GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN PADA SUHU 16 C DAN 25 C

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PENGUKURAN LAJU ENDAP DARAH METODE HUMASED 20 DIBANDINGKANDENGAN METODE WESTERGREN PADA PENDERITA TBC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan kumpulan dari cairan, sel-sel dan partikel yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB I PENDAHULUAN. darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium( Dep Kes RI Th1995 ).

BAB I PENDAHULUAN. laboratorium dituntut untuk memberikan hasil yang tepat, cepat dan akurat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang. tertutup yang dinamakan pembuluh darah (Sadikin, 2001).

Makalah Sistem Hematologi

PEMERIKSAAN HEMATOKRIT METODE MIKROHEMATOKRIT ANTARA MENGGUNAKAN CENTRIFUGE SUDUT DENGAN CENTRIFUGE MIKROHEMATOKRIT

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

ABSTRAK. Penny Setyawati Martioso, dr., Sp.PK., M.Kes.

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

GAMBARAN DARAH RUTIN TERHADAP PEMBENDUNGAN PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA DENGAN WAKTU 3 MENIT

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

UJI KUALITAS SERUM SIMPANAN TERHADAP KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DI POLTEKKES KEMENKES KALTIM

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT PADA BERBAGAI VOLUME DARAH DALAM TABUNG VACUTAINER K 3 EDTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

1 Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

HUBUNGAN VOLUME DARAH DALAM TABUNG K 2 EDTA DENGAN JUMLAH LEUKOSIT

Transkripsi:

GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN PADA SUHU 16 C DAN 25 C KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan pada Program Studi D3 Analis Kesehatan Oleh : UMMI HANI RAHMAH NIM. 13DA277050 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016

GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN PADA SUHU 16 0 C DAN 25 0 C 1 Ummi Hani Rahmah 2 Atun Farihatun 3 Minceu Sumirah 4 INTISARI Laju endap darah merupakan pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pengendapan sel eritrosit dalam plasma. Pemeriksaan LED merupakan pemeriksaan pendahuluan didalam menegakkan diagnosa pasien pada penyakit peradangan dan dapat digunakan untuk memantau perjalanan penyakit beserta keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan laju endap darah mempunyai faktor yang dapat mempengaruhi hasil. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil LED. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan laju endap darah terhadap variasi suhu 16 0 C dan 25 0 C metode westergren. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Sampel penelitian diambil dari pasien normal yaitu pada mahasiswa/mahasiswi prodi D3 Analis Kesehatan kemudian dibuat perlakuan yaitu dilakukan pemeriksaan pada suhu 16 0 C dan 25 0 C. Besar sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak 30 sampel. Teknik pengumpulan sampel menggunakan quota sampling. Dari hasil penelitian gambaran hasil Laju Endap Darah pada suhu 16 0 C cenderung rendah. Sedangkan nilai laju endap darah rendah pada suhu 25 0 C cenderung tinggi. Kata Kunci : Laju Endap Darah, Suhu 16 0 C dan 25 0 C Kepustakaan : 19, 2006-2014 Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Nama Pembimbing I, 4 Nama Pembimbing II iv

