SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN EROSI DAN SEDIMENTASI PADA DAS CIDANAU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI AGNPS (Agricultural Non Points Source Pollution Model)

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

PENGGUNAAN METODE USLE DAN MUSLE DALAM ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI DI DAS BELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK SUB DAS KALI PREMULUNG TAHUN 2006 DAN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS LIMPASAN LANGSUNG MENGGUNAKAN METODE NAKAYASU, SCS, DAN ITB STUDI KASUS SUB DAS PROGO HULU

PENGENDALIAN TRANSPOR SEDIMEN SUNGAI SEBAGAI UPAYAPENGENDALIAN BANJIR DI KOTA GORONTALO. Ringkasan

BAB II STUDI PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

BAB II LANDASAN TEORI

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Transkripsi:

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.N Galuh Ajeng Septaria Indri Setyawanti Dyah Puspita Laksmi Tari Ari Sektiaji Fikri Bagus W. Advent Kristian P. Agam Wesly S. Sembiring Andita Ayuningtyas Maizurra Septi Dippos Anugerah E14100064 E14100046 E14100066 E14100126 E14100105 E14100082 E14100053 E14100049 E14100014 E14100121 E14100117 Dosen : Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan suatu suatu ekosistem yang memiliki beragam fungsi, salah satu adalah sebagai hidrologis. Hidrologis berasal dari kata hidrologi yang memiliki pengertian sebagai ilmu yang membahas air di bumi, terjadinya, sirkulasinya dan agihannya (distribution), sifat-sifat kimia dan fisikanya dan reaksinya dengan lingkungannya, termasuk reaksinya terhadap benda-benda hidup. Fungsi ini dapat dilakukan untuk melakukan kajian dalam mengatasi banjir yang sering terjadi di wilayah Indonesia. Banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi ketika kurangnya daerah resapan air sehingga air tidak dapat melakukan proses infiltrasi di dalam tanah. Selain kurangnya daerah resapan air, banjir dapat terjadi karena jenuhnya lapisan tanah menerima air, sehingga air hujan tergenang pada permukaan tanah. Salah satu faktor yang menyebakan terjadinya banjir antara lain jumlah curah hujan yang turun, dan kondisi permukaan tanah. Curah hujan dan kondisi permukaan tanah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya banjir, karena ketika tanah tidak mampu melakukan infiltrasi dengan maksimal atau tidak memiliki daerah resapan yang air maka dapat menyebabkan air mejadi tergenang di suatu permukaan. Salah satu akibat banjir dapaat terjadinya suatu sedimentasi. Sedimentasi adalah terangkutnya material tanah dari lokasi semula sehingga terpisah dari batuan induknya. Perpindahan material bisa disebabkan oleh air, dan udara. Makalah ini akan menjelaskan hubungan antara besarnya pengaruh sedimentasi dan kenaikan curah hujan terhadap terjadinya banjir, sehingga pembaca dapat mengetahui hubungan kejadian banjir yang sering terjadi di wilayah Indonesia dengan kejadian yang lain Tujuan 1. Mengetahui pengaruh sedimentasi terhadap terjadinya bencana banjir. 2. Mengetahui pengaruh kenaikan curah hujan terhadap terjadinya bencana banjir. 3. Mengetahui keterkaitan faktor-faktor yang menyebabkan bencana banjir di DAS bagian hilir. 4. Menguji hipotesis yang berbunyi apabila terjadi kenaikan curah hujan dan penurunan kapasitas sungai, maka debit banjir akan meningkat TINJAUAN PUSTAKA Banjir dapat diberi batasan sebagai laju aliran permukaan yang menyebabkan aliran sungai melebihi kapasitas saluran-saluran drainase (Lee 1990). Hal tersebut dapat terjadi akibat jumlah dan kecepatan aliran permukaan meningkat melebihi kapasitas saluran drainase, dan atau kapasitas saluran drainase berkurang, sehingga lebih kecil dari jumlah dan kecepatan aliran permukaan. Peningkatan jumlah dan kecepatan aliran permukaan, selain akibat hujan ekstrim juga oleh perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan lahan terbuka, dan pemadatan tanah. Keterbukaan lahan menyebabkan jumlah dan intensitas hujan yang sampai di permukaan tanah meningkat, sedangkan

