BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISA SEKATAN SESAR

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. ANALISIS KARAKETERISASI ZONA PATAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi

BAB III. PEMROSESAN DATA DAN HASIL

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

STUDI GEOLOGI DAN ANALISIS SEKATAN SESAR PADA DAERAH SERUNI, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH, RIAU

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

BAB IV UNIT RESERVOIR

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik

4.1 Geologi Bawah Pemukaan Daerah Penelitian

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Tarakan terletak di timur laut Kalimantan. Cekungan ini terdiri. dari 4 Subcekungan, yaitu Tidung, Tarakan, Berau dan

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Area Mahakam Selatan merupakan area lepas pantai yang berada di

Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).

Porositas Efektif

Bab III Pengolahan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

(a) Maximum Absolute Amplitude (b) Dominant Frequency

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Peta Lokasi Lapangan Duri dan daerah Penelitian (tanpa skala)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

BAB I PENDAHULUAN. BAB I - Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach

BAB I Pendahuluan. 8km

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III DASAR TEORI ... (1)

BAB III INTERPRETASI SEISMIK

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

Data dan Analisis Ketidakpastiannya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

inversi mana yang akan digunakan untuk transformasi LMR nantinya. Analisis Hampson Russell CE8/R2 yaitu metoda inversi Modelbased Hardconstrain,

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

BAB I PENDAHULUAN. di Sulawesi Tenggara. Formasi ini diendapkan selama Trias-Jura (Rusmana dkk.,

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik

Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

a) b) Frekuensi Dominan ~22 hz

BAB IV GEOKIMIA PETROLEUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB III ANALISIS DINAMIKA CEKUNGAN

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS.

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

Kata kunci: Interpretasi seismik, Petrofisika, Volumetrik, OOIP

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu

Transkripsi:

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR Dalam pembahasan kali ini, penulis mencoba menganalisis suatu prospek terdapatnya hidrokarbon ditinjau dari kondisi struktur di sekitar daerah tersebut. Struktur yang menjadi pembahasan dalam masalah ini adalah struktur sesar, dimana yang akan dianalisis disini adalah sifat dari sesar tersebut, apakah sesar ini bisa berfungsi sebagai perangkap (sealing), atau sesar ini merupakan jalur migrasi dari hidrokarbon yang ada (leaking). Pada daerah analisis ini terdapat sebanyak 18 sesar yang diperoleh dari interpretasi seismik. Pada analisis sekatan sesar ini akan dilakukan analisis terhadap 3 sesar, yaitu Sesar Runi Norm_0601, Sesar Runi Rev_0601, dan Sesar Runi Rev_0618 yang memperlihatkan pergeseran dan panjang yang lebih besar dibandingkan dengan sesar yang lain pada daerah penelitian. Sesar ini memanjang dari Baratdaya - Timurlaut yang memiliki panjang masing-masing sekitar ± 1.5 km, ± 1 km, ± 1 km dan semuanya berada pada bagian tengah daerah penelitian. SESAR RUNI REV_0618 SESAR RUNI NORM_0601 SESAR RUNI REV_0601 0 meter 500 Gambar 5.1. Kenampakan sesar-sesar secara 3D serta sesar-sesar yang menjadi fokus penelitian 61

5.1. Perhitungan V-Shale Langkah pertama pada tahap ini adalah menentukan nilai kandungan serpih rata rata pada tiap sumur untuk masing-masing lapisan batuan baik reservoar maupun non-reservoar (Yielding dkk, 1999). Selanjutnya nilai kandungan serpih tersebut diinterpolasi ke bidang sesar sehingga didapatkan atribut kandungan serpih sepanjang permukaan footwall dan hangingwall sesar (Yielding dkk, 1999). Atribut kandungan serpih bersama-sama besar throw digunakan untuk menghitung nilai SGR. Kandungan serpih (Vsh) adalah persentase dari volume detritus serpih dalam unit batuan di setiap titik kedalaman. Adapun perhitungan Vsh dilakukan seperti pada persamaan 1 yang telah ditampilkan di Bab III. Gambar 5.2 adalah contoh hasil perhitungan kandungan serpih pada Sumur #14. Warna kelabu mencirikan litologi serpih Top Duri Harga Vsh ditandai dengan garis vertikal hijau Top Bekasap Warna kuning mencirikan litologi pasir Top Bangko Gambar 5.2. Hasil perhitungan Vsh tiap kedalaman dan rata-rata tiap lapisan berdasarkan data log 5.2. Interpretasi marker Interpretasi batas-batas reservoar atau marker yang terpatahkan dari data sumur adalah langkah awal dalam analisis sifat sekat suatu sesar dengan metoda SGR. 62