AN OVERVIEW OF THE RESULTS OF THE ERYTHROCYTES SEDIMENTATION RATE METHOD WESTERGREN AT TEMPERATURE 16 0 C AND 25 0 C 1 Ummi Hani Rahmah 2 Atun Farihatun 3 Minceu Sumirah 4 ABSTRACT The rate of erythrocytes sedimentation or ESR is an examination to determine the speed of deposition of erythrocytes in plasma cells. The ESR examination is the preliminary examination in the diagnosis of the disease patients at enforcing the inflammation and can be used to monitor the disease travels along with the success of the treatment. Examination of erythrocytes sedimentation has factors that can affect the results. Temperature is one of the factors that influence the outcome of the LED. This research aims to know the image of erythrocytes sedimentation of examination results blood against temperature variations 16 0 C and 25 0 C methods of westergren's. The research design used was experimental. Research samples were taken from patients in normal the student / student Prodi D3 Health Analyst then made treatment that is conducted checks on the temperature of 16 0 C and 25 0 C. The sample size used for research as many as 30 samples. Sample collection technique using quota sampling.samples were taken from normal patients that the student / student Prodi D3 Health Analyst then made treatment that is conducted checks on the temperature of 16 0 C and 25 0 C. The sample size used for research as many as 30 samples. Sample collection technique using quota sampling. From the results of the research of the image of Erythrocytes Sedimentations Rate results at low 16 0 C as. While the rate of creep of low blood values at a temperature of 25 0 C high. Keywords : Blood Creep Rate, The temperature of the 16 0 C dan 25 0 C Library : 19, 2006-2014 Description : 1 The title of the, 2 Name Of Student, 3 The Name Of The Supervisor I, 4 Name Of Supervisor II v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan Hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penunjang atau penegak diagnosis. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari beberapa jenis antara lain: Kadar Hemoglobin, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), hitung jumlah trombosit, retikulosit, hematokrit, SADT dan pemeriksaan hemostasis (Fakultas Kedokteran UII, 2011). Islam mengajarkan bahwa Allah SWT menciptakan sesuatu sesuai dengan ukurannya. Sesuai dengan ayat berikut : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (Q.S Al- Qammar ayat 49). Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan sesuatu dengan ukurannya. Ayat tersebut berkaitan dengan pemeriksaan dilaboratorium yaitu proses pemeriksaan laju endap darah. Laju Endap Darah adalah pengukuran kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma. Pemeriksaan LED saat ini bermakna sebagai penanda non spesifik perjalanan penyakit, khususnya proses inflamasi dan aktivitas penyakit akut (Rukman 2014). Proses pemeriksaan laju endap darah diukur menggunakan 2 metode yaitu metode wintrobe dan metode westergren. Akan tetapi perbedaan hasil pemeriksaan cara westergren dan cara wintrobe akan tampak nyata dalam kondisi patologis. Hasil pemeriksaan laju endap darah memakai cara westergren dan cara wintrobe tidak seberapa selisihnya jika laju endap darah itu dalam batas-batas normal. Akan tetapi nilai itu berselisih jauh pada keadaan mempercepatnya laju endap darah. Sehingga dengan cara westergren didapat nilai yang 1

2 lebih tinggi dan lebih akurat. Hal itu disebabkan pipet westergren 2 kali lebih panjang dari wintrobe sehingga para klinisi lebih menyukai cara westergren (Gandasoebrata, 2007). Keadaan patologis yang meningkatkan LED diantaranya yaitu kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal),sifilis, tuberkulosis, demam reumatik, arthritis reumatoid dan nefritis. Sedangkan penurunan laju endap darah yaitu pada keadaan klinis yaitu pada penyakit anemia sel sabit, angina pectoris. Oleh karena itu, International Commite for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan pemeriksaan LED dengan metode westergren (Kiswari, 2014). Tinggi rendahnya nilai LED dipengaruhi oleh keadaan tubuh, terutama pada saat terjadi radang. Akan tetapi pada orang anemia, pada lansia, orang hamil (trimester kedua dan ketiga) dan penyakit tuberculosis memiliki nilai LED yang tinggi. Sehingga pada orang normal dengan memiliki LED tinggi dan sebaliknya, LED normal belum tentu tidak ada masalah. Pemeriksaan LED masih termasuk pemeriksaan penunjang yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari dokter. Biasanya dokter akan langsung melakukan pemeriksaan tambahan lain, apabila nilai pemeriksaan LED di atas normal. Sehingga mereka akan mengetahui apa yang mengakibatkan nilai LED tinggi. Pemeriksaan laju endap darah juga digunakan untuk memantau suatu perjalanan atau perkembangan dari penyakit (Nugraha, 2013). Rangkaian pemeriksaan laboratorium meliputi pra analitik, analitik dan post analitik yang merupakan tahapan penting pada pemeriksaan dan hasil pemeriksaan. Kesalahan pada tahapan pra analitik memberikan persentase terbesar yaitu 68,2%, analitik 13,39% dan post analitik 18,5% (Gandasoebrata, 2010). Menurut Kiswari (2014) menyatakan : faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan laju endap darah adalah