pemadatan tanah menyebabkan berkurangnya kapasitas infiltrasi tanah, sehingga jumlah dan aliran permukaan meningkat. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimen-sedimen organik dan anorganik meningkatkan volume banjir, dan apabila mengendap dalam suatu saluran sungai akan mengurangi daya dukung dan meningkatkan kemungkinan banjir melintasi atau melebihi tepi sungai. Pendangkalan waduk-waduk yang disebabkan sedimen tersebut menurunkan kegunaan sebagai pengendalian banjir dan maksud-maksud lainnya (Lee 1990). Menurut Rahim (2006) air hujan yang menjadi run off sangat bergantung kepada intensitas hujan, penutupan tanah, dan ada tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (kadar air tanah sebelum terjadinya hujan). Debit puncak dapat dikatakan sebagai debit kritis yang menyebabkan banjir. Debit puncak terjadi ketika seluruh aliran permukaan yang berada di daerah aliran sungai (DAS) mencapai titik outlet (Asdak 2002, Rahim 2006, Arsyad 2010). Ada dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya debit puncak, yaitu karakteristik hujan dan karakteristik DAS (Pramono et al. 2009). Karakteristik hujan, meliputi lama, jumlah, intensitas, dan distribusi hujan. Sedangkan karakteristik DAS meliputi ukuran, bentuk, topografi, jenis tanah, geologi, dan penggunaan lahan. Debit puncak penting untuk diketahui dalam kerangka pengendalian banjir dan perancangan bangunan pengendali debit puncak (Rahim 2006). Sebagian besar puncak dapat dikendalikan dengan menggunakan bangunan-bangunan keteknikan, pengelolaan lahan bagian hulu, dan vegetasi secara umum. Bendungan (reservoir) pengendali banjir diperkirakan mengurangi kerugian ekonomis sekitar 60% (Holt dan Langbein 1955 dalam Lee 1990). Sebagian besar DAS yang akan dilakukan perencanaan pengelolaan DAS kurang tersedia data hidrologi yang memadai, untuk itu diperlukan suatu pemodelan hidrologi yang sesuai dengan kondisi biofisik DAS tersebut (Murtiono 2008). Pemodelan hidrologi sudah sejak lama diterapkan (Murtiono 2008). Prediksi debit maksimum (metode rasional) yang berdasarkan pada curah hujan, luas DAS, dan karakteristik DAS telah diperkenalkan pada tahun 1850 oleh Mulvaney (Fleming 1979 dalam Murtiono 2008). Metode rasional dalam menentukan laju banjir aliran permukaan (debit puncak) mempertimbangkan waktu konsentrasi, yaitu waktu yang dibutuhkan air yang mengalir di permukaan tanah dari tempat yang terjauh sampai tempat keluarnya (outlet) di suatu daerah aliran (Arsyad 2010). METODOLOGI Waktu dan Tempat Praktikum Bometrika Hutan dilakukan pada hari Senin 16 Desember 2013 pukul 07.00 10.00 WIB yang bertempat di RK X 302, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum adalah alat tulis, seperangkat computer dengan perangkat lunak (software) Ms. Word, Ms. Excel, MiniTab 14, dan Stella 9.0.2. Bahan yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun terakhir (1995-2004), data luas dan kondisi DAS, data tutupan lahan beserta luasannya, dan data koefisien limpasan sesuai tutupan lahan. Metode Praktikum Langkah kerja praktikum adalah sebagai berikut: 1. Menentukan topik yang akan dimodelkan 2. Mencari literatur yeng terkait dengan topik pemodelan 3. Menganalisis data pada literatur rujukan dan menentukan variabel yang terkait 4. Mengolah data yang dibutuhkan 5. Merumuskan kondisi yang mungkin terjadi 6. Membuat simulasi model Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menyusun data curah hujan tahunan berdasarkan rujukan 2. Menghitung waktu konsentrasi dengan rumus: ( ) Keterangan: t c = Waktu konsentrasi (jam) L = Panjang sungai (km) S = Kemiringan (m) 3. Menghitung intensitas curah hujan dengan rumus: ( ) Keterangan: I = Intensitas curah hujan (mm/jam) R = Curah hujan (mm) t = Lamanya hujan (jam) 4. Menentukan koefisien limpasan berdasarkan jenis tutupan lahan dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: C DAS = Koefisien limpasan DAS

