I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

% dengan laju pertumbuhan positif sebesar 0,67 % (BPS, 2000). Selain

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari Direktorat Biro Pusat Statistik dan literatur-literatur lainnya. Hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh beberapa negara di Asia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

1. PENDAHULUAN Pada tahun 2003 AFTA mulai diberlakukan, sehingga rnau tak mau lndonesia harus

BAB III METODE KAJIAN

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat. sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan bahwa pengembangan perekonomian yang kompetitif dengan orientasi glcbal berbasis sektor rnaritim dan pertanian mewujudkan industri yang mampu mengembangkan kesempatan kerja melalui upaya pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Dalam rangka melaksanakan pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan, perlu dikembangkan produk-produk unggulan yang berbasis sumberdaya lokal (resource based). Berdasarkan Keppres No. 142 tahun 1998 tentang kedudukan, tugas, susunan organisasi dan tata kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan, tugas pokok Direktorat Industri Logam Mesin dan Maritim (ILMM) adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal lndustri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (Ditjen ILMEA) Departemen Perindustrian dan Perdagangan baik tugas umum pemerintahan maupun tugas-tugas pembangunan di bidang industri logam, mesin, dan maritim. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi direktorat diatur pula dengan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.444/MPP/Kep/911998 tanggal 29 September 1998. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Depperindag serta No.24IMPPIKepl 111999 tanggal 14 Januari 1999 tentang kelengkapan organisasi dan tata kerja.

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dijabarkan dalam berbagai kegiatan yang disesuaikan dengan arahan GBHN khususnya pembangunan di sektor industri dan perdagangan. Fungsi pemmusan kebijakan teknis diwujudkan dalam berbagai bentuk usulan kebijakan di bidang perizinan, tata niaga, bea masuk, dan bea masuk tambahan serta aspek-aspek pembinaan yang ditujukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif (melalui kebijakan fiskal, moneter dan administrasi). Fungsi pelaksanaan kebijakan dilakukan melalui pembinaan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap para pelaku industri melalui berbagai bentuk dukungan baik di bidang manajemen, teknologi dan perluasan pasar. Kebdakan yang dihasilkan ditujukan bagi pengembangan industri traktor pertanian yang pada saat ini hampir seluruh kegiatan industri traktor pertanian sedang mengalami penurunan utilitas kapasitas produksi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal lndustri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (ILMEA) utilitasnya tidak lebih dari 40 %. Hal ini disebabkan karena industri tersebut memiliki struktur yang sangat rapuh. Kerapuhan ini terutama disebabkan karena ketergantungan impor bahan baku yang sangat tinggi, tidak tersedianya infrastruktur yang memadai, produktivitas yang rendah serta keterkaitan rantai nilai ke belakang dan ke depan sangat kurang. Sementara itu di lihat dari siai demand terdapat peluang yang cukup besar bagi industri traktor pertanian. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar hidupnya di sektor pertanian. Peluang peningkatan penggunaan alsintan juga dimungkinkan dengan masih terdapatnya lahan pertanian yang cukup luas terutama di luar pulau Jawa yang sangat berpotensi untuk didayagunakan secara optimal. Dengan demikian industri traktor pertanian diharapkan mampu untuk mendukung mekanisasi pertanian dalam rangka mewujudkan swasembada pangan.

Dalam kenyataannya peluang tersebut belum dapat menjadi daya ungkit untuk rnendorong industri traktor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri, yang disebabkan oleh belum tersedianya dukungan yang diperlukan untuk upaya pengembangan. Berbagai dukungan yang diperlukan antara lain berupa : (1) modal kerja yang diperlukan untuk kegiatan usaha terlalu mahal, (2) bahan baku yang diperlukan sebagian besar masih impor, (3) serta kurangnya dukungan di bidang rekayasa dan rancang bangun. Selain itu, kondisi pasar tengah mengalami keterpurukan, selain karena daya beli petani menurun, juga pasar ekspor yang sehanrsnya dapat meningkat dengan terdepresiasinya rupiah juga sedang menurun. Tabel 1 memperlihatkan nilai ekspor dan impor traktor pertanian dari tahun 1996 sampai dengan bulan September tahun 2002. Nilai ekspor mengalami peningkatan dari tahun 1996 yang hanya US$ 86.688 menjadi US$ 2.098.383 pada tahun 2000, sedangkan mulai tahun 2001 sampai dengan bulan September 2002 nilai ekspor mengalami penurunan. Sebaliknya nilai impor walaupun pada tahun 1996 dan tahun 1997 mengalami peningkatan dari US$ 23.569,869 menjadi US$ 36.980.164, tetapi pada tahun 1998 mengalami penurunan hingga mencapai titik terendah sebesar US$ 5.938.036 pada tahun?999, dan baru mulai tahun 2000 sampai dengan bulan September tahun 2002 nilai impor traktor pertanian mengalami peningkatan kembali.