3 tabung harus diletakan pada posisi vertikal karena posisi tabung yang miring dapat mempercepat proses pengendapan sebanyak 30%, Suhu ruangan harus dalam kisaran 20 º - 25 º C, lebih rendah dan lebih tinggi suhu dapat mengubah laju endap darah. Ketika pencampuran darah dengan antikoagulan terlalu kuat menyebabkan darah menjadi lisis dan waktu pemeriksaan dilakukan dalam waktu 2 jam setelah sampel darah diperoleh. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada daerah x terdapat instansi yang melakukan pemeriksaan LED dibawah suhu ruangan alasan teknisi laboratorium menggunakan dibawah suhu ruangan yaitu pada 16 C, karena tempat pemeriksaan bergabu ng dengan alat pemeriksaan hematologi lain. Alat tersebut stabil pada suhu 16 º C dan bekerja sesuai prosedur pada suhu tersebut. Sedangkan tempat pemeriksaan Laju Endap Darah menggunakan suhu tersebut. Menurut Riwidikdo dan Hani (2008) semakin rendah temperatur maka viskositas plasma menyebabkan menjadi tinggi dan menetralkan tarikan kebawah atau gumpalan sel-sel darah merah sehingga kecepatan pengendapan berkurang. Hasil survey lapangan di beberapa laboratorium kebanyakan sudah menggunakan suhu ruangan dalam kisaran 25 º C. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui gambaran hasil Laju Endap Darah pada suhu 16 º C dan suhu 25 º C dengan menggunakan metode westergren. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran hasil laju endap darah pada suhu 16 º C dan suhu 25 º C?

4 C. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti melakukan penelitian ini sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran hasil nilai Laju Endap Darah metode westergren dibawah suhu ruangan dan suhu ruangan. 2. Tujuan Khusus Sedangkan tujuan khusus penelitian yang akan dilakukan diantaranya : a. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan laju endap darah metode westergren pada suhu 16 C. b. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan laju endap darah metode westergren pada suhu 25 C. D. Manfaat Penelitian Manfaat bagi tenaga laboratorium terhadap pemeriksaan laju endap darah meliputi : 1. Manfaat Teoritik Manfaat teoritik dari penelitian yang dilakukan meliputi : a. Bagi peneliti hasil pemeriksaan diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemeriksaan laju endap darah metode westergren pada suhu 16 C dan 25 C. b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini sebagai masukan pengetahuan untuk menjadi referensi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktik Untuk memberikan informasi kepada institusi laboran mengenai pengaruh suhu terhadap hasil pemeriksaan laju endap darah yang dilakukan dilaboratorium.

5 E. Keaslian Penelitian Penelitian Sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Perbedaan Laju Endap Darah Metode Westergren dengan Antikoagulan EDTA dan Tanpa EDTA oleh Dinar Aryanto (2012), pada penelitian didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna. Persamaan penelitian dengan penelitian tersebut adalah terletak pada variabel terikat yang diteliti adalah Laju Endap Darah. Perbedaan variabel bebas yaitu pada penelitian gambaran nilai Laju Endap Darah pada suhu 16 º C dan 25 º C sedangkan pada penelitian Dinar (2012) yaitu membandingkan hasil pemeriksaan laju endap darah dengan antikoagulan EDTA dan tanpa EDTA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Darah a. Pengertian Darah Darah merupakan suatu jaringan yang terdapat pada pembuluh darah yang berbentuk cair dan berwarna merah. Darah memiliki warna merah mengindikasikan bahwa oksigen yang terdapat didalamnya sangat banyak, sedangkan jika karbondioksida yang banyak terdapat didalamnya maka warna merahnya menjadi merah tua. Umumnya pada dewasa muda yang sehat memiliki darah sekitar 7% dari berat badan atau 4-5 liter. Jumlah tersebut berbeda-beda tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pemuluh darah (Wiarto, 2014). b. Komponen-komponen darah terdiri dari : 1) Eritrosit (sel darah merah) berfungsi untuk mengangkut oksigen dan mengikat karbondioksida untuk di bawa ke paru-paru. Sel darah merah dalam tubuh dibuat oleh sumsum tulang merah, limpa dan hati kemudian akan beredar ke seluruh tubuh selama 14 hari dan setelah itu akan mati. 2) Leukosit (sel darah putih). Fungsi sel darah putih adalah sebagai pertahan tubuh dari serangan penyakit dan yang berkaitan dengan imunitas. 3) Trombosit adalah sel yang bergranula yang berbentuk agregat tempat cidera pembuluh darah. Fungsi trombosit adalah pada pembekuan darah. Misalnya ketika kita mengalami cidera pada otot kemudian robek, maka 6

