TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

dokumen-dokumen yang mirip
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2016 MENURUN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

2

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh


. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

BERITA RESMI STATISTIK

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 25 Februari 2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR 110,47

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Transkripsi:

No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada Maret 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Provinsi Bengkulu yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,357 (kategori ketimpangan sedang). Angka ini menurun jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,376 dan Gini Ratio September 2015 sebesar 0,371. Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 0,385, turun sebesar 0,02 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 sebesar 0,405 dan turun 0,013 poin dibanding Gini Ratio September 2015 sebesar 0,398. Sementara Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2016 sebesar 0,302 menurun 0,043 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,345 dan menurun 0,036 poin dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,338. Selama periode Maret 2015 Maret 2016, distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah masih dalam kategori ketimpangan rendah namun distribusinya c e n d e r u n g meningkat, yaitu dari 18,88 pada Maret 2015 dan 19,12 persen pada September 2015, menjadi 19,07 persen pada Maret 2016. Distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah di daerah perkotaan pada Maret 2016 tercatat sebesar 15,53 persen turun dibanding Maret 2015 (16,39 persen) dan September 2015 (16,96 persen). Sementara di daerah perdesaan distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2016 adalah sebesar 22,10 persen naik dibanding Maret 2015 (20,63 persen) dan September 2015 (21,00 persen). 1. Perkembangan Gini Ratio 5 Tahun Terakhir (September 2012 Maret 2016) Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Gini Ratio pada September 2012 tercatat sebesar 0,360 dan meningkat pada September 2015 yang mencapai 0,386. Pada September 2013, Gini Ratio mengalami penurunan dimana tercatat sebesar 0,372 dan menurun terus hingga September 2014. Kenaikan Gini Rasio kembali terjadi pada Maret 2015 sebesar 0,376 namun turun kembali pada periode Maret 2016 sebesar 0,357. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerataan pengeluaran di Provinsi Bengkulu mengalami perbaikan selama periode Maret 2015 Maret 2016. Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2016 adalah sebesar 0,385 mengalami penurunan sebesar 0,02 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 sebesar 0,405 dan menurun sebesar 1

0,013 poin dari Gini Ratio September 2015 sebesar 0,398. Untuk daerah perdesaan Gini Ratio Maret 2016 adalah sebesar 0,302 menurun 0,043 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,345 serta menurun 0,036 poin dibanding Gini Ratio September 2015 sebesar 0,338. Tabel 1 Gini Ratio Menurut Daerah, Sept 2012 Maret 2016 Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Sep 2012 0,391 0,322 0,360 Maret 2013 0,432 0,337 0,386 Sep 2013 0,411 0,326 0,372 Maret 2014 0,404 0,305 0,356 Sep 2014 0,381 0,330 0,355 Maret 2015 0,405 0,345 0,376 Sep 2015 0,398 0,338 0,371 Maret 2016 0,385 0,302 0,357 Gambar 1. Perkembangan Gini Ratio, Sept 2012 - Maret 2016 0,440 0,432 0,420 0,400 0,391 0,386 0,411 0,404 0,381 0,405 0,398 0,385 0,380 0,360 0,360 0,372 0,356 0,355 0,376 0,371 0,357 0,340 0,320 0,322 0,337 0,326 0,330 0,345 0,338 0,300 0,305 Sep 2012 Maret 2013 Sep 2013 Maret 2014 Sep 2014 Maret 2015 Sep 2015 Maret 2016 0,302 Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan 2

2. Perkembangan Distribusi Pengeluaran Maret 2015 Maret 2016 Disamping Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya dibawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12-17 persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada diatas 17 persen. Pada Maret 2016, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 19,07 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah. Persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah pada bulan Maret 2016 ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2015 yang sebesar 18,88 persen namun menurun jika dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 19,12 persen. Apabila melihat Gini Ratio dari sisi wilayah tercermin bahwa ketimpangan di perkotaan lebih parah dibandingkan dengan ketimpangan di perdesaan, ukuran Bank Dunia juga menunjukkan hal yang sama, yaitu di perkotaan tergolong ketimpangan sedang (di bawah 17 persen) sementara di perdesaan tergolong ketimpangan rendah (di atas 17 persen). Berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan pada Maret 2016 adalah sebesar 15,53 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan sedang. Angka ini tercatat lebih rendah dibanding kondisi September 2015 yang sebesar 16,96 persen dan sebesar 16,39 persen pada kondisi Maret 2015. Sementara di daerah perdesaan, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2016 adalah sebesar 22,10 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah dan angkanya meningkat baik dibanding kondisi Maret 2015 (20,63 persen) maupun September 2015 (21,00 persen). Tabel 2 Distribusi Pengeluaran Penduduk Provinsi Bengkulu Maret 2015 - Maret 2016 (Persentase) Penduduk 40 Penduduk 40 Penduduk 20 Jumlah Daerah/Tahun persen Terbawah persen Menengah persen Atas (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan Maret 2015 16,39 36,28 47,33 100 September 2015 16,96 35,88 47,16 100 Maret 2016 15,53 40,59 43,88 100 Perdesaan Maret 2015 20,63 35,28 44,09 100 September 2015 21,00 35,26 43,73 100 Maret 2016 22,10 37,95 39,95 100 Perkotaan+Perdesaan Maret 2015 18,88 34,90 46,22 100 September 2015 19,12 34,98 45,90 100 Maret 2016 19,07 37,43 43,49 100 3

