi aspek teoritis (pengembangan ilmu) penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan industri kreatif. Disamping itu penelitian ini pun diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini. Bagi aspek praktis (guna laksana) penelitian ini diharapkan dapat menjadi input atau masukan bagi para pengambil kebijakan (Pemerimtah) dan pelaku industri kreatif. a. Bagi pemerintah, dapat pula sebagai pertimbangan untuk lebih mendorong industri kreatif. b. Bagi pengusaha, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rantai nilai, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada industri kreatif.