7 trombosit akan bergegas membekukan darah agar tidak keluar dari pembuluh darah (Wibowo, 2013). 4) Plasma adalah cairan yang berwarna kuning yang memiliki unsurfibrinogen (zat pembekuan). Fungsi plasma yaitu untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino, ke jaringan. Juga merupakan medium untuk mengangkat bahan buangan seperti urea, asam urat, dan sebagian dari karbondiosida (Pearce, 2006). Sel darah merah memerlukan protein karena struksturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi. Wanita lebih memerlukan banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu. Di tempat laboratorium pemeriksaan darah disebut dengan pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi diantaranya adalah pemeriksaan hematologi lengkap seperti Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, laju endap darah, hitung jumlah leukosit, hitung jumlah eosinofil, hitung jumlah eritrosit dan hitung jumah trombosit (Pearce, 2006). 2. Pemeriksaan Hematologi Lengkap Pemeriksaan hematologi lengkap merupakan suatu jenis pemeriksaan penunjang suatu diagnosis penyakit danuntuk melihat respons tubuh terhadap penyakit. Disamping itu pemeriksaan hematologi lengkap berfungsi untuk pemantauan suatu respon terapi yang pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

8 Pemeriksaan hematologi lengkap terdiri dari beberapa parameter : a. Hemoglobin Hemoglobin merupaka protein darah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi dalam hemoglobin menyebababkan darah menjadi berwarna merah. Kadar hemoglobin yang rendah dalam darah dikenal dengan istilah anemia. Penyebab anemia diantaranya: perdarahan, kekurangan gizi, gangguan sumsum tulang dan penyakit sistemik. Kadar hemoglobin yang tinggi sering ditemukan pada orang yang tinggal didataran tinggi dan perokok. Seperti penyakit radang paru-paru (tuberkulosis). Nilai normal Hemoglobin: 1) Wanita : 12-16 g/dl 2) Laki-laki : 14-18 g/dl b. Hematokrit Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen (%). Nilai normal hematokrit laki-laki 40,7% - 50,3% dan untuk wanita 36,1% - 44,3%. Nilai diatas menunjukkan kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit. Sehingga pada penurunan dan penaikan hematokrit terjadi pada penyakit yang sama. c. Jumlah Leukosit Leukosit merupakan komponen darah yang berperan memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri ataupun metabolisme toksin. Nilai normal leukosit: 4000-10.000 sel/µl darah.

