reb.ffi/wtjplltl laotg

dokumen-dokumen yang mirip
WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) KATA PENGANTAR

PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran. Whistleblowing System (WBS)

MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

AirNav Indonesia NOMOR: Mengingat : 1.

SURAT KEPUTUSAN TENTANG. PEDOMAN SYSTEM PElAPORAN PElANGGARAN WHlffiE BLOWING SYSTEM (WBS) DllINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO)

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PEDOMAN SISTEM PENGADUAN PELANGGARAN (WHISTLE-BLOWING SYSTEM-WBS)

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

1ft- "' t-'-. W PETROKIMIA I~'" PT PETROKIMIA GRESIK PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PD Tan99al Terbitan Revisi No. Copy. 10 Oktober

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)


PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4. 5.

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

KEPUTUSAN DIREKSI PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012. Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t


SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. HALEYORA POWER BAB I

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran

Pedoman Penanganan Gratifikasi. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero)

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) SK DIREKSI NO KEP/216/072014

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERA TURAN DIREKSI PERUM LEMBAGA PENYELENGGARA PELAY ANAN NAVIGASI PENERBANGAN INDONESIA. NOMOR : PER.OI:t / LWNf I / IVI 20\ '5 TENTANG

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO)

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)


PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4. BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

PELAPORAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PT WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK. TAHUN 2015

TENTANG PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

h.irnav Indonesia i a. bahwa sehubungan dengan komitmen Perum Lembaga

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;

Transkripsi:

AirNav Indonesia Kantor Pusat Perum LPPNPI GedungAirNav lndonesia Jl. Ir. H. fuanda, Tangerang 15121 Telp: 021-5591 5000 Fax 021-5591 5100 www.a irnavindonesia.co.id PERATT]RAN DIREKSI PERUM LEMBAGA PENYELENGGARA PELAYANAI{ NAVIGASI PENERBANGAII INDO}IESIA NoMoR : reb.ffi/wtjplltl laotg TENTANG SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEW DI LINGKT]NGAI{ PERUM LEMBAGA PENYELENGGARA PELAYANAII NAVIGASI PENERBANGAN INDOI\E SIA DIREKSI PERUM LEMBAGA PEIIYELENGGARA PELAYANAN NAYIGASI PENERBANGAN INDOhIESIA Menimbang i a. bahwa dalam rangka upaya menghindari dan mendeteksi secara dini terjadinya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, nilai-nilai etika, serta peraturan perundangundangan yang berlaku, perlu disusun suatu sistem pelaporan pelanggaran (whistle blow ing system); b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu ditetapkan Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) di Lingkungan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia dalam suatu Peraturan Direksi' Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan NePotisme; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas undang - undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

4. 5. Pidana Korupsi; undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (lembaian Negara Republik Indonesia tahun 2009 No.1; tambahan lembaran Negara Republik lndonesia No.4956); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum @erum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia; peraturan Menteri Badan usaha Milik Negara nomof: PER- 01AV1BU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Goo d corporate Governance) Pada Badan usaha Milik Negara; 7. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara.ro-o.r SK-16/S.MBU/2012 Tentang Indikator/Parameter Penilaian Dan Evaluasi Atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good corporate Governance) Pada Badan usaha Milik Negara; g. peraturan bireksi Perum LPPNPI Nomor PER.001/LPPNPllxlz}l3 tanggal3 Olctober 2013 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perum remuaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Pusat; g. Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor PER.002ILPPNPIDV2013 tanggal 3 oktober 2013 tentang organisasi Dan Tata Kerja Perum I-emUaga Penyelengg ara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor CabanglakartaAir Traffic Services Centre (JATSC); 10. Peraturan oireksi Perum LPPNPI Nomor PER.003/LPPNPI/)V2013 tanggal 3 Oktober 2013 tentang organisasi Dan Tata Kerja Perum remuaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Cabang Makassar Air Traffic Services Centre (MATSC); 11. Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor PER.004/LPPNPIDV2013 tanggal 3 Oktober 2013 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perum remtaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Cabang Medan, Palembang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan; 12. Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor PER.005/LPPNPI/)V2013 tanggal 3 oktober 2013 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perum rembaga Penyelengg ara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor-Dishik Ambon, Banda Aceh, Bandung, Banjarmasin, Biak, Halim, Jambi, Kupang, Lombok, Manado, Padang, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Solo, Tanjung Pinang, Yogyakarta; 13. Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor PER.01l/LPPNPIDV2013 tentang Perubahan Peraturan Direksi tentang Nomor PER.002/ LPPNPy)V2013 tentang organisasi dan Tata Kerja Perum Lembaga Pengawas Penyelengg ara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Cabang Jakarta Air Traffic Services Centre (JATSC); 14. Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor PER.O12/LPPNPy)V2013 tentang Perubahan Peraturan Direksi tentang Nomor PER.003/ LPPNPy)V2013 tentang organisasi dan Tata Kerja Perum Lembaga Pengawas Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Cabang Makasar Air Traffic Services Centre (MATSC);

15. Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor PER.0I3iLPPNPUX/2013 tentang Perubahan Peraturan Direksi tentang Nomor PER.004I LPPNPI/)V2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perum Lembaga Pengawas Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan lndonesia Kantor Cabang Medan, Palembang, Surabaya, Denpasar dan Balikpapan; 16. Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor PER.014/LPPNPI/W2DL3 tentang Perubahan Peraturan Direksi tentang Nomor PER.005/ LPPNPy)V2013 tentang organisasi dan Tata Kerja Perum Lembaga pengawas Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Distrik Ambon, Banda Aceh, Bandung, Banjarmasin, Biak, Halim, Jambi, Kupang, Lombok, Manado, Padang, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Pontianalq Semarang, Solo, Tanjung Pinang dan Yogyakarta; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DIREKSI PERUM LEMBAGA PEN-YELENGGARA PELAYANAI\ NAVIGASI PEIIERBANGAII INDONESIA TENTAi\G SISTEM PELAPORAN PELA}IGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTETA DI LINGKT]NGATI PERUM LEMBAGA PEITIYELENGGARA PELAYANAI\ NAVIGASI PEI\'ERBANGAN II[DONESIA. Pasal I (1) Ketentuan mengenai Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) di Lingkungan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia adalahsebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini. (Z) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal2 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada Tanggal : TANGERANG : \? fqhrndi?9ts a.n. DIREKSI \ SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth.: 1. KetuaDewanPengawas; 2. Direktur Utama; 3. Para Direktur; 4. SekretarisPerusahaan; 5. Kepala Satuan Pengawasan Internal; 6. Kepala Biro Pengadaan; 7. Para Senior Manager; 8. Para General Manager; dan 9. Para Distrik Manager.

Lampiran I Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor : ref.@/tpsn /\ /ne Tanggal ' t? fbbruori zot9 SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEW DI LINGKLII\GAII PERUM LEMBAGA PEI\YELENGGARA PELAYANAII NAVIGASI PENERBANGAN INDONESIA. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LttarBelakang perum LPPNPI yang selanjutnya disebut "Perusahaan" terus melaksanakan penerapan prinsipprinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan. Dalam menjalankan bisnisnya, Perusahaan senantiasa dituntut untuk melaksanakannya dengan penuh amanah, transparan dan akuntabel, serta senantiasa memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang bailg nilai-nilai etika, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku adalahhal yang harus dihindari oleh seluruh Insan perum LPPNPI. Oleh karena itu, sebagai wujud komitmen Perusahaan untuk menyediakan sistem bagi penegakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, sehingga menciptakan situasi kerja yang bersih dan bertanggungjawab, Perusahaan menyusun dan menerapkan Sistem pelaporan Pelanggaran dalam rangka memberikan kesempatan kepada segenap Insan Perum LppNPI dan pihak eksternal lainnya untuk dapat menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang bailg serta nilai-nilai etika yang berlaku kepada Perusahaan, berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan serta dengan niat baik untuk kepentingan Perusahaan. peraturan dan penerapan terhadap Sistem Pelaporan Pelanggaran ini akan disosialisasikan dan dievaluasi secara berkelanjutan kepada seluruh Insan Perum LPPNPI, dan secara berkala akan dilaksanakan pemutakhirar/penyempurnaan Sistem Pelaporan Pelanggaran ini dalam rangka perbaikan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan bisnis Perusahaan.