Interpretasi batas-batas reservoar pada penelitian ini dilakukan pada beberapa sumur yang mewakili bagian footwall dan hangingwall dari bidang sesar. Penentuan marker dilakukan berdasarkan hasil dari cut-off v-shale yang telah ditentukan yakni lapisan yang memiliki v-shale kurang dari 50% maka akan digolongkan menjadi lapisan batupasir. Apabila suatu lapisan tersebut memiliki v- shale diatas 50% maka akan digolongkan ke dalam lapisan batulempung. Interpretasi dilakukan pada sumur-sumur yang memiliki marker yang lengkap agar dalam pemodelan horizon pada perangkat lunak TrapTester FAPS 5.300 version tidak terjadi overlapping antar lapisan atau marker. Hasil interpretasi data v-shale menunjukkan terdapat beberapa reservoar yang didapatkan dari masing-masing formasi. Berikut merupakan primary dan marker horizon yang didapatkan dari Sumur Seruni #11. Formasi Litologi Sand T_X1420 (primary) Shale B_X1420 (marker) Sand T_X1530 (marker) Shale B_X1530 (marker) Sand T_X1600 (marker) Formasi Duri Shale B_X1600 (marker) Sand T_X1660 (marker) Shale B_X1660 (marker) Sand T_X1720 (marker) Shale B_X1720 (marker) Sand T_Y1790 (primary) Shale B_Y1790 (marker) Sand T_Y1870 (marker) Shale B_Y1870 (marker) Sand T_Y1920 (marker) Shale B_Y1920 (marker) Sand T_Y2050 (marker) Formasi Bekasap Shale B_Y2050 (marker) Sand T_Y2100 (marker) Shale B_Y2100 (marker) Sand T_Y2170 (marker) Shale B_Y2170 (marker) Sand T_Y2250 (marker) Shale B_Y2250 (marker) Formasi Bangko Sand T_Z2330 (primary) Tabel 5.1. Litostratigrafi yang berisi primary dan marker horizon dari data pada Sumur #11 5.3. Pemodelan bidang sesar dan horizon Data patahan dan horizon yang dihasilkan dari interpretasi penampang seismik masih berbentuk segmen-segmen pada penampang trace atau line. Setiap horizon 63

didefinisikan sebagai batas atas atau batas bawah reservoar. Data segmen segmen patahan, horizon dan data marker dari sumur kemudian di jadikan bidang melalui proses gridding dengan spasi grid sebesar 25m x 25m (Yielding, 1999). Proses gridding ini sendiri pada dasarnya adalah untuk mendapatkan variasi litologi yang terpotong oleh bidang sesar dengan melakukan kesejajaran litologi dari sumur pada suatu bidang sesar (Gambar 5.3). Hasil dari proses ini berupa bidang sesar, kemudian juga bidang horizon pada blok footwall dan hangingwall (Harris et al., 2002). Gambar 5.3. Hasil dari proses pemodelan bidang sesar yang berasal dari segmen segmen penampang seismik sampai didapatkan poligon pada bidang sesar. Hasil akhir berupa tampak proyeksi jurus dari bidang sesar atau dikenal sebagai Peta Bidang Sesar (Dee, 2005) 5.4. Model Hasil Analisis Sekatan Sesar Berikut adalah beberapa model yang merupakan hasil analisis sekatan sesar yang disajikan dalam bentuk peta penampang sesar yang menjelaskan karakter dari sesar tersebut. 64

5.4.1. Peta Penyebaran Throw Throw dari sesar dihitung dari dari perbedaan kedalaman horizon footwall dan hangingwall di sepanjang bidang sesar (Yielding, 1999; Harris, 2002). Perbedaan kedalaman tersebut didapatkan dari perpotongan antara bidang sesar dengan horizon pada footwall dan hangingwall. Peta throw menunjukkan dengan jelas distribusi besar pergerakan vertikal dari horizon-horizon yang terdapat di daerah penelitian yang terpotong oleh bidang sesar. Sesar Runi Norm_0601 Hasil analisis berupa peta throw Sesar Runi Norm_0601 memperlihatkan distribusi throw di sepanjang bidang sesar (Gambar 5.4). Dari peta throw terlihat distribusi throw yang semakin membesar (warna merah) ke bagian tengah sesar dan mengecil (warna ungu) ke bagian tepi sesar. Throw yang bernilai lebih kecil terlihat seperti membungkus throw yang bernilai besar. Pada setiap reservoar di bidang sesar ini terlihat harga throw bervariasi. Sedangkan dari histogram distribusi throw (Gambar 5.5) menunjukkan bahwa Sesar Runi Norm_0601 memiliki nilai throw yang bervariasi, mulai dari 0 kaki sampai throw yang terbesar 179 kaki. Didapat pula nilai throw rata-rata pada sesar ini sebesar 84 kaki. ms Gambar 5.4. Peta throw Sesar Runi Norm_0601 65

Throw terbesar Throw rata-rata : 179 kaki : 84 kaki Gambar 5.5. Histogram distribusi throw pada Sesar Runi Norm_0601 Sesar Runi Rev_0601 Pada peta distribusi throw Sesar Runi Rev_0601 terlihat bahwa nilai throw seragam pada bidang sesar (ditandai dengan warna ungu). Hal ini disebabkan karena Sesar Runi Rev_0601 merupakan sesar naik sehingga pergerakan vertikalnya ke atas bukan ke bawah (Gambar 5.6). Warna ungu yang hadir pada bidang sesar merupakan warna yang mengindikasikan nilai throw terkecil. Jika dibandingkan dengan histogram distribusi throw Sesar Runi Rev_0601 terlihat bahwa nilai throw pada bidang ini bernilai negatif (Gambar 5.7). Dapat disimpulkan bahwa warna ungu yang muncul karena nilai throw yang negatif pada bidang sesar ini. Nilai throw absolut terbesar pada sesar ini bernilai 244 kaki dengan nilai terkecil 0 kaki. Adapun nilai throw rata-ratanya sebesar 112 kaki. 66

ms Gambar 5.6. Peta throw Sesar Runi Rev_0601. Terlihat bahwa pada bidang sesar didominasi oleh warna ungu. Hal itu karena sesar ini merupakan sesar naik dengan nilai throw terbalik. Throw terbesar Throw rata-rata : 244 kaki : 112 kaki Gambar 5.7. Histogram distribusi throw pada Sesar Runi Rev_0601 67

