BAB 3 KERAGAAN MASALAH DAN ISU POKOK PEMBANGUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

DAFTAR ISI PENGANTAR

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

D I N A S SEKRETARIAT BUPATI SERANG, Cap/Ttd A. TAUFIK NURIMAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL U P T D BIDANG PELAYANAN KESEHATAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

BAB 5 ARAH KEBIJAKAN DAN AGENDA PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

Dinas Kesehatan balita 4 Program Perencanaan Penanggulangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

DAFTAR ISI PENGANTAR

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KEPALA DINAS

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

DAFTAR ISI PENGANTAR

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

NOMOR 16 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

REKAPITULASI HASIL EVALUASI KESELARASAN PROGRAM DALAM DOKUMEN PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

Transkripsi:

122 BAB 3 KERAGAAN MASALAH DAN ISU POKOK PEMBANGUNAN 3.1. Keragaan Masalah Pembangunan 3.1.1. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Karakteristik Geologi 1) Wilayah kepala burung Papua merupakan pertemuan dua lempeng tektonik dengan sesar angkat dan sesar turun yang melintang dan membujur secara tidak beraturan. 2) Banyak dijumpai gunung-gunung berapi dan wilayah-wilayah potensial gempa akibat pertemuan sesar angkat dan sesar turun yang tidak padu 3) Fisiografi wilayah di sebelah Utara merupakan pegunungan dan bagian selatan daerah dataran dan rawa. 4) Tanah mineral dan gambut berawa yang luas dan relatif kurang subur belum termanfaatkan secara optimal dan potensial untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan perkebunan melalui penerapan teknologi tepatguna. 5) Sungai-sungai mengalir dari utara ke selatan dan dari selatan ke utara, membentuk daerahdaerah rawan banjir sepanjang pantasi utara dan pantai selatan 6) Pantai bagian selatan merupakan wilayah endapan yang luas dengan tingkat pelumpuran tinggi (wilayah Teluk), sedangkan Bagian utara merupakan pantai dengan tebing karang dan hanya sedikit pantai berpasir Sumberdaya Hutan 1) Luas kawasan hutan di setiap wilayah kabupaten berbeda baik luas hutan keseluruhan maupun proporsi menurut fungsi dan peruntukannya 2) Pengelolaan hutan produksi dan hutan konservasi belum sepenuhnya mengakomodir kepentingan masyarakat adat 3) Potensi tegakan pada hutan produksi relatif tinggi, namun sebagian besar kawasan hutan telah dibebani hak pengusahaan hutan 4) Kawasan konservasi khususnya pemanfaatan jasa lingkungan belum mendapat perhatian pemerintah 5) Perlindungan jenis fauna endemik dan dilindungi belum efektif baik ditinjau dari aspek pengawasan maupun penegakan hukum 6) Rehabilitasi hutan dan lahan tidak berhasil dan pembangunan hutan tanaman masih sebatas kebijakan

123 7) Pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan hutan alam oleh instansi teknis sangat lemah. Sumberdaya Tambang 1) Kegiatan pertambangan umum (bahan galian dan mineral) masih terbatas pada pemberian izin dengan tahapak kegiatan eksplorasi dan penyelidikan khusus 2) Bahan Bahan logam, baru sebatas penunjukkan daerah prospek dan belum diketahui cadangan logammnya 3) Bahan tambang logam pada beberapa wilayah telah diketahui cadangan, namun belum ada izin operasional produksi 4) Penambangan umum tradisionil belum tetata dan terawasi dengan baik 5) Peraturan daerah bidang pertambangan belum tersedia, sehingga investasi bidang pertambangan masih pada taraf inventarisasi potensi dan cadangan Sumberdaya Perikanan 1) Kegiatan penangkapan udang di Laut Arafura sudah menunjukkan gejala overfishing, terutama untuk komoditi udang (ukuran udang yang tertangka mengalami penurunan); begitu pula dengan perairan Teluk Bintuni dan Kaimana; 2) Terbatasnya penerapan aturan yang berlaku pada tingkat operasional, bahkan ijin dapat dikeluarkan untuk menangkap pada wilayah tertentu (misalnya Kaimana) tetapi kegiatan penangkapan dapat dilakukan hingga ke Teluk Bintuni. 3) Meskipun tingkat pemanfaatan ikan pelagis baik di Perairan Utara dan Selatan Provinsi Papua Barat masih di bawah potensi lestarinya, namun ukuran hasil tangkapan menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun; 4) Disinyalir adanya praktek-praktek kegiatan penangkapan ikan dilakukan secara illegal baik ikan pelagis dan demersal, baik di perairan Utara maupun selatan; 5) Penangkapan ikan demersal hidup telah intensif dilakukan sehingga menganggu stok di alam dan telah mendorong penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan (bahan beracun), terutama di daerah Raja Ampat, Fakfak dan Kaimana. 6) Beberapa komoditi ekonomis penting perikanan seperti (kakap, kerapu dan napoleon) memiliki peluang ekspor yang besar dengan permintaan yang tinggi di pasaran luar negeri 7) Kegiatan budidaya kerang mutiara dan rumput laut masih terbatas pada beberapa tempat seperti Raja Ampat dan Kaimana. Pada hal beberapa lokasi seperti Fakfak dan Teluk Wondama serta Manokwari sangat potensial untuk pengembangan budidaya kerang mutiara dan rumput laut;