C i A i = Koefisien limpasan sesuai tutupan lahan = Luas masing-masing tutupan lahan 5. Penentuan debit banjir dengan rumus: Keterangan: Qp = Debit puncak (mm 3 /detik) C = Koefisien limpasan I = Intensitas hujan (mm/jam) A = Luas DAS (km 2 ) Pemodelan Sistem Untuk pemodelan yang fleksibel dan multiguna dapat dilakukan dengan fase-fase sebagai berikut (Purnomo 2012): a. Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan Identifikasi isu bertujuan untuk mengetahui manfaat dilakukannya pemodelan, setelah melakukkan identifikasi isu kemudian ditetapkan tujuan dan batasan dilakukannya pemodelan seperti batasan isu, batasan ruang, dan batasan waktu. b. Konseptualisasi Model Pada tahapan ini dilakukan penyusunan model dan klasifikasi komponenkomponen pemodelan tahap awal (skenario 1) yang terdiri dari: 1. Stok = Debit banjir (mm 3 /detik) 2. Inflow = Debit puncak (mm 3 /detik) 3. Outflow = Debit tertampung (mm 3 /detik) 4. Auxiliary variabel = Intensitas curah hujan (mm/jam), Run off 5. Driving variabel = Waktu konsentrasi (jam) dan Curah hujan (mm) 6. Konstanta = Luas DAS (km 2 ). c. Spesifikasi Model d. Evaluasi Model e. Penggunaan Model HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan sistem merupakan salah satu cara penyederhanaan suatu sistem untuk dilakukan analisis, simulasi, maupun evaluasi. Proses pembuatan model sistem harus disesuaikan dengan realita yang terjadi pada kehidupan nyata agar hasil yang diperoleh akurat dan dapat diterapkan. Debit puncak merupakan debit air hujan maksimum yang dapat terjadi di suatu DAS saat hujan turun selama waktu tertentu. Ketika dikurangkan dengan kapasitas sungai maka diketahui besarnya air hujan yang tidak tertampung oleh sungai dan membanjiri suatu DAS.

Konseptualisasi dan Spesifikasi model Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya bencana banjir. Di berbagai literatur faktor-faktor tersebut dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan lokasinya yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir suatu DAS. Untuk bagian hilir, faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah curah hujan yang turun di daerah tersebut dan kapasitas sungai. Curah hujan yang terjadi mempengaruhi besarnya debit air yang akan ditampung oleh sungai. Kapasitas sungai sendiri dipengaruhi salah satunya oleh sedimentasi. Berdasarkan kedua faktor tersebut maka perlu disusun simulasi pemodelan untuk mengetahui besarnya banjir yang mungkin terjadi. Pemodelan sistem yang disusun adalah model debit puncak sebagai parameter besarnya banjir di suatu DAS. Pada kasus ini digunakan data curah hujan DAS Percut, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara sejak tahun 1995 hingga 2004 merujuk data penelitian Machairiyah (2007). Pada praktikum penyusunan model, dipilih dua faktor yang mempengaruhi debit banjir yaitu sedimentasi dan kenaikan curah hujan. Hal ini tentukan berdasarkan informasi yang ingin diketahui yaitu kondisi debit banjir pada DAS bagian hilir. Berdasarkan kedua faktor tersebut, dibangun skenario-skenario untuk mengetahui debit banjir DAS pada kondisi tertentu. Skenario tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemodelan debit banjir awal 2. Pemodelan debit banjir apabila curah hujan meningkat dua kali lipat dari curah hujan rata-rata 3. Pemodelan debit banjir apabila terjadi sedimentasi sebesar 0.002 m 3 /tahun 4. Pemodelan debit banjir apabila terjadi peningkatan curah hujan sebesar dua kali lipat dan terjadi sedimentasi sebesar 0.002 m 3 /tahun. Sebelum dilakukan pemodelan dilakukan penyederhanaan variabel dan pengolahan data terlebih dahulu. Persamaan yang terbentuk disusun berdasarkan dugaan yang mengacu pada skripsi rujukan. Asumsi-asumsi yang digunakan dengan tujuan menyederhanakan pemodelan diantaranya sebagai berikut: 1. Kapasitas DAS mampu menampung sebesar 150 mm 3 /detik selama hujan turun 2. Waktu konsentrasi digunakan sebagai lamanya hujan dan bersifat tetap 3. Digunakan data curah hujan tahunan sesuai rujukan 4. Intensitas curah hujan dihitung berdasarkan waktu konsentrasi tetap 5. Koefisien run off bersifat tetap sesuai luas tutupan lahan dalam DAS Model konseptual tersaji dalam gambar di bawah ini:

Gambar 1. Pemodelan debit banjir awal Gambar 2. Terjadi peningkatan curah hujan sebesar dua kali lipat