Sesar Runi Rev_0618 Peta distribusi throw Sesar Runi Rev_0618 (Gambar 5.8) menunjukkan hal yang sama dengan peta distribusi throw Sesar Runi Rev_0601 karena sama-sama merupakan sesar naik. Terlihat juga pada bidang sesar ini menunjukkan satu warna yaitu ungu yang menandakan nilai throw terkecil karena nilai throw yang negatif. Pada histogram distribusi throw Sesar Runi Rev_0618 (Gambar 5.9), juga terlihat nilai throw yang negatif. Nilai throw absolut terbesar pada sesar ini bernilai 178 kaki dan nilai terkecilnya adalah 0 kaki. Sedangkan nilai throw rata-rata pada sesar ini bernilai 78 kaki. ms Gambar 5.8. Peta throw Sesar Runi Rev_0618. Terlihat bahwa pada bidang sesar didominasi oleh warna ungu. Hal itu karena sesar ini merupakan sesar naik dengan nilai throw terbalik. 68

Throw terbesar Throw rata-rata : 178 kaki : 78 kaki Gambar 5.9. Histogram distribusi throw pada Sesar Runi Rev_0618 5.4.2. Peta Penampang Reservoar Juxtaposition Berdasarkan Kualitasnya Peta penampang reservoar juxtaposition berdasarkan kualitasnya menunjukkan hubungan kesejajaran antar masing-masing reservoar. Hubungan kesehadapan reservoar tersebut dapat berarti kesehadapan antara reservoar-reservoar yang artinya kualitasnya bagus, kesehadapan reservoar-non reservoar yang menandakan kualitasnya kurang bagus, dan kesehadapan antara non reservoar-non reservoar yang diinterpretasikan kualitas reservoarnya buruk. Berikut adalah peta penampang dari masing-masing sesar. Sesar Runi Norm_0601 Pada bidang Sesar Runi Norm_0601 (Gambar 5.10) terlihat bahwa kontak kesehadapan antar reservoar yang kualitasnya bagus dicirikan oleh daerah yang berwarna hijau. Warna kuning menunjukkan hubungan kesehadapan antara reservoar yang kualitasnya bagus dengan horizon yang bukan reservoar. Sedangkan warna oranye menunjukkan hubungan kesehadapan antara horizon non reservoar dengan non reservoar. Dari peta penampang juga terlihat bahwa warna hijau mendominasi pada horizon dari Formasi Bekasap, yaitu horizon Y1790-Y2250 yang memiliki interval 69

kedalaman 2150-2700 kaki. Sedangkan warna kuning dan oranye lebih mendominasi di sekitar horizon dari Formasi Duri, yaitu horizon X1420-X1720 yang berkedalaman 1850-2150 kaki. Dari penampang, daerah yang ditandai dengan simbol A adalah bagian tengah dari reservoar utama pada Formasi Duri yaitu horizon X1420. Daerah ini memiliki kontak kesehadapan antara lapisan di bagian hangingwall dan footwall pada reservoar yang sama yaitu X1420. Pada kontak ini nantinya akan dilakukan análisis dari nilai SGR sehingga dapat diketahui potensi sekatnya. Dari Formasi Bekasap juga akan dilihat nilai SGR untuk mengetahui potensi sekatnya, yaitu pada horizon Y1790 dan Y1920 yang menjadi reservoar utama pada formasi ini. A 1850 kaki 2150 kaki 2700 kaki Gambar 5.10. Peta penampang reservoar juxtaposition Sesar Runi Norm_0601 Sesar Runi Rev_0601 Peta penampang kesehadapan reservoar Sesar Runi Rev_0601 (Gambar 5.11) menunjukkan bahwa pada reservoar dengan interval kedalaman 1900-2250 kaki terlihat kontak horizon yang berwarna oranye mendominasi horizon-horizon pada kedalaman tersebut, yaitu horizon X1420-X1720. Hal itu menandakan bahwa kontak reservoar pada kedalaman tersebut mempunyai kualitas yang buruk. Interval kedalaman ini adalah representasi dari Formasi Duri yang ada pada daerah penelitian. 70