124 3.1.2. Sosial-Budaya 1) Kepastian Status Penguasaan Tanah/Lahan. a. Tanah/lahan lokasi bangunan pemerintah dan fasilitas ternyata masih sering digugat oleh warga masyarakat pemegang hak adat atas tanah/lahan bersangkutan. b. Tanah/lahan adat yang diperlukan untuk lokasi kegiatan baru pembangunan/pengembangan, ternyata nilai kompensasinya yang ditetapkan warga masyarakat adat terkadang tidak rasional. c. Kegiatan pembangunan dan pengembangan investasi sering terhambat akibat tuntutan hak adat atas lahan dan sumberdaya alam 2) Program pengembangan masyarakat yang telah dilakukan belum mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat, sebaliknya menciptakan ketergantungan masyarakat yang semakin kuat pada pemerintah maupun swasta. 3) Percepatan pertumbuhan penduduk di kabupaten-kabupaten pemekaran lebih cepat dibanding realisasi program pembangunan infrastruktur kesejahteraan sosial. 4) Kapasitas masyarakat belum cukup kuat untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai upaya pengembangan wilayah dan investasi.yang berskala ekonomi, berorientasi bisnis dan pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis komersial. 5) Pola Penguasaan dan Pengalihan Hak Masyarakat Adat Atas Tanah belum sepenuhnya menunjang upaya-upaya pengembangan wilayah, di samping belum merangsang para pengusaha untuk melakukan investasi besar-besaran di Propinsi Papua Barat. 6) Adat dan kepercayaan tertentu membatasi warga masyarakat adat untuk: (1) menjadi migran tenaga kerja potensial dalam upaya pengembangan wilayah, (2) meningkatkan produksi dan menjadi pengusaha yang berhasil serta kayi kaya 3.1.3. Sosial Ekonomi 1) Peranserta swasta dan dunia usaha dalam pembangunan masih belum optimal (1) Kepastian hukum yang rendah; (2) Kurangnya insentif investasi; (3) Kualitas sumberdaya manusia yang rendah; (4) Terbatasnya infrastruktur; (5) Biaya ekonomi tinggi; karena penyalahgunaan wewenang, belum terjaminnya keamanan berusaha, kurang efektifnya peraturan pemerintah; 2) Sektor Koperasi dan UMKM masih menghadapi berbagai kendala (1) Rendahnya produktivitas UMKM dan koperasi (2) Terbatasnya akses UMKM kepada sumberdaya produktif; (3) Masih rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi;

125 (4) Kurang kondusifnya iklim usaha. 3) Sektor Pertanian (1) Produktivitas, efisiensi usaha yang rendah serta, keterbatasan sarana dan prasarana, keterbatasan kredit dan infrastruktur pertanian masih belum teratasi (2) Tingkat kesejahteraan petani dan nelayan masih tergolong rendah yang ditandai masih tingginya angka kemiskinan. (3) Terbatasnya akses ke sumberdaya produktif, terutama permodalan yang disertai dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia pertanian; (4) Penguasaan teknologi masih rendah; (5) Belum optimalnya pengelolaan sumberdaya perikanan; (6) Lemahnya infrastruktur (fisik dan non fisik) pertanian. 4) Pariwisata (1) Kurang kondusifnya kondisi keamanan dan ketertiban; (2) Kurangnya minat dunia usaha di dalam mengembangkan obyek dan daya tarik wisata potensial dan infrastruktur yang berkenaan dengan kepariwisataan; (3) Pengelolaan sebagian besar daerah tuuan wisata dan aset-aset budaya masih lemah, sehingga kurang atraktif dan kurang mampu bersaing; (4) Belum efektifnya kelembagaan pengelolaan pemasaran dan promosi pariwisata, baik kepada masyarakat domestik maupun masyarakat internasional 5) Daya saing (1) Tidak kondusifnya kondisi ekonomi daerah; (2) Kualitas kelembagaan publik belum menunjang fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; (3) Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi peningkatan produktivitas; (4) Efisiensi usaha yang rendah pada tingkat operasionalisasi perusahaan; (5) Iklim persaingan usaha yang rendah. 6) Terbatasnya infrastruktur dasar ekonomi 1. Transportasi darat masih belum memadai baik sarana maupun prasarananya a). Sistem jaringan jalan di Provinsi PAPUA BARAT belum dapat menghubungkan antar wilayah kawasan yang memiliki potensi tinggi dan cepat tumbuh;

