Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :

KAJIAN AKURASI PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMETAAN BIDANG TANAH TESIS

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab III Pelaksanaan Penelitian

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. 2. Google Earth, (2007), Explore, Search and Discover, google.com.

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

2. Tangguh Dewantara (2007), telah melakukan penelitian tentang citra Quickbird yang berjudul Kajian Akurasi Geometrik Citra Quickbird

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB IV. Ringkasan Modul:

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

III. BAHAN DAN METODE

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab III. Pelaksanaan Penelitian

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat)

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

Bab II Tinjauan Pustaka

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

: Luas Bidang-Bidang Tanah

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS AKURASI CITRA QUICKBIRD UNTUK KEPERLUAN PETA DASAR PENDAFTARAN TANAH TESIS

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya)

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II

Isfandiar M. Baihaqi

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya)

III. BAHAN DAN METODE

Processed: Sabtu, Feb 23, :06:49 08/01/19, 13:10: /01/19, 13:30:55.000

Kajian Kualitas GCP Menggunakan Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

EVALUASI PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH PERKOTAAN (STUDI KASUS KEC.LOWOKWARU, KOTA MALANG) Fransiscus Hamonangan Hutabarat 1, Muhammad Taufik 1

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN HASIL INTERPRETASI VISUAL CITRA SATELIT UNTUK PENERIMAAN PBB (STUDI KASUS : KECAMATAN SEMARANG UTARA)

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Transkripsi:

26 Bab IV Analisis Hasil Penelitian IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS Hasil pengolahan GPS untuk daerah penelitian relatif datar didapatkan koordinat dengan ketelitian dibawah ± 0,195m. Ketelitian posisi paling tinggi adalah titik 2 yaitu 0,003m, sedangkan ketelitian paling rendah adalah titik 3 yaitu 0,194m dengan rata-rata ketelitian 0,075m. Hasil pengolahan GPS untuk daerah penelitian relatif berbukit didapatkan koordinat dengan ketelitian dibawah ± 0,260m. Ketelitian posisi paling tinggi adalah titik 18 yaitu 0,004m, sedangkan ketelitian paling rendah adalah titik 17 yaitu 0,256m dengan rata-rata ketelitian 0,131m. Berdasarkan ketelitian yang didapatkan melalui pengukuran secara differensial maka semua titik dapat digunakan sebagai GCPs dan ICPs dalam mengolah citra quickbird yang diperoleh dari google earth. Ketelitian Titik GCPs/ICPs Daerah Relatif Datar 250 Stdev (mm) 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Titik GCPs/ICPs Stdev X Stdev Y Stdev Res Ketelitian Titik GCPs/ICPs Daerah Relatif Berbukit Stdev (mm) 300 250 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Titik GCPs/ICPs Stdev X Stdev Y Stdev Res Gambar IV.1 Ketelitian Posisi Horisontal GCPs dan ICPs

27 IV.2 Analisis Hasil Proses Mosaic Citra Pada penelitian ini digunakan proses mosaic citra yang diperoleh dari google earth agar dapat digunakan sebagai alternatif perolehan citra dengan cakupan wilayah yang luas. Secara visual, citra hasil mosaic terlihat sedikit berbeda dengan citra yang diperoleh secara utuh, pada beberapa bagian yang merupakan pertampalan antara bagian citra terlihat perbedaan warna yang dapat terlihat namun hal ini tidak terjadi pada semua bagian. Pertampalan antar obyek batas bidang tanah, batas alam dan jalan secara umum terlihat terhubung (matching) dengan baik sehingga tidak ada obyek yang hilang atau bergeser. Beberapa bagian yang merupakan bagian pertampalan dapat dilihat pada gambar IV.2. a b c d e f Gambar IV.2 Pertampalan antar Obyek pada Citra Hasil Mosaic IV.3 Analisis Pengolahan Citra IV.3.1. Daerah Relatif Datar Banyaknya jumlah GCPs yang dipergunakan mempengaruhi besarnya RMSe posisi titik koordinat yang dihasilkan. Hal ini terlihat dengan membandingkan antara penggunaan 20 GCPs, 11 GCPs dan 6 GCPs. RMSe pada citra yang diperoleh dengan metode mosaic relatif stabil hanya terjadi perubahan sebesar 0,01m, RMSe pada metode screen mengalami perubahan sebesar 0,087m