Terdapat daerah yang ditandai dengan simbol A pada reservoar utama X1420. Pada daerah tersebut posisi kesehadapannya memiliki kontak reservoar yang bagus. Kontak reservoarnya ada pada reservoar yang sama yaitu pada reservoar X1420 antara bagian hangingwall dan footwall dari reservoar tersebut. Daerah ini yang akan dilihat nilai SGR untuk mengetahui potensi sekatnya. Warna yang berbeda terlihat pada interval horizon Y1790-Y2250 yang berada pada kedalaman 2250-2850 kaki. Warna yang mendominasi adalah warna hijau, sehingga dapat disimpulkan pada interval kedalaman tersebut horizonnya memiliki kontak reservoar dengan kualitas yang bagus. Pada interval kedalaman ini, litologinya tersusun dari batuan sedimen klastik yang berasal dari Formasi Bekasap. Dari Formasi Bekasap, pada horizon Y1790 dan Y1920 yang menjadi reservoar utama pada formasi ini juga akan dilihat nilai SGR untuk mengetahui potensi sekatnya. A 1900 kaki 2250 kaki 2850 kaki Gambar 5.11. Peta penampang reservoar juxtaposition Sesar Runi Rev_0601 Sesar Runi Rev_0618 Dari peta penampang reservoar juxtaposition Sesar Runi Rev_0618 (Gambar 5.12) terlihat dengan jelas bahwa warna oranye mendominasi kontak antar horizon 71

pada interval 1900-2250 kaki yang merupakan interval dari Formasi Duri. Horizonnya dimulai dari X1420 sampai X1720. Dapat diinterpretasikan bahwa pada interval ini kontak antar resevoarnya memiliki kualitas yang buruk. Tidak seperti dua sesar sebelumnya, pada penampang bidang sesar ini tidak terdapat daerah berwarna hijau pada reservoar utama X1420 sehingga menandakan pada bidang sesar ini tidak terdapat kesehadapan kontak reservoar yang bagus. Namun, pada bidang sesar ini tetap akan dilihat nilai SGR untuk melihat potensi sekat pada reservoar utama di formasi ini. Sedangkan pada interval 2250-2850 kaki, warna yang mendominasi kontak antar reservoar pada kedalaman ini adalah yang berwarna hijau. Interval dari Formasi Bekasap ini memiliki kontak reservoar dengan kualitas yang bagus. Pada bidang sesar ini juga akan dianalisis potensi sekatnya dengan melihat nilai SGR pada horizon Y1920 dan Y2100 yang menjadi reservoar utama pada formasi ini 1900 kaki 2250 kaki 2850 kaki Gambar 5.12. Peta penampang reservoar juxtaposition Sesar Runi Rev_0618 5.5. Analisis Sekatan Sesar Dengan Pendekatan SGR 5.5.1. Perhitungan SGR SGR pada dasarnya merupakan estimasi kandungan material lempung pada zona patahan dengan didasari asumsi bahwa material dalam zona patahan merupakan 72

campuran dari batuan samping yang masuk ke dalam zona patahan. SGR dapat dihitung dengan persamaan 8 yang ditampilkan di Bab III (Yielding dkk, 1997), yaitu: dimana adalah Vsh adalah kandungan serpih, ΔZ adalah tebal lapisan reservoar maupun non reservoar yang dilalui patahan dan throw adalah besar pergerakan vertikal patahan. Nilai SGR menunjukkan persentase kandungan serpih dalam zona patahan. Nilai SGR berkisar antara 0 sampai 100%. Semakin kecil nilai SGR, patahan cenderung semakin leaking dan semakin besar nilai SGR, patahan cenderung semakin sealing. Hasil studi Yielding dkk (1997) pada batuan silisiklastik di beberapa lapangan dunia menghasilkan batas SGR 10-20% untuk kapasitas sealing patahan. Pada analisis kesekatan dengan menggunakan metode SGR ini, penulis menggunakan nilai batasan menyekat yang diajukan oleh Yielding yaitu <20% akan bersifat bocor atau leaking. 5.5.2. Peta Distribusi SGR Pada Bidang Sesar Daerah dimana reservoar bertemu dengan reservoar, secara teoritis akan menghasilkan sifat leaking atau bocor pada bidang sesar (Smith, 1980). Namun pada kondisi tertentu, kontak reservoar dengan reservoar pada bidang sesar akan dapat bersifat sealing atau sekat (Allan, 1989). Masuknya material-material lempung ke dalam bidang sesar akan dapat menyebabkan bidang sesar menjadi bersifat sekat (sealing). Dalam analisis sekatan sesar dengan pendekatan SGR ini akan dibahas potensi sifat sekat yang dapat terbentuk di sepanjang bidang sesar akibat masuknya material-material lempung ke dalam bidang sesar. Berikut adalah analisis sekatan sesar dengan pendekatan SGR pada sesar-sesar yang menjadi fokus penelitian pada daerah Seruni. Sesar Runi Norm_0601 Berdasarkan peta distribusi SGR pada bidang Sesar Runi Norm_0601, terlihat persebaran dari harga SGR yang beragam. Namun secara garis besar dapat dibagi menjadi 2, yaitu daerah yang SGR <20% atau bocor diwakili oleh warna merahkuning dan berada pada daerah self-juxtaposition reservoar serta daerah dengan SGR >20% atau sekat diwakili oleh warna hijau-biru dan cenderung berada pada daerah kesehadapan reservoar dengan non reservoar. Hampir semua horizon yang dipetakan 73