126 b). Mekanisme pendanaan yang masih mengacu pada batas-batas administrative wilayah, sehingga berdampak belum terbentuknya suatu jaringan transportasi yang terpadu di Provinsi Papua Barat; c). Kinerja pelayanan prasarana jalan yang didasarkan atas kecepatan yang mampu dicapai oleh kendaraan masih rendah. 2. Transportasi laut di Provinsi Papua Barat dari segi infrastruktur masih terbatas a). Terbatasnya prasarana pelabuhan yang memadai; b). Terbatasnya fasilitas pelabuhan sehingga mengakibatkan ketidaklancaran bongkar muat di pelabuhan; c). Ketersediaan fasilitas keselamatan di pelabuhan masih rendah; 3. Alur pelayaran sungai dan penyeberangan belum memadai a). Keterbatasan jumlah prasarana dan sarana penyeberangan; b). Terbatasnya sarana yang tersedia; c). Kurangnya keterpaduan pembangunan; d). Terbatasnya keterjangkauan pelayanan; e). Peran swasta dan Pemerintah Daerah yang belum optimal. 3. Sarana dan prasarana penerangan (listrik), Telekomunikasi dan Air bersih masih terbatas a). Jaringan listrik hanya mampu melayani perkotaan b). Layanan telepon selular pada distrik-distrik belum optimal c}. Jaringan dan layanan air bersih masih terpusat di pusat kota 7) Tendensi Aglomerasi (1) Banyaknya daerah yang masih tertinggal dalam pembangunan; (2) Belum berkembangnya daerah-daerah strategis dan cepat tumbuh; (3) Kurang berfungsinya sinergisme pembangunan daerah perkotaan dan pedesaan sehingga peran daerah perkotaan sebagai engine of develpment belum berjalan dengan baik; (4) Kesenjangan pembangunan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan; (5) Daerah-daerah terpencil kondisinya masih terbelakang. 3.1.4. Hukum dan Kelembagaan 1) Lemahnya peran dan fungsi pemerintah sebagai regulator, fasilitator, motivator dan akselerator pembangunan; 2) Rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya aparatur pemerintahan yang membidangi hukum dan kelembagaan;

127 3) Kurang berdayanya fungsi lembaga adat sebagai fasilitator masyarakat dalam mendukung program pembangunan. 3.2. Isu Pokok Pembangunan 3.2.1. Sumberdaya Alam dan Lingkungan 1) Memetakan wilayah rawan gempa dan rawan gunung berapi dalam Tata Ruang Wilayah Pembangunan Provinsi 2) Rekontruksi Tata Guna Hutan dan Redesign Kawasan Hutan HPH dan Penetapan Areal Kelola Masyarakat Adat serta Memacu Percepatan Pembangunan Hutan Tanaman melalui Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 3) Revitalisasi Industri Sektor Kehutanan berbasis Industri Kehutanan Terpadu dan Industri Rakyat. 4) Investasi sektor pertambangan perlu digalakkan dengan prioritas penambangan batubara dan bahan galian C untuk sumber PAD serta Peningkatan Penyelidikan umum untuk bahan tambang logam pada daerah daerah prospek untuk menentukan cadangan, daerah sub ekonomis dan daerah ekonomis 5) Ekstensifikasi dan intensifikasi usaha pertanian dalam arti luas pada daerah-daerah potensial yang belum termanfaatkan 6) Perlu dilakukan rasionalisasi armada penangkapan dengan penerapan sanksi kepada yang melanggarnya. 7) Pengkajian stok sumberdaya ikan pelagis maupun demersal (kakap, kerapu dan napoleon) baik di seluruh Perairan Papua Barat. 8) Pembuatan instalasi pembenihan ikan demersal dalam upaya menggalakan kegiatan budidaya ikan demersal, sehingga tidak menganggu stok di alam. 9) Perlu dilakukan pemetaan perairan yang sangat sesuai untuk kegiatan budidaya kerang mutiara dan rumput laut. 3.2.2. Sosial Budaya 1) Penyelarasan pengembangan infrastruktur kesejahteraan sosial dengan pertumbuhan penduduk. 2) Pengelolaan nilai-nilai adat dan kepercayaan yg menghambat pembangunan. 3) Pengupayakan Pengembangan program Pengembangan masyarakat yang mampu menciptakan kemandirian masyarakat. 4) Pengembangan jiwa kewirausahaan guna mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah dan swasta

128 3.2.3. Sosial Ekonomi 1) Perluasan Skala Ekonomi Wilayah 2) Penanggulangan Kemiskinan 3) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat 4) Pengembangan Wilayah (Penyebaran Pusat-pusat Pertumbuhan) 5) Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar sosial ekonomi yang memadai di setiap wilayah 6) Pengembangan Kemitraan yang saling menguntungkan antara Pemerintah, Masyarakat dan Investor. 7) Pengembangan Daya Saing 3.2.4. Hukum dan Kelembagaan 1) Kepastian hukum (termasuk masalah pertanahan); 2) Penyelarasan Peraturan Perundangan antara Pusat-Daerah, antar Kabupaten/Kota; 3) Peningkatan peranan aparat pemerintahan; 4) Peningkatan pendidikan politik bagi aparat pemerintah 5) Peningkatan peranan kelembagaan adat dalam pembangunan; 6) Mengefektifkan Badan Promosi dan Investasi Daerah; 7) Meningkatkan kapasitas masyarakat adat dalam mengelola hak-hak adat yang lebih kondusif.