28 sedangkan pada metode premium mengalami perubahan sebesar 0,059m. Secara umum besarnya perubahan RMSe pada 3 metode yang dipergunakan relatif kecil dengan perubahan terkecil sebesar 0,01m dan terbesar adalah 0,087m. Metode premium menghasilkan peta citra dengan akurasi terbaik dengan RMSe sebesar 0,744m untuk 20 GCPs. Metode mosaic menghasilkan RMSe sebesar 0,886m untuk 11 GCPs sedangkan metode screen merupakan metode yang menghasilkan penyimpangan yang terbesar dengan RMSe sebesar 1,630m untuk 20 GCPs. Tabel IV.1 Ketelitian Peta Citra Daerah Relatif Datar Jumlah RMSe ICPs (m) GCPs Screen Premium Mosaic 20 1,630 0,744 0,888 11 1,658 0,786 0,886 6 1,717 0,803 0,896 (Sumber : Hasil Pengolahan) RMSe ICPs Daerah Relatif Datar 2,000 RMSe ICPs (meter) 1,500 1,000 0,500 20 GCPs 11 GCPs 6 GCPs 0,000 Screen Premium Mosaic Metode Perolehan Citra Gambar IV.3 RMSe ICPs Koreksi Geometri Citra Daerah Relatif Datar Berdasarkan RMSe ICPs yang dihasilkan maka dapat diketahui skala yang sesuai dengan tingkat ketelitian posisi titik. Skala peta citra yang sesuai dengan RMSe yang dihasilkan dihitung sesuai dengan perbandingan yang harus dimiliki peta dengan standar ketelitian 0,3 mm x skala peta.

29 Tabel IV. 2 Skala Peta Citra Hasil Rektifikasi Daerah Relatif Datar Metode Jumlah Jumlah RMSe ICPs (m) Skala Peta GCPs ICPs XY Screen 20 20 1,630 1 : 5433 Screen 11 9 1,658 1 : 5527 Screen 6 14 1,717 1 : 5723 Premium 20 20 0,744 1 : 2480 Premium 11 9 0,786 1 : 2621 Premium 6 14 0,803 1 : 2677 Mosaic 20 20 0,888 1: 2960 Mosaic 11 9 0,886 1 : 2953 Mosaic 6 14 0,896 1 : 2987 (Sumber : Hasil Pengolahan) Metode premium dengan 20 GCPs merupakan metode terbaik dengan ketelitian posisi sesuai dengan peta skala 1 : 2480, metode mosaic dapat menghasilkan peta skala 1 : 2953 dan metode screen hanya mampu menghasilkan peta dengan skala 1 : 5433. IV.3.2. Daerah Relatif Berbukit Banyaknya jumlah GCPs yang dipergunakan mempengaruhi besarnya RMSe posisi titik koordinat yang dihasilkan, hal ini terlihat dengan membandingkan antara penggunaan 19 GCPs, 11 GCPs dan 6 GCPs. RMSe pada citra yang diperoleh dengan metode mosaic terjadi perubahan yang relatif besar yaitu 0,336m, RMSe pada metode screen mengalami perubahan sebesar 0,122m sedangkan pada metode premium mengalami perubahan sebesar 0,193m. Besarnya perubahan RMSe pada 3 metode yang dipergunakan maksimum 0,336m yaitu metode mosaic dan dengan perubahan terkecil 0,122m yaitu metode screen. Metode premium merupakan metode yang dapat menghasilkan akurasi yang paling baik dengan RMSe ICPs sebesar 1,537m untuk 19 GCPs. Metode mosaic menghasilkan RMSe ICPs sebesar 1,702m untuk 19 GCPs sedangkan metode screen merupakan metode yang menghasilkan penyimpangan yang terbesar dengan RMSe sebesar 2,086m untuk 19 GCPs.