pada bidang sesar ini bersifat sekat semua. Namun, pada bagian Baratlaut dan Tenggara dari bidang sesar terdapat daerah yang nilai SGR <20% (Gambar 5.13). Daerah tersebut merupakan daerah kesehadapan antar reservoar Y2100 antara bagian hangingwall dan footwall, dalam gambar diwakili oleh simbol X dan Y. Dari Gambar 5.13, Formasi Duri yang berada pada interval 1850-2150 kaki pada bidang sesar memiliki nilai rata-rata SGR >20% atau lebih tepatnya nilai SGR >60% (berdasarkan indeks warna dominan biru). Sedangkan pada Formasi Bekasap dengan interval 2150-2700 kaki juga memiliki nilai rata-rata SGR >20%. Namun jika dibandingkan dengan Formasi Duri, nilai rata-rata SGR Formasi Bekasap lebih kecil (indeks warna dominan hijau). Daerah yang bocor pada bidang sesar ini juga didapat dari horizon yang berasal dari Formasi Bekasap (simbol X dan Y). Gambar 5.14 menunjukkan peta distribusi SGR di daerah kesehadapan reservoar-reservoar. Peta dari gambar ini juga memperlihatkan hal yang sama dengan Gambar 5.13. Berdasarkan data tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa secara umum sesar ini bersifat sekat. Namun, ada 2 daerah yang mengindikasikan kemungkinan untuk bocor yaitu daerah di daerah Barat Laut dan Tenggara (X dan Y). Nilai SGR <20% (Y) 1850 kaki Nilai SGR <20% (X) 2150 kaki 2700 kaki Gambar 5.13. Peta distibusi SGR Sesar Runi Norm_0601 74

Nilai SGR <20% (X) Nilai SGR <20% (Y) 1850 kaki 2150 kaki 2700 kaki Gambar 5.14. Peta distibusi SGR di daerah kesehadapan reservoar-reservoar Sesar Runi Norm_0601 Rata-rata : 60% Dominan : 65% Gambar 5.15. Histogram SGR rata-rata dan dominan pada Sesar Runi Norm_0601 75

Variasi nilai SGR pada Sesar Runi Norm_0601 terlihat dari histogram plot penyebaran SGR dan frekuensi (Gambar 5.15). Nilai SGR berkisar antara 10% sampai 95%. Nilai rata-rata SGR pada sesar ini sekitar 60% dan nilai SGR dominan sekitar 65%. Frekuensi yang tinggi terdapat pada nilai SGR yang sebesar 40%-80%, sedangkan frekuensi yang kecil terdapat pada nilai SGR 10%-20%. Sesar Runi Rev_0601 Sedangkan dari peta distribusi SGR pada bidang Sesar Runi Rev_0601, terlihat persebaran dari harga SGR yang beragam (Gambar 5.16). Dominasi indeks warna pada bidang sesar ini adalah hijau, yang berarti nilai SGR rata-ratanya lebih kecil dari sesar sebelumnya. Namun, secara umum sesar ini masih bersifat sekat karena nilai rata-rata SGR >20%. Warna hijau yang menjadi warna dominan mewakili nilai SGR sebesar 25%-55%. Dari Gambar 5.16, Formasi Duri yang berada pada interval 1900-2250 kaki pada bidang sesar memiliki nilai rata-rata SGR >20% atau lebih tepatnya nilai SGR 40%-70% (berdasarkan indeks warna dominan hijau-biru). Pada bagian atas Formasi Duri, terdapat bagian yang berwarna kuning yang menandakan daerah tersebut bocor. Ditandai dengan simbol A yang merupakan daerah kontak kesehadapan antar reservoar X1420 pada bagian hangingwall dan footwall. Sedangkan pada Formasi Bekasap dengan interval 2250-2850 kaki juga memiliki nilai rata-rata SGR >20%. Namun jika dibandingkan dengan Formasi Duri, nilai rata-rata SGR Formasi Bekasap lebih kecil sebesar 30%-40% (indeks warna dominan kuning-hijau). Daerah yang bocor juga didapat dari horizon yang berasal dari Formasi Bekasap yaitu pada daerah yang diberi simbol B dan C. Simbol B menandakan kontak kesehadapan pada bidang hangingwall dari horizon Y1920 dan footwall dari horizon Y2100. Sedangkan simbol C mewakili daerah dengan kontak kesehadapan antar reservoar Y2100 pada bagian hangingwall dan footwall dari reservoar tersebut. Peta distribusi SGR di daerah kesehadapan reservoar-reservoar pada bidang Sesar Runi Rev_0601 (Gambar 5.17) memperlihatkan hal yang sama dengan Gambar 5.16. Berdasarkan data tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa secara umum sesar ini bersifat sekat. Namun, ada beberapa daerah yang mengindikasikan kemungkinan untuk bocor yaitu daerah di daerah Baratlaut dan bagian tengah. 76

Nilai SGR <20% (C) Nilai SGR <20% (A) Nilai SGR <20% (B) 1900 kaki 2250 kaki 2850 kaki Gambar 5.16. Peta distibusi SGR Sesar Runi Rev_0601 Nilai SGR <20% (A) 1900 kaki 2250 kaki 2850 kaki Nilai SGR <20% (C) Nilai SGR <20% (B) Gambar 5.17. Peta distibusi SGR di daerah kesehadapan reservoar-reservoar Sesar Runi Rev_0601 77