Gambar 2. Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen terbawah Maret 2015, September 2015 dan Maret 2016 25,000 20,000 15,000 22,10 20,63 21,00 18,88 19,12 19,07 16,39 16,96 15,53 10,000 5,000,000 Maret 2015 Sep-15 Maret 2016 Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbaikan Tingkat Ketimpangan Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap adanya perbaikan tingkat ketimpangan pengeluaran selama periode Maret 2015 Maret 2016 diantaranya adalah: a. Meningkatnya Upah Minimum Regional (UMR) di Provinsi Bengkulu dari Rp. 1.500.000, pada tahun 2015 menjadi Rp. 1.605.000,- pada tahun 2016. b. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), terjadi peningkatan jumlah buruh/karyawan dari 265,7 ribu orang (Februari 2015) menjadi 300,7 ribu orang (Februari 2016). c. Kenaikan pengeluaran yang merefleksikan peningkatan pendapatan kelompok penduduk bawah tidak lepas dari upaya pembangunan infrastruktur padat karya (dengan tersalurkannya dana desa), bantuan sosial (pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan). d. Inflasi rendah yang terjadi di Kota Bengkulu juga ikut mempengaruhi perbaikan ketimpangan pengeluaran. 4

PROVINSI Tabel 3. Gini Ratio menurut Provinsi, Maret 2015, September 2015, dan Maret 2016 2015 2016 MARET SEPTEMBER MARET Kota Desa K+D Kota Desa K+D Kota Desa K+D 11 Aceh 0,367 0,292 0,334 0,368 0,293 0,339 0,343 0,288 0,333 12 Sumatera Utara 0,360 0,296 0,336 0,332 0,285 0,326 0,334 0,282 0,319 13 Sumatera Barat 0,358 0,304 0,342 0,325 0,280 0,319 0,353 0,288 0,331 14 Riau 0,392 0,328 0,364 0,385 0,330 0,366 0,369 0,309 0,347 15 Jambi 0,381 0,339 0,361 0,354 0,319 0,344 0,377 0,313 0,349 16 Sumatera Selatan 0,390 0,314 0,360 0,354 0,286 0,334 0,373 0,293 0,348 17 Bengkulu 0,405 0,345 0,376 0,398 0,338 0,371 0,385 0,302 0,357 18 Lampung 0,403 0,345 0,376 0,399 0,313 0,352 0,393 0,330 0,364 19 Bangka Belitung 0,291 0,263 0,283 0,284 0,259 0,275 0,289 0,240 0,275 21 Kepulauan Riau 0,361 0,293 0,364 0,333 0,283 0,339 0,351 0,284 0,354 31 DKI Jakarta 0,431 0,431 0,421 0,421 0,411 0,411 32 Jawa Barat 0,433 0,316 0,415 0,446 0,310 0,426 0,423 0,317 0,413 33 Jawa Tengah 0,420 0,326 0,382 0,402 0,344 0,382 0,381 0,323 0,366 34 DI Yogyakarta 0,443 0,334 0,433 0,428 0,332 0,420 0,423 0,334 0,420 35 Jawa Timur 0,442 0,344 0,415 0,428 0,327 0,403 0,423 0,333 0,402 36 Banten 0,411 0,269 0,401 0,390 0,261 0,386 0,402 0,264 0,394 51 Bali 0,382 0,332 0,377 0,406 0,350 0,399 0,369 0,329 0,366 52 Nusa Tenggara Barat 0,399 0,333 0,368 0,376 0,342 0,360 0,391 0,317 0,359 53 Nusa Tenggara Timur 0,332 0,288 0,339 0,301 0,303 0,348 0,330 0,281 0,336 61 Kalimantan Barat 0,354 0,301 0,334 0,361 0,286 0,330 0,373 0,296 0,341 62 Kalimantan Tengah 0,366 0,293 0,326 0,340 0,268 0,300 0,359 0,296 0,330 63 Kalimantan Selatan 0,377 0,299 0,353 0,374 0,282 0,334 0,346 0,297 0,332 64 Kalimantan Timur 0,313 0,293 0,316 0,319 0,273 0,315 0,314 0,288 0,315 65 Kalimantan Utara 0,298 0,270 0,294 0,322 0,282 0,314 0,304 0,268 0,300 71 Sulawesi Utara 0,386 0,324 0,368 0,356 0,345 0,366 0,386 0,355 0,386 72 Sulawesi Tengah 0,425 0,329 0,374 0,415 0,303 0,370 0,387 0,320 0,362 73 Sulawesi Selatan 0,421 0,380 0,424 0,386 0,346 0,404 0,422 0,367 0,426 74 Sulawesi Tenggara 0,414 0,369 0,399 0,411 0,355 0,381 0,407 0,367 0,402 75 Gorontalo 0,423 0,369 0,420 0,391 0,366 0,401 0,414 0,392 0,419 76 Sulawesi Barat 0,395 0,348 0,363 0,383 0,339 0,362 0,393 0,347 0,364 81 Maluku 0,312 0,323 0,340 0,328 0,307 0,338 0,327 0,313 0,348 82 Maluku Utara 0,282 0,263 0,280 0,315 0,256 0,286 0,295 0,249 0,286 91 Papua Barat 0,343 0,476 0,440 0,349 0,461 0,428 0,326 0,376 0,373 94 Papua 0,339 0,380 0,421 0,347 0,387 0,392 0,312 0,383 0,390 INDONESIA 0,428 0,334 0,408 0,419 0,329 0,402 0,410 0,327 0,397 5