30 Tabel IV.3 Ketelitian Peta Citra Daerah Relatif Berbukit Jumlah RMSe ICPs (m) GCPs Screen Premium Mosaic 19 2,086 1,537 1,702 11 2,159 1,689 1,851 6 2,208 1,730 2,038 (Sumber : Hasil Pengolahan) RMSe ICPs Daerah relatif Berbukit RMSe ICPs (meter) 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 Screen Premium Mosaic Metode Perolehan Citra 19 GCPs 11 GCPs 6 GCPs Gambar IV.4. RMSe ICPs Koreksi Geometri Citra Daerah Relatif Berbukit Berdasarkan RMSe ICPs yang dihasilkan maka dapat diketahui skala yang sesuai dengan tingkat ketelitian posisi titik Skala peta citra yang sesuai dengan RMSe yang dihasilkan dihitung sesuai dengan perbandingan yang harus dimiliki peta dengan standar ketelitian 0,3 mm x skala peta. Tabel IV. 4 Skala Peta Citra Hasil Ortorektifikasi Daerah Relatif Berbukit Metode Jumlah Jumlah RMSe ICPs (m) Skala Peta GCPs ICPs XY Screen 19 19 2,086 1 : 6953 Screen 11 8 2,159 1 : 7197 Screen 6 13 2,208 1 : 7360 Premium 19 19 1,537 1 : 5123 Premium 11 8 1,689 1 : 5630 Premium 6 13 1,730 1 : 5766 Mosaic 19 19 1,702 1 : 5673 Mosaic 11 8 1,851 1 : 6170 Mosaic 6 13 2,038 1 : 6793 (Sumber : Hasil Pengolahan)

31 Semakin banyak GCPs yang digunakan semakin besar skala peta yang dihasilkan. Metode premium dengan 19 GCPs merupakan metode terbaik dengan ketelitian posisi yang dihasilkan sesuai dengan ketelitian peta skala 1 : 5123, metode mosaic dapat menghasilkan peta 1 : 5673 dan metode screen hanya mampu menghasilkan peta dengan skala 1 : 6953. IV.4 Analisis Identifikasi Obyek Digitasi Tampilan Obyek garis dan bidang tanah yang akan didigitasi dengan metode on screen sangat mempengaruhi akurasi hasil digitasi yang dilakukan. Perbandingan antara visual citra yang diperoleh dengan tiga metode berbeda pada daerah relatif datar dan daerah relatif berbukit dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Metode Premium Citra Hasil Mosaic Metode Screen Gambar IV.5 Tampilan Obyek Digitasi Citra

32 Dari gambar IV.5 dapat dilihat bahwa antara visual obyek digitasi citra yang diperoleh dengan metode premium dan hasil mosaic tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Semua obyek yang dapat dilihat dan ditentukan posisinya pada citra premium dapat juga dilihat pada citra hasil mosaic. Pada citra yang diperoleh dengan metode screen terdapat beberapa obyek garis yang hilang dan kurang jelas contohnya pematang sawah, jalan dan batas antar bidang tanah. Obyek terkecil yang masih dapat didentifikasi pada citra dan di lapangan adalah pematang sawah yang memiliki lebar minimum 50 cm yang tidak tertutupi vegatasi/obyek diatasnya. IV.5 Analisis Hasil Digitasi Obyek Jarak Perbedaan ukuran jarak hasil digitasi obyek garis pada citra yang diperoleh dengan metode screen, premium dan mosaic pada daerah relatif datar berada dalam rentang 0,140m sampai dengan 4,130m. Ukuran jarak digitasi citra yang diperoleh dengan metode screen mengalami penyimpangan yang paling besar dengan RMSe sebesar 2,820m. Penyimpangan ukuran jarak (RMSe) pada metode premium adalah 0,940m sementara metode mosaic mengalami RMSe sebesar 1,063m. Perbedaan ukuran hasil digitasi obyek garis pada citra yang diperoleh dengan metode screen, premium dan mosaic pada daerah relatif berbukit berada dalam rentang 0,240m sampai dengan 4,790m. RMSe jarak digitasi citra yang diperoleh dengan metode screen adalah sebesar 2,408m.RMSe ukuran jarak pada metode premium adalah 1,242m sementara metode mosaic menghasilkan RMSe sebesar 1,384m.