Rata-rata : 48% Dominan : 43% Gambar 5.18. Histogram SGR rata-rata dan dominan pada Sesar Runi Rev_0601 Gambar 5.18 merupakan histogram plot penyebaran SGR dan frekuensi dan menunjukkan variasi nilai SGR pada Sesar Runi Rev_0601. Nilai SGR pada bidang sesar ini berkisar antara 5% sampai 90%. Nilai rata-rata SGR pada sesar ini sekitar 48% dan nilai SGR dominan sekitar 43%. Frekuensi yang tinggi terdapat pada nilai SGR yang sebesar 30%-70%, sedangkan frekuensi yang kecil terdapat pada nilai SGR 5%-10% dan 80%-90%. Sesar Runi Rev_0618 Peta distribusi SGR pada bidang Sesar Runi Rev_0618, memperlihatkan persebaran dari harga SGR yang beragam (Gambar 5.19). Dominasi indeks warna pada bidang sesar ini adalah hijau-biru, yang berarti nilai SGR rata-ratanya lebih besar dari sesar sebelumnya. Secara umum sesar ini bersifat sekat karena nilai rata-rata SGR >20%, diperkirakan sebesar 40%-60%. Dari Gambar 5.19, Formasi Duri yang berada pada interval 1900-2250 kaki pada bidang sesar memiliki nilai rata-rata SGR >20% atau lebih tepatnya nilai SGR 50%-80% (berdasarkan indeks warna dominan biru). Hampir semua horizon pada Formasi Duri bersifat sekat. Sedangkan pada Formasi Bekasap dengan interval 2250-2850 kaki juga memiliki nilai rata-rata SGR >20%. Namun jika dibandingkan dengan 78

Formasi Duri, nilai rata-rata SGR Formasi Bekasap lebih kecil sebesar 25%-40% (indeks warna dominan kuning-hijau). Daerah yang bocor juga didapat dari horizon yang berasal dari Formasi Bekasap yaitu pada daerah yang diberi simbol B dan C. Simbol B menandakan kontak kesehadapan pada bidang hangingwall dari horizon Y1920 dan footwall dari horizon Y2100. Sedangkan simbol C mewakili daerah dengan kontak kesehadapan antar reservoar Y2100 pada bagian hangingwall dan footwall dari reservoar tersebut. Peta distribusi SGR di daerah kesehadapan reservoar-reservoar pada bidang Sesar Runi Rev_0601 (Gambar 5.20) memperlihatkan hal yang sama dengan Gambar 5.19. Berdasarkan data tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa secara umum sesar ini bersifat sekat. Namun, ada beberapa daerah yang mengindikasikan kemungkinan untuk bocor yaitu daerah di daerah Tenggara dan bagian tengah. 1900 kaki 2250 kaki 2850 kaki Nilai SGR <20% (C) Nilai SGR <20% (B) Gambar 5.19. Peta distibusi SGR Sesar Runi Rev_0618 79

1900 kaki 2250 kaki 2850 kaki Nilai SGR <20% (B) Nilai SGR <20% (C) Gambar 5.20. Peta distibusi SGR di daerah kesehadapan reservoar-reservoar Sesar Runi Rev_0618 Rata-rata : 54% Dominan : 58% Gambar 5.21. Histogram SGR rata-rata dan dominan pada Sesar Runi Rev_0618 80

Gambar 5.21 merupakan histogram plot penyebaran SGR dan frekuensi dan menunjukkan variasi nilai SGR pada Sesar Runi Rev_0618. Nilai SGR pada bidang sesar ini berkisar antara 10% sampai 98%. Nilai rata-rata SGR pada sesar ini sekitar 54% dan nilai SGR dominan sekitar 58%. Frekuensi yang tinggi terdapat pada nilai SGR yang sebesar 35%-65%, sedangkan frekuensi yang kecil terdapat pada nilai SGR 10%-20%. 5.5.3. Analisis Kesekatan Dengan Pendekatan SGR Sesar Runi Norm_0601 Dari hasil analisis SGR yang diuraikan sebelumnya, daerah-daerah reservoar pada bidang Sesar Runi Norm_0601 yang memiliki nilai SGR >20% umumnya terdapat pada hampir semua daerah kesehadapan reservoar, baik itu pada daerah kesehadapan antar reservoar yang sama, kesehadapan antar reservoar berbeda dan daerah kesehadapan reservoar dengan non reservoar. Kondisi ini diinterpretasikan dengan kandungan serpih yang tinggi pada daerah penelitian. Namun, pada bidang sesar ini, terdapat juga daerah yang memiliki nilai SGR <20% dan terdapat pada bagian Baratlaut dan Tenggara (Gambar 5.22). Kontak kesehadapan reservoar pada daerah tersebut adalah berada pada daerah kesehadapan yang sama yaitu pada horizon Y2100 dari Formasi Bekasap (simbol X dan Y). Rendahnya nilai SGR pada daerah tersebut diinterpretasikan kandungan serpihnya yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Berdasarkan data pengeboran (marked log), reservoar utama pada daerah penelitian berasal dari horizon X1420, X1660, Y1790, Y1920, dan Y2100. Berdasarkan acuan pada hasil studi Yielding (2002), maka pada interval reservoar utama tersebut, sesar bersifat menyekat atau sealing, kecuali pada bagian Baratlaut dan Tenggara dari bidang sesar pada interval reservoar Y2100 yang diinterpretasikan bersifat bocor atau leaking karena nilai SGR <20% (Tabel 5.2). 81