9 d. Jumlah Eritrosit Eritrosit merupakan komponen darah paling banyak dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari tubuh ke paru-paru. Jumlah eritrosit yang tinggi biasanya ditemukan pada perokok, kasus hemokonsentrasi dan gagal jantung. Sedangkan jumlah eritrosit yang rendah ditemukan pada orang anemia, leukemia, lupus dan penyakit kanker. Nilai normal jumlah eritrosit: 1) Laki-laki : 4,6 Juta- 6,1 Juta sel/µl 2) Wanita : 4,2 Juta-5,4 Juta sel/µl e. Laju Endap Darah Laju endap darah merupakan kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED meningkat dijumpai pada proses inflamasi akut, atritis reumatoid dan kerusakan jaringan. ICSH merekomendasikan pemeriksaan LED menggunakan Metode Westergren, Hal ini dikarenakan pipiet westergren 2 kali lebih besar dari pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih dapat terdeteksi. f. Trombosit Trombosit merupakan bagian dari sel darah merah yang berperan membantu proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Trombosit yang rendah dikenal dengan istilah trombositosis, biasanya orang tidak mengalami keluhan apapun. Sedangkan trombosit yang tinggi dikenal dengan istilah trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD) dan Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP). Nilai normal jumlah trombosit: 150,000-400.000 sel/µl (Kiswari, 2014).

10 3. Pengetian Laju Endap Darah Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa Inggris disebut erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau blood sedimentation rate (BSR) merupakan pemeriksaan untuk menentukan kecepatan eritrosit mengendap dalam darah yang tidak membeku (darah berisi antikoagulan) pada suatu tabung dengan posisi vertikal dalam waktu tertentu. LED umumnya digunakan untuk mendeteksi atau memantau adanya kerusakan jaringan, inflamasi dan menunjukkan adanya penyakit (bukan tingkat keparahan) baik akut maupun kronis, sehingga pemeriksaan LED tidak bersifat spesifik. Pemeriksaan LED bertujuan untuk pemeriksaan skrining dan memantau berbagai macam penyakit infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai penyakit (Nugraha, 2013). Laju endap darah mengukur laju pengendapan (dalam mm/jam) dari eritrosit pada suatu kolom darah yang telah diberi antikoagulan. Laju pengendapan yang meningkat menunjukan peningkatan immunoglobulin atau protein pada fase akut, yang menyebabkan eritrosit melekat satu sama lain. Peningkatan LED merupakan penanda non spesifik dari adanya radang atau infeksi (Bradley dkk, 2005). Selain peningkatan immunoglobulin dan protein peningkatan LED akibat klinis juga dapat dipengaruhi oleh obat yang sedang dikonsumsi. Walupun LED merupakan uji yang tidak spesifik tetapi dapat mengidentifikasi terjadinya proses inflamsi (Kee, 2007). Pada saat ini laju endap darah (LED) telah dilaporkan memiliki signifikasi klinis dengan penyakit anemia sel sabit, osteomielitis, stoke, kanker prostat dan penyakit arteri koroner. Pada kehamilan LED cukup meningkat mulai minggu ke 10-12, dan kembali normal pada 1 bulan setelah melahirkan. Hasil LED sering normal pada pasien dengan penyakit jaringan ikat, dan

11 infeksi, maka hasil LED yang normal tidak bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnostik. Namun dalam suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sepertiga dari pasien tanpa disertai nilai ESR kurang dari 10 mm/jam, dan menunjukan prognosis yang sangat baik, tanpa memandang umur, derajat, penyakit, atau histopatologi (Kiswari, 2014). Ketika darah dengan antikoagulan dalam tabung dibiarkan berdiri tegak tanpa terganggu selama jangka waktu tertentu, eritrosit cenderung mengendap ke bawah. Maka dua lapisan akan terbentuk, lapisan atas berupa plasma dan bagian bawah merupakan sel darah merah. Tingkat di mana sel-sel darah merah mengendap dikenal sebagai laju endap darah. Perubahan konsentrasi kandungan protein plasma seperti fibrinogen dan globulin yang menyertai sebagian infeksi akut dan kronis cenderung akan meningkatkan pembentukan rouleaux. Oleh karena itu, peningkatan fibrinogen dalam kondisi apapun (semua penyebab kerusakan jaringan, seperti tuberculosis dan infeksi kronis lainnya) atau globulin (demam reumatik, mieloma) akan menyebabkan peningkatan laju endap darah. Sedangkan jumlah eritrosit yang tinggi, cenderung untuk menurunkan tingkat sedimentasi, sementara jumlah sel darah yang rendah cenderung mempercepat laju sedimentasi (Kiswari, 2014). Fase-fase pengendapan eritrosit terdiri dari tiga fase yaitu: a. Fase pertama. Disebut juga phase of aggregation, pada fase ini eritrosit mulai saling menyatukan diri sehingga pengendapan eritrosit dalam fase ini cenderung lambat yang berlangsung dalam waktu 10 menit. b. Fase kedua. Pada fase ini pengendapan eritrosit berlangsung cepat, karena setelah terjadi agregasi maka rasio antara volume dengan luas permukaannya menjadi mengecil