Gambar 3. Terjadi sedimentasi Gambar 4. Terjadi sedimentasi dan curah hujan meningkat Evaluasi Model Pada pemodelan mengenai debit banjir yang dilakukan, ditemukan variabel yang sama namun menempati posisi yang berbeda dalam sistem. Seperti pada skenario 2 run off menduduki posisi sebagai driving variabel, tetapi pada skenario 1 variabel tersebut menduduki posisi sebagai auxiliary variabel. Hal ini dikarenakan skenario 2 merupakan modifikasi dari skenario 1, bukan dikarenakan ketidakkonsistenan variabel. Nilai run off bersifat tetap sesuai tutupan lahan, sehingga dapat dilakukan duplikat variabel untuk digunakan pada model selanjutnya. Debit banjir diperoleh dari pengurangan antara debit puncak hujan dengan debit yang dapat ditampung oleh sungai. Pada pemodelan, faktor curah hujan mempengaruhi inflow atau debit puncak. Semakin besar curah hujan, maka debit puncak akan semakin meningkat. Faktor sedimentasi mempengaruhi outflow yaitu kapasitas sungai menampung air hujan. Semakin besar sedimentasi atau gangguan aliran sungai, maka kapasitas sungai akan semakin menurun.

Grafik yang diperoleh bersifat eksponensial. Grafik perbandingan skenario menjelaskan bahwa faktor sedimentasi dan curah hujan meningkatkan debit banjir suatu DAS sesuai dengan hipotesis yang ingin dibuktikan. Tetapi meningkatnya curah hujan lebih berpengaruh nyata dibandingkan dengan terjadinya sedimentasi. Berdasarkan model yang disusun, sedimentasi dan curah hujan tidak memiliki keterkaitan secara langsung terhadap meningkatnya debit banjir, tetapi keduanya mempengaruhi besarnya debit banjir. Keduanya bersifat menambah besarnya debit banjir. 1: 2: 3: 4: 1: DEBIT BANJIR 1 2: DEBIT BANJIR 2 3: DEBIT BANJIR 3 4: DEBIT BANJIR 4 750 6000 1050 7000 2 4 3 1: 2: 3: 4: 1: 2: 3: 4: Page 1 350 4 2 1 3000 500 3500 2 4 3 2 4 1-50 4 3 0 2 1 1-50 1 3 3 0 1995.00 1996.80 1998.60 2000.40 2002.20 2004.00 Tahun 7:31 31 Des 2013 Grafik perbandingan setiap skenario Nilai yang membentuk grafik di atas tercantum dalam tabel di bawah ini: Penggunaan Model Pemodelan pengaruh sedimentasi dan kenaikan curah hujan terhadap debit banjir dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis bahwa sedimentasi dan kenaikan curah hujan dapat meningkatkan debit banjir suatu DAS. Berdasarkan pemodelan tersebut juga dapat diketahui besarnya debit banjir yang mungkin terjadi apabila terdapat sedimentasi dan terjadi kenaikan curah hujan, sehingga

dapat ditentukan kebijakan penanggulangan yang tepat. Pemodelan yang telah dibuat dapat digunakan untuk menyusun perencanaan pembangunan penanggulangan banjir. Perencanaan pembangunan juga dapat dirumuskan dengan membuat pemodelan lanjutan. Data yang sudah ada dapat dipadukan dengan mendata skenario-skenario yang mungkin terjadi untuk dimodelkan lebih lanjut. KESIMPULAN Terjadinya sedimentasi menyebabkan meningkatnya debit banjir, begitu pula dengan meningkatnya curah hujan. Namun curah hujan lebih berpengaruh nyata pada peningkatan debit banjir. Hipotesis yang berbunyi sedimentasi dan peningkatan curah hujan dapat meningkatkan debit banjir dapat dibuktikan menggunakan model yang telah dibuat. Berdasarkan pemodelan yang disusun, sedimentasi dan kenaikan curah hujan tidak memiliki keterkaitan secara langsung dalam mempengaruhi besarnya debit banjir. Tetapi keduanya sama-sama bersifat meningkatkan debit banjir. DAFTAR PUSTAKA Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lee R. 1980. Hidrologi Hutan. Subagio S, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. 1986. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Forest Hydrology. Machairiyah. 2007. Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Banjir Dengan Metode Rasional Pada Das Percut Kabupaten Deli Serdang [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Murtiono UH. 2008. Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan, Debit Banjir Aliran, dan Erosi Tanah Dengan Model Soil Conservation Service (SCS), Rasional dan Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) (Studi Kasus di Das Keduang, Wonogiri). Jurnal Forum Geografi Volume (22, No. 2, Desember 2008: 169-185). Pramono IB, Wahyuningrum N, Wuryanta A. 2009. Penerapan Metode Rational Untuk Estimasi Debit Banjir Pada Beberapa Luas Sub DAS. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Volume (VII No. 2: 161-176, 2010). Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor: IPB Press. Rahim SE. 2006. Pengendalian Erosi Tanah: Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: PT. Bumi Aksara.