Formasi Reservoar Kualitas Resevoar Kesehadapan SGR (%) Daya Sekat Catatan X1420 bagus pasir serpih 60 80 sekat di semua bidang sesar Duri X1660 bagus pasir serpih 60 80 sekat di semua bidang sesar X1720 bagus pasir serpih 55 80 sekat di semua bidang sesar Y1790 bagus pasir pasir 50 70 sekat di semua bidang sesar Bekasap Y1920 bagus pasir pasir 50 75 sekat di semua bidang sesar bocorsekat Tenggara bidang sesar bocor di Baratlaut dan Y2100 bagus pasir pasir 15 40 Tabel 5.2. Tabulasi analisis kesekatan sesar pada Sesar Runi Norm_0601 Nilai SGR <20% (X) Nilai SGR <20% (Y) Gambar 5.22. Determinasi daerah yang potensial sekat dan bocor pada bidang Sesar Runi Norm_0601 82

Sesar Runi Rev_0601 Hampir sama dengan Sesar Runi Norm_0601, dari hasil analisis SGR yang diuraikan sebelumnya, daerah-daerah reservoar pada bidang Sesar Runi Rev_0601 yang memiliki nilai SGR >20% umumnya terdapat pada hampir semua daerah kesehadapan reservoar. Kondisi ini diinterpretasikan dengan kandungan serpih yang tinggi pada daerah penelitian. Namun, pada bidang sesar ini, terdapat juga daerah yang memiliki nilai SGR <20% dan terdapat pada bagian Baratlaut dan tengah (Gambar 5.23). Kontak kesehadapan reservoar pada daerah tersebut adalah berada pada daerah kesehadapan yang sama yaitu pada horizon X1420 dari Formasi Duri (ditandai oleh simbol A), pada horizon Y2100 dari Formasi Bekasap (diwakili oleh simbol C), dan kesehadapan antar reservoar yang berbeda yaitu kontak kesehadapan antara bidang hangingwall dari horizon Y1920 dan footwall dari horizon Y2100 (B). Rendahnya nilai SGR pada daerah tersebut diinterpretasikan kandungan serpihnya yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Berdasarkan data pengeboran (marked log), reservoar utama pada daerah penelitian berasal dari horizon X1420, X1660, Y1790, Y1920, dan Y2100. Berdasarkan acuan pada hasil studi Yielding (2002), maka pada interval reservoar utama tersebut, sesar bersifat menyekat atau sealing, kecuali pada bagian Baratlaut dan tengah dari bidang sesar pada interval reservoar X1420, Y1920, dan Y2100 yang diinterpretasikan bersifat bocor atau leaking karena nilai SGR <20% (Tabel 5.3). Formasi Duri Reservoar X1420 X1660 Kualitas Resevoar bagus bagus Kesehadapan SGR (%) pasir serpih, pasir pasir pasir serpih, pasir pasir 15 40 Daya Sekat bocorsekat Catatan bocor di bagian tengah bidang sesar 30 70 sekat di semua bidang sesar X1720 bagus pasir pasir 40 70 sekat di semua bidang sesar Bekasap Y1790 bagus pasir pasir 30 50 sekat di semua bidang sesar Y1920 bagus pasir pasir 15 35 bocorsekat bidang sesar bocor di bagian tengah Y2100 bagus pasir pasir 15 40 bocorsekat sesar bocor di Baratlaut bidang Tabel 5.3. Tabulasi analisis kesekatan sesar pada Sesar Runi Rev_0601 83

Nilai SGR <20% (A) Nilai SGR <20% (C) Nilai SGR <20% (B) Gambar 5.23. Determinasi daerah yang potensial sekat dan bocor pada bidang Sesar Runi Rev_0601 Sesar Runi Rev_0618 Sedangkan pada Sesar Runi Rev_0618, dari hasil analisis SGR yang diuraikan sebelumnya, daerah-daerah reservoar pada bidang Sesar Runi Rev_0618 yang memiliki nilai SGR >20% umumnya terdapat pada hampir semua daerah kesehadapan reservoar. Kondisi ini diinterpretasikan dengan kandungan serpih yang tinggi pada daerah penelitian. Namun, pada bidang sesar ini, terdapat juga daerah yang memiliki nilai SGR <20% dan terdapat pada bagian Tenggara dan tengah (Gambar 5.24). Kontak kesehadapan reservoar pada daerah tersebut adalah berada pada daerah kesehadapan yang sama yaitu pada horizon Y2100 dari Formasi Bekasap (diwakili oleh simbol C) dan kesehadapan antar reservoar yang berbeda yaitu kontak kesehadapan antara bidang hangingwall dari horizon Y1920 dan footwall dari horizon Y2100 (B). Rendahnya nilai SGR pada daerah tersebut diinterpretasikan kandungan serpihnya yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Berdasarkan data pengeboran (marked log), reservoar utama pada daerah penelitian berasal dari horizon X1420, X1660, Y1790, Y1920, dan Y2100. Berdasarkan acuan pada hasil studi Yielding (2002), maka pada interval reservoar utama tersebut, sesar bersifat menyekat 84