12 sehingga pengendapan berlangsung cepat selama 40 menit. Dan pada fase ini terbentuk formasi rouleaux (saling menumpuk). c. Fase ketiga. Pada fase ini kecepatan pengendapan mulai berkurang eritrosit akan mengendapan dan akan mengisi ruang atau celah yang kosong pada tumpukan eritrosit yang lain dan berlangsung selama 10 menit (Nugraha, 2013). 4. Macam-macam Metode pemeriksaan LED. Pemeriksaan LED dikenal dengan 3 metode: a. Metode Westergren Metode westergren merupakan metode yang banyak digunakan karena metode ini sangat sederhana sehingga ICSH telah merekomendasikan sebagai metode referensi. Antikoagulan yang digunakan adalah spesimen darah Nasitrat 3,8% menggunakan tabung westergren (Nugraha, 2013). b. Metode Wintrobe Metode wintrobe menggunakan tabung wintrobe. Selain itu metodeini memiliki kurang sensitif dalam menentukan sistem aktivitas penyakit disbanding metode westergren (Priyana, 2010) c. Metode Automatis Metode automatis digunakan untuk mengukur LED yaitu ESR ves-matic 20 merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur 20 sampel darah secara otomatis (Kiswari, 2014).

13 5. Masalah Klinis a. Penurunan LED Penurunan laju endap darah terjadi pada penyakit anemia sel sabit mononucleosis infeksius, atritis degenatif, angina pektoris. b. Peningkatan LED Peningkatan laju endap darah pada kondisi Atritis reumatoid, MCL akut, kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal) limfosarkoma, endokarditis bakterial, hepatitis, sifilis, tuberculosis, SLE, Kehamilan (trimester kedua dan trimester ketiga). Nilai Normal LED menurut metode westergren : 1) Laki-laki : 0-10 mm/jam 2) Wanita : 0-15 mm/jam 3) Orang lanjut usia > 60 tahun : 0-20 mm/jam (Kiswari, 2014). Laju endap darah meningkat menunjukkan meningkatnya kadar imunoglobulin atau protein fase akut, yang menyebabkan eritrosit saling melekat satu sama lain. Peningkatan LED merupakan penanda non spesifik dari adanya peradangan atau infeksi. LED sangat tinggi (> 100 mm/jam) menunjukkan : 1) Mieloma multiple 2) Lupus eritematosus sistemik (SLE) 3) Arteritis temporalis, kanker dan infeksi kronis termasuk tuberculosis (Bradley dkk, 2005). Makna LED dalam pemeriksaan klinik. Apabila nilai LED yang normal dapat memberikan petunjuk ada tidaknya kemungkinan penyakit yang serius. Sebaliknya apabila nilai LED tidak normal, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan diagnostik yang pasti. LED merupakan