Peningkatan nilai ekspor mulai tahun 1997 sampai dengan 2000 disebabkan oleh peningkatan apresiasi nilai tukar dolar terhadap rupiah, sedangkan penurunan nilai impor pada tahun 1998 dan 1999 bukan disebabkan oleh meningkatnya daya saing industri dalam negeri terhadap produk impor, tetapi lebih disebabkan oleh berkurangnya kegiatan mekanisasi pertanian sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut. Mulai tahun 2000 mekanisasi pertanian di dalam negeri mulai meningkat kembali, namun sayangnya tidak disertai dengan peningkatan penggunaan traktor pertanian buaian dalam negeri, melainkan menggunakan traktor pertanian yang berasal dari impor, ha1 ini ditunjukan dengan meningkatnya nilai impor mulai tahun 2000 sampai dengan bulan September tahun 2002. Tabel 1.1 Nilai Ekspor lmpor Produk Traktor Pertanian (dalam US$) Sumber BPS (2003), diolah

Pertnasalahan yang dihadapi oleh industri traktor pertanian saat ini adalah rendahnya daya saing yang mengakibatkan meningkatnya produk impor di pasar domestik. Untuk mengantisipasi ha\ tersebut diperlukan adanya strategi peningkatan daya saing bagi industri traktor pertanian, agar industri tersebut bisa survive baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Strategi peningkatan daya saing ini bertujuan untuk menciptakan industri traktor pertanian agar mempunyai sumber daya dan kemampuan yang mapan di negara sendiri sehingga memungkinkan perusahaan tersebut menjalankan strateginya di luar negeri. Untuk menyikapi masalah-masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang tersebut, perlu disusun suatu strategi menyeluruh yang lebih terencana dan terpadu untuk peningkatan daya saing industri traktor pertanian sebagai respon dari pemerintah khususnya Direktorat ILMM melalui kebijakan-kebijakan yang kondusif agar mampu menciptakan nilai (value) bagi produk industri traktor pertanian yang tidak mudah ditiru pesaing sehingga memberikan keunggulan bersaing yang lestari (sustainable competitive advantage) yang didukung oleh strategi dari masing-masing industri traktor pertanian melalui program-program produksi, pemasaran, dan pengembangan produknya agar mampu berdaya saing baik di pasar domestik maupun global. 1.2 ldentifikasi Masalah Direktorat ILMM saat ini tengah melakukan upaya reframing dan focusing pengembangan industri traktor pertanian dalam negeri guna meningkatkan kualitas dan daya saing. Hal ini menjadi strategis mengingat kondisi industri traktor pertanian mengalami beberapa ancaman bagi kelangsungan hidup industrinya saat ini yang diakibatkan antara lain turunnya daya beli petani, meningkatnya harga bahan baku impor, serta membanjimya produk traktor pertanian impor.

Untuk menciptakan suasana kondusif dan memberikan dorongan bagi pengembangan industri traktor pertanian dalam negeri, diperlukan adanya perencanaan strategik pengembangan industri traktor pertanian di lndonesia sebagai upaya peningkatan kualitas dan daya saing agar produk traktor pertanian yang dihasilkan memiliki nilai (value) yang optimal. 1.3 Perurnusan Masalah Berdasarkan identifikasi beberapa kondisi yang ada, dirumuskan masalah yang dihadapi sebagai berikut. 1. Bagaimana mengidentifikasi kondisi lingkungan ekstemal dan internal dalam pengembangan industri traktor pertanian dalam negeri. 2. Bagaimana. merumuskan strategi pengembangan industri traktor pertanian yang melibatkan peranserta pemerintah, pelaku industri dan masyarakat. 3. Bagaimana program kegiatan yang sebaiknya dilakukan dalam rangka melaksanakan strategi pengembangan industri traktor pertanian. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Melakukan pengkajian terhadap kondisi lingkungan eksternal dan internal dari industri traktor pertanian. 2. Memformulasikan strategi dan kebijakan pengembangan industri traktor pertanian di lndonesia. 3. Menyusun program dan kegiatan bagi pengembangan industri traktor pertanian di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian Memberikan acuan dan arahan kepada seluruh jajaran Direktorat lndustri Logam Mesin dan Maritim sebagai pembina industri traktor pertanian dan pengusaha sebagai operator industri traktor pertanian untuk selalu berada dalam koridor dan mekanisme yang sama dalam mencapai tujuan peningkatan daya saing industri traktor pertanian. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat mendorong peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat (petani) akan pentingnya penggunaan alsintan sebagai upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas hasil pertanian dalam rangka mencapai swasembada pangan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian difokuskan pada strategi peningkatan daya saing industri traktor pertanian di tingkat nasional dengan pembahasan menggunakan Five Forces Model (Porter, 1997) selanjutnya dianalisis menggunakan Matrik IFE dan EFE pada input stage dan menggunakan SWOT Matrix pada matching stage, dan pada decision stage untuk menentukan skala prioritas dari alternatif strategi digunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). lndustri traktor pertanian yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi industri traktor pertanian roda-2 (hand tractors) dan traktor pertanian roda-4 yang digunakan untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.