33 Perbedaan Jarak lapangan dengan Digitasi Rektifikasi Daerah Relatif Datar Jarak (meter) 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 a b c d e f g h Obyek Jarak Screen Premium Mosaic Perbedaan Jarak Lapangan dengan Digitasi Citra Ortorektifikasi Daerah relatif Berbukit Jarak (meter) 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 i j k l m n o p Obyek Jarak Screen Premium Mosaic Gambar IV.6 Perbedaan Jarak Lapangan dengan Digitasi Citra Berdasarkan gambar IV.6 dapat dilihat bahwa secara umum penyimpangan terbesar hasil digitasi 16 obyek garis terdapat pada citra yang diperoleh dengan metode screen. Penyimpangan hasil digitasi 16 obyek garis antara citra yang diperoleh dengan metode premium dan mosaic secara bergantian mengalami penyimpangan hasil digitasi yang paling kecil. Hasil digitasi obyek jarak dan penyimpangan terhadap hasil ukuran lapangan dapat dilihat pada lampiran K.1 dan lampiran K.2 IV.6 Analisis Hasil Digitasi Obyek Luas Bidang Tanah Untuk menganalisis penghitungan ukuran luas hasil digitasi maka dilakukan perbandingan hasil penghitungan luas antara luas hasil digitasi dan luas hasil pengukuran lapangan. Berdasarkan hasil hitungan dapat diperoleh rata-rata perbedaan luas citra rektifikasi daerah datar yang diperoleh dengan metode screen

34 adalah sebesar 10,847%, metode premium 2,474% dan dengan metode mosaic 2,707%. Rata-rata perbedaan luas antara hasil pengukuran lapang dengan hasil digitasi citra ortorektifikasi daerah berbukit yang diperoleh dengan metode screen adalah 15,339%, metode premium 2,680% dan metode mosaic 3,059%. Perbedaan Luas Lapangan dengan Digitasi Citra Rektifikasi Daerah Relatif Datar Luas (%) 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 Obyek Luas Screen Premium Mosaic Perbedaan Luas Lapangan dengan Luas Digitasi Citra Orthorektifikasi Daerah Relatif Berbukit Luas (%) 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 Obyek Luas Screen Premium Mosaic Gambar IV.7 Perbedaan Luas Lapangan dengan Luas Digitasi Citra Dari gambar IV.7 dapat dilihat bahwa secara umum penyimpan terbesar hasil digitasi 32 obyek bidang tanah adalah pada citra yang diperoleh dengan metode screen. Penyimpangan hasil digitasi 32 obyek bidang tanah antara citra yang diperoleh dengan metode premium dan mosaic secara bergantian mengalami penyimpangan hasil digitasi yang paling kecil. Rata-rata perbedaan luas bidang tanah hasil pengukuran lapangan dan digitasi citra terkoreksi yang paling baik diantara 3 metode perolehan citra pada

35 daerah relatif datar adalah 2,474% sementara untuk daerah relatif berbukit adalah 2,680%. Hasil digitasi obyek luas dan penyimpangan terhadap hasil ukuran lapangan dapat dilihat pada lampiran K.1 dan lampiran K.2. IV.7 Ketentuan BPN untuk Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Berdasarkan pasal 17 PMNA Nomor 3 Tahun 1997 Peta dasar pendaftaran dapat dibuat dengan menggunakan peta lain yang memenuhi syarat mempunyai ketelitian planimetris lebih besar atau sama dengan 0,3 mm pada skala peta dan untuk mengetahui ketelitian planimetris dilakukan dengan pengecekan jarak pada titik-titik yang mudah diidentifikasi di lapangan dan pada peta. Dengan menghitung RMSe perbedaan jarak hasil digitasi dan hasil pengukuran lapangan dapat diketahui ketelitian planimetris peta citra. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat RMSe dan skala peta yang sesuai dengan ketentuan pembuatan peta dasar pendaftaran untuk daerah relatif datar dan daerah relatif berbukit. Tabel IV. 5 Skala Peta Dasar Pendaftaran Tanah Hasil Rektifikasi Citra Daerah Relatif Datar Metode RMSe Skala Peta Perbedaan Jarak (m) Screen 2,82 1 : 9400 Premium 0,940 1 : 3133 Mosaic 1,063 1 : 3543 (Sumber : Hasil Pengolahan) Tabel IV.6 Skala Peta Dasar Pendaftaran Tanah Hasil Orthorektifikasi Citra Daerah Relatif Berbukit Metode RMSe Skala Peta Perbedaan Jarak (m) Screen 2,408 1 : 8026 Premium 1,242 1 : 4140 Mosaic 1,384 1 : 4613 (Sumber : Hasil Pengolahan)