atau sealing, kecuali pada bagian Baratlaut dan tengah dari bidang sesar pada interval reservoar Y1920 dan Y2100 yang diinterpretasikan bersifat bocor atau leaking karena nilai SGR <20% (Tabel 5.4). Formasi Reservoar Kualitas Resevoar Kesehadapan SGR (%) Daya Sekat Catatan Duri X1420 bagus pasir serpih 30 50 sekat di semua bidang sesar pasir serpih, X1660 bagus pasir pasir 30 80 sekat di semua bidang sesar X1720 bagus pasir pasir 35 60 sekat di semua bidang sesar Bekasap pasir serpih, Y1790 bagus 25 65 sekat di semua bidang sesar pasir pasir pasir serpih, bocorsekat bidang sesar bocor di bagian tengah Y1920 bagus 15 60 pasir pasir bocorsekat sesar bocor di Tenggara bidang Y2100 bagus pasir pasir 15 40 Tabel 5.4. Tabulasi analisis kesekatan sesar pada Sesar Runi Rev_0618 Nilai SGR <20% (B) Nilai SGR <20% (C) Gambar 5.24. Determinasi daerah yang potensial sekat dan bocor pada bidang Sesar Runi Norm_0618 85

5.6. Validasi SGR Salah satu tujuan utama dari analisis sekatan sesar adalah penentuan nilai SGR pada daerah penelitian. Hasil dari perhitungan SGR dapat divalidasikan dengan membandingkan hasil perhitungan dengan data-data lain seperti data Original Water Contact, RFT, atau data sejarah produksi. Semakin banyak data penunjang yang tersedia, maka akan semakin valid hasil analisis sesar tersebut. Pada penelitian kali ini penulis mendapatkan data penunjang Original Water Contact dan data RFT. Namun, data-data penunjang tersebut tidak dapat digunakan sebagai parameter karena hasil pengukuran dari data-data penunjang tersebut tidak valid. Untuk data RFT yang didapatkan pada penelitian kali ini, nilai pressure yang didapat tidak dapat menunjukkan keadaan pressure Formasi pada kondisi saat ini. Data terbaru yang didapat berasal dari pengukuran pada tahun 2005, itupun hasil pengukuran dari 2 sumur terbaru, yaitu sumur #34 dan sumur #35. Jadi, nilai SGR yang didapat tidak dapat divalidasikan dengan data RFT pada daerah penelitian. Sedangkan pada data Original Water Contact, data yang didapat dari data sumur menunjukkan nilai water contact yang didapat sudah dipengaruhi oleh produksi minyak pada daerah penelitian sehingga tidak menunjukkan keadaan oil water contact yang orisinil. Gambar 5.25 menunjukkan bahwa pada beberapa sumur nilai Oil Water Contact sudah tidak menunjukkan nilai sebenarnya karena ada nilai water contact yang depleted (warna biru), yaitu kontak antara air dan minyak pada kondisi minyak telah diambil dari sumur tersebut sehingga nilai kontaknya relatif berubah yaitu umumnya lebih dangkal dari kedalaman kontak pada kondisi semula. 86

-1998 kaki -1953 kaki -1980 kaki -1997 kaki Gambar 5.25. Stick plot OWC dari beberapa sumur pada Top Formasi Duri 5.7. Kalibrasi dan Kelemahan SGR Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa angka kalibrasi 20% yang diajukan pada daerah penelitian ini tidak dapat dijadikan acuan sepenuhnya, hal itu karena lapangan minyak di dunia berbeda-beda kondisi geologinya. Salah satu solusi agar kalibrasi valid, perlu ditambahkan jumlah kalibrasinya. Misalnya, karakteristik sesar pada kalibrasi 15%, 20%, 25% atau kalibrasi lainnya sesuai dengan kondisi geologi dan data pemboran lapangan minyaknya. Jadi untuk penelitian selanjutnya pada lapangan minyak di Cekungan Sumatra Tengah ini perlu diperhatikan agar kalibrasinya tidak hanya mengacu pada kalibrasi Yielding dkk (1997) yaitu batas sealing 20%. Perlu diperhatikan kondisi geologi seperti throw, litologi dominan, dan mekanisme sesar sehingga didapatkan nilai kesekatan yang lebih valid. Dari penelitian ini juga dapat diketahui beberapa kelemahan dari metode SGR. Metode SGR memerlukan data RFT teraktual, stickplot OWC, dan beberapa data lain agar menjadi lebih valid. Karena bumi dinamis, maka metode ini kurang menggambarkan kondisi sebenarnya pada saat minyak terperangkap oleh sesar. Hasil 87

dari penelitian sebelumnya juga tidak dapat digunakan sebagai bahan acuan masa kini. Maka disarankan agar jumlah kalibrasi SGR tidak hanya menggunakan satu kalibrasi saja, misalnya 20%. Perlu juga diperhatikan perilaku sesar ketika SGR bernilai 15%, 25%, 30%, atau seterusnya. Hal tersebut guna memperkecil resiko dalam pengembangan suatu lapangan eksplorasi. 88