14 pemeriksaan yang tidak spesifik, LED bisa meningkat pada keadaan patologi seperti adanya peradangan. Umumnya nilai LED normal pada penyakit-penyakit infeksi lokal yang kecil atau penyakit akut seperti apendisitis akut, infeksi selaput lendir dengan reaksi sedikit radang, dan pada lesi-lesi kulit. Akan tetapi LED meningkat pada penyakit tuberkulosis, infeksi kronis, demam reumatik, arthiris dan nefritis (Kiswari, 2014). 6. Faktor- Faktor yang mempengaruhi LED a. Faktor eritrosit Eritrosit dengan bentuk abnormal atau tidak teratur, seperti sel sabit atau sferosit, menghambat pembentukan rouleaux sehingga menurunkan LED (Kiswari, 2014). b. Faktor Plasma LED dipercepat oleh peningkatan fibrinogen dan globulin. Albumin dan lesitin dapat menghambat sedimentasi sedangkan peningkatan kolesterol mempercepat LED (Kiswari, 2014). c. Antikoagulan Penambahan antikoagulan yang berlebihan dapat meningkatkan nilai LED. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1mL darah (Gandasoebrata, 2010). d. Waktu Waktu pemeriksaan LED harus dikerjakan maksimal 2 jam setelah pengambilan darah. Apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam maka bentuk eritrosit akan berubah dan akan mempercepat pengendapan (Santi Kurnia dkk, 2012).

15 e. Kemiringan Kemiringan tabung dapat meningkatkan nilai LED. Kemiringan 3 0 dapat meningkatkan nilai LED sebanyak 30% (Nugraha, 2013). f. Suhu Pemeriksaan harus dilakukan dalam suhu 20-25 0 C lebih rendah dan lebih tinggi suhu dapat mempengaruhi nilai LED. Apabila darah telah disimpan dalam keadaan dingin maka darah tersebut harus disesuaikan pada suhu ruangan terlebih dahulu (Kiswari, 2014). g. Viskositas Semakin rendah suhu menyebabkan viskositas plasma menjadi tinggi dan menetralkan tarikan ke bawah atau mengendapnya sel darah merah menjadi lambat (Riswanto, 2013). 7. Antikoagualan Antikoagulan merupakan zat yang ditambahkan kedalam darah yang bertujuan untuk menghambat proses pembekuan darah. Antikoagulan diberikan berdasarkan keperluan pemeriksaan karena sifat zat aditif yang ditambahkan memiliki pengaruh yang berbeda pada spesimen. Jenis antikoagulan yang digunakan dilaboratorium adalah : a. EDTA (Ethylene diamine tetraacetate) merupakan garam nartium yang mengubah ion kalsium dari darah bentuk bukan ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya eritrosit dan bentuk lekosit juga mencegah terjadinya gumpalan trombosit. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1mL darah. b. Natrium sitrat 3,8% merupakan larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan

16 hemoragik dan untuk laju endap darah metode westergren (Gandasoebrata, 2010). 8. Suhu a. Pengertian Suhu Suhu merupakan faktor teknis yang terdapat pada pemeriksaan laboratorium klinik. Sebaiknya pemeriksaan Laju Endap Darah dilakukan pada suhu ruangan. Tinggi rendahnya suhu pemeriksaan dapat mempengaruhi pada hasil pemeriksaan laju endap darah yang dilakukan (Gandasoebrata, 2010). Pengukuran suhu dilakukan untuk memverifikasi suhu dalam suatu ruang atau perangkat yangakan digunakan apakah sudah sesuai dengan batas suhu yang telah ditentukan. Termometer yang digunakan laboratorium kimia paling popular adalah termometer cair (air raksa) dan termoster probe. Semua termometer harus diverifikasi terlebih dahulu dengan termometer yang bersertifikat sebelum digunakan. Misal NIST SRM 934 adalah merkuri dalam termometer kaca dengan titik kalibrasi 0 0 C, 25 0 C, 30 0 C dan 35 0 C. Sehingga rincian verifikasi kalibrasi terhadap resiko termometer telah tergambar sebelum digunakan. Selain itu NIST juga menggunakan beberapa bahan yang mudah mencair pada suhu telah diketahui kemudian di uji, termasuk gallium (SRM) yang meleleh pada suhu 29.772 0 C dan rubidium (SRM 1969) yang meleleh pada suhu 39,3 0 C. Menurut NIST (National Institute of Standarts and Technology) suhu optimum dilaboratorium yaitu pada suhu 20 0 C hal ini disebabkan semakin tinggi dan semakin rendah suhu yang ditentukan dapat mempengaruhi spesimen yang akan dianalisis (D.Pb. Burtis, dkk, 2008).