36 RMSe perbedaan jarak dan hubungannya dengan skala peta diuji dengan Chi-square. Hasil uji Chi-square ketelitian pengukuran lapangan daerah penelitian berdasarkan simpangan baku apriori (σ 0 ) 0,3 mm x skala peta dapat dilihat pada lampiran K.3. Berdasarkan RMSe perbedaan jarak dan hasil uji Chi-square maka pada penelitian ini dapat dihasilkan peta citra dengan ketelitian jarak antar titik yang sesuai dengan ketelitian peta skala 1 : 3133. Untuk daerah berbukit dapat dihasilkan peta citra dengan ketelitian jarak antar titik sesuai dengan ketelitian peta skala 1 : 4140. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Tanah yang diatur dalam PMNA No 3 Tahun 1997 adalah peta skala 1 : 1000, skala 1 : 2500, skala 1 : 10000. Berdasarkan ketentuan tersebut maka peta citra dari google earth hasil rektifikasi dan ortorektifikasi hanya dapat digunakan untuk pembuatan peta dasar pendaftaran tanah skala 1 : 10000. IV.8 Analisis Perbandingan Hasil Pengolahan Citra Quickbird dari Google Earth dan Citra Quickbird Standar Penelitian dilakukan terhadap citra pada lokasi penelitian relatif berbukit, dengan membandingkan antara hasil pengolahan citra yang diperoleh dari google earth dengan citra quickbird standar pada lokasi yang sama dan diperkirakan pemotretannya dilakukan pada waktu yang sama. Dengan mengidentifikasi jenis obyek dan posisi obyek yang terdapat pada citra quickbird yang diperoleh dari google earth dengan citra quickbird standar maka dapat diketahui bahwa citra wilayah penelitian yang terdapat pada google earth adalah citra quickbird dengan tanggal pemotretan 21 Agustus 2003. Perbandingan antara kedua citra tersebut dapat dilihat pada lampiran L.

37 Tabel IV.7 Resolusi Citra Wilayah Penelitian ± 76 Ha (950m x 800m) dari Google Earth dan Citra Quickbird Standar Metode Perolehan Citra Wilayah Penelitian Sreen (794 x 659 pixel) Perkiraan Ukuran Jarak 1 pixel di lapangan ± 1,2m Tampilan Obyek Premium (4800 x 3984 pixel) ± 0,2m Mosaic ± 0,5m Quickbird Standar ± 0,6m Obyek terkecil yang dapat dilihat pada citra yang diperoleh dari google earth dengan resolusi lebih besar dari 0,6m adalah sama dengan obyek terkecil yang dapat dilihat pada citra quickbird standar. Ukuran resolusi pixel lebih kecil dari 0,6m citra yang diperoleh dari google earth adalah dihitung berdasarkan perbandingan antara jarak di lapangan dengan jumlah pixel. Jadi banyaknya jumlah pixel yang mewakili ukuran 0,6m x 0,6m pada citra yang diperoleh dari google earth tidak menambah detail obyek yang ditampilkan karena penambahan tersebut hanya menambah jumlah pixel yang meliputi obyek ukuran 0,6m x 0,6m (resampling).

38 Tabel IV.8 Ketelitian Peta Citra Quickbird dari Google Earth dan Citra Quckbird Standar Daerah Penelitian Relatif Berbukit Citra/Metode Jumlah Jumlah RMSe ICP (m) Perolehan GCPs ICPs X Y XY Screen 19 19 1,634 1,298 2,086 11 8 2,035 0,722 2,159 6 13 1,693 1,417 2,208 Premium 19 19 1,187 0,976 1,537 11 8 1,487 0,802 1,689 6 13 1,349 1,083 1,730 Mosaic 19 19 1,120 1,282 1,702 11 8 1,531 1,040 1,851 6 13 1,339 1,537 2,038 Quickbird Standar 19 19 1,211 0,749 1,424 11 8 1,369 0,637 1,510 6 13 1,311 1,011 1,655 RMSe ICPs Citra Quickbird dari Google Earth dan Citra Quickbird Standar RMSe (meter) 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 Screen Premium Mosaic QB Standar Metode Perolehan Citra 19 GCPs 11 GCPs 6 GCPs Gambar IV.8 Ketelitian Peta Citra quickbird dari Google Earth dan Citra Quckbird Standar Daerah Penelitian Relatif Berbukit Hasil pengolahan citra quickbird standar memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan citra yang diperoleh dari google earth untuk 19 ICPs, 8 ICPs dan 13 ICPs. Perbedaan terkecil terjadi pada metode premium dengan 19 ICPs yaitu 0,113m, perbedaan terbesar dengan 19 ICPs adalah metode screen 0,662m sedangkan metode mosaic terdapat perbedaan sebesar 0,278m