17 b. Pengaruh suhu terhadap LED Suhu dapat mempengaruhi nilai uji yang berhubungan dengan cairan tubuh. Paparan panas akut dapat meningkatkan volume plasma dan mempengaruhi komposisinya. Pada Pemeriksaan Laju endap darah dilakukan dalam suhu 20-25 0 C. Lebih rendah dan lebih tinggi suhu dapat mempengaruhi nilai LED (Kiswari, 2014). Pada suhu yang rendah kekentalan darah akan meningkat dan laju endap darah akan menurun sedangkan pada suhu yang tinggi kekentalan darah menjadi rendah sehingga nilai laju endap darah meningkat. Pada suhu tinggi akan terjadi proses percepatan pengendapan, sebaliknya ketika suhu rendah maka akan memperlambat proses pengendapan. Dalam peningkatan suhu ini, pada proses pelekatan sel eritrosit dapat meningkatkan terjadinya rouleaux (penumpukan) dan akibatnya akan mempercepat laju endap darah sehingga nilai laju endap darah akan tinggi (Jou JM, 2011). Selain itu tinggi rendahnya nilai pada LED dipengaruhi juga oleh keadaan suhu tubuh, terutama pada saat terjadi radang dan penggunaan konsumsi obat terapi. Akan tetapi pada orang anemia, dalam kehamilan dan paralansia memiliki nilai LED yang tinggi. Sehingga pada orang normal bias memiliki LED tinggi dan sebaliknya LED normal belum tentu tidak ada masalah (Azhar, 2009).

18 B. Kerangka Konsep Faktor Pre Analitik 1. Identitas pasien 2. Pengambilan sampel Faktor Analitik 1. Eritrosit 2. Plasma 3. Waktu 4. Kemiringan 5. Antikoagulan 6. Suhu 7. Viskositas Nilai LED Faktor Post Analitik 1. Pelaporan hasil 2. Validasi hasil Penelitian yang dilakukan fokus pada suhu terhadap nilai LED Gambar 2.1 Kerangka Konsep

DAFTAR PUSTAKA Al-qur an (2009). Tafsir Qur an Perkata Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul & Terjemah. Jakarta : Penerbit Magfirah Pustaka. Azhar, M (2009). Media Pembelajaran Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bradley John, Wayne David, Rubenstein David (2005). Lecture Notes : Kedokteran Klinis Ed.6. Jakarta : Penerbit Erlangga. D.Pb. Burtis A. Carl, D.M Ashwood R. Edward & D.M Bruns, E. David (2008). Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry [diakses 22 Februari 2015]. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (2011). Buku Panduan Praktikum Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Penyakit Infeksi. YogyaKarta : FK-UI. Jou.J.M (2010). ICSH review of the measurent of the erythrocyte sedimentation rate. Barcelona: International Journal of Laboratory Hematologi. Kee, Joyce Le fever (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Ed. 6. Jakarta : Penerbit EGC. Kiswari, Rukman (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta : Penerbit Erlangga. Nugraha, Gilang (2013). Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Media. Pearce, Evelyne (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Jakarta PT Gramedia. Priyana, Adi (2010) Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan Kedokteran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Penertbit Universitas Trisakti. R. Gandasoebrata (2010). Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta : Dian Rakyat. Riswanto, (2013) Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia & Kanal Medika Riwidikdo H dan Hani Ruslan Ahmad (2008). Fisika Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cendikia.Press. 31

32 Santi Kurnia, Maya Ni Wayan, AP Santa Ngurah Agung Anak, Hadi Fathol (2012). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Dengan Anti koagulan EDTA Terhadap Variasi Suhu 16 C, 20 C DAN 27 C Metode Westergren. diakses pada 26 Oktober 2014]. Sugiono (2013). Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfbeta. Syaifudin (2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Ed. 2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. Wiarto, Giri (2014). Mengenal Fungsi Sel Tubuh Manusia. Yogyakarta : Penerbit Gosyen Publishing.