1.2. Maksud dan Tuiuan l-2.1. Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis bagi Perusahaan kepada pihak yang harus segera menanganinya secara aman; 1.2.2. Tersedianya mekanisme deteksi dini (early warning system); 1.2.3. Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara intemal terlebih dahulu, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang bersifat publik; 1.2.4. Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran (pengawasan oleh semua pihak). 1.3. Pengertian Istilah-istilah dalam sistem pelaporan pelanggaran (whistle blowing system) ini memiliki pengertian dan wajib didefinisikan sebagaimana pengertian dibawah ini, kecuali jika ditentukan lain: 1.3.1. Benturan Kepentingan (Conjtict of Interest), adalah situasi atau kondisi dimana Insan perum LPPNPI yang mendapa&an kekuasaan dan kewenangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi/golongan atas setiap penggunaan kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya, sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya; 1.3.2. Insan Perum LPPNPI yang dimaksud dalam Pedoman ini adalah Dewan Pengawas, Direksi dan seluruh Karyawan Perusahaan termasuk Karyawan yang ditugaskan pada instansi lainnya, serta personil lainnya yang secara langsung bekerja untuk dan atas nama Perusahaan; 1.3.3. Eksternal Investigator adalah pihak di luar Perusahaan yang ditunjuk oleh Perusahaan untuk melaksanakan investigasi secara khusus terhadap suatu pengaduan/penyingkapan dugaan pelanggaran di Perusahaan; 1.3.4. Gratifikasi adalah kegiatan pemberian dan atau penerimaan HadiaV Cinderamata dan Hiburan, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik, yang dilakukan oleh Insan Perum LPPNPI terkait dengan wewenangljabatannya di Perusahaan, sehingga dapat menimbulkan benturan kepentingan yaflg mempengaruhi independensi, objektivitas maupun profesionalisme Insan Perum LPPNPI;

1.3.5. Indikasi Awal adalah informasi yang ada didalam pengaduan/penyingkapan, mengandung diantaranya hal-hal sebagai berikut permasalahan, siapa yang telibat, bentuk dan dasar kerugian, kapan serta tempat terjadinya; 1.3.6. Investigasi adalah kegiatan untuk menemukan bukti-bukti terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor, yang telah dilaporkan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran; 1.3.7. Pelapor adalah Insan Perum LPPNPI dan Stakeholders lainnya; 1.3.g. pengaduan/ penyingkapan adalah tindakan pelaporan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atatperbuatan lain yang dapat merugikan Perusahaan; 1.3.9. Pengelola Administrasi Pelaporan Pelanggaran adalah unit di bawah Satuan pengawas Intern yang ditunjuk oleh Perusahaan untuk melaksanakan pengelolaan administrasi terhadap Sistem Pelaporan Pelanggaran di Perusahaan; 1.3.10. Perusahaan, dengan huruf "P" Kapital, adalah Perum LPPNPI, sedangkan perusahaan dengan huruf p kecil menunjuk kepada perusahaan secara umum; 1.3.11.Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) adalah sistem yang mengelola pengaduan/penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri (Independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan Perum LPPNPI dan pihak lainnya dalam mengungkapkan pelanggaran yang terjadi di lingkungan Perusahaan; l.3.l2.terlapor adalanlnsan Perum LPPNPI dan Mitra Kerja; 1.3.13. Tim Investigasi adalah tim yang dibentuk oleh Perusahaan secara berkala, yang melakukan tugas untuk mengumpulkan data-data/bukti terkait pelanggaran. Tim investigasi dimungkinkan beranggotakan Eksternal lnvestigator sesuai dengan kebutuhan Perusahaan.

BAB II SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN 2.1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP Sistem pelaporan Pelanggaran merupakan sistem yang mengelola Pengaduan/ Penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri (Independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan perum LppNpI dan pihak lainnya dalam mengungkapkan pelanggaran yarrg terjadi di lingkungan Perusahaan. Sistem Pelaporan Pelanggaran digunakan apabila Pengaduarl penyingkapan dianggap tidak efektif untuk disalurkan melalui jalur formal (melalui atasan langsung atau fungsi terkait). Lingkup pengaduan/penyingkapan yang akan ditindaklanjuti oleh Sistem Pelaporan pelanggaran adalah tindakan yang dapat merugikan Perusahaan, meliputi sebagai berikut: 2.1.1. Penyimpangan dari peraturan dan perundangan yang berlaku; 2.1.2. Penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan lain di luar Perusahaan; 2.1.3. Pemerasan; 2.1.4. Perbuatan curang; 2.1.5. Benturan KePentingan; 2.1.6. Gratifikasi. 2.2. PRINSIP DASAR penyampaian Pengaduan/Penyingkapan oleh Pelapor harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 2.2.1. pelapor wajib memberikan indikasi awal yang dapat dipertanggungjawabkan, meliputi: Z.Z.I.1. Pelanggaran yang diadukan, meliputi jumlah kerugian (apabila dapat ditentukan). 1 (satu) Pengaduan/Penyingkapan sebaiknya hanya untuk 1 (satu) pelanggaran agar pefianganannya dapat lebih focus; 2.2.1.2. Pihak yang terliba! yaitu siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut, termasuk saksi-saksi dan pihak yang diuntungkan atau dirugikan atas pelanggaran tersebut;

2.2.1.3. Lokasi pelanggaran, yaitu meliputi nama, tempat, atau fungsi terjadinya pelanggaran tersebut; 2.2.1.4. Waktu pelanggaran, yaitu periode pelanggaran baik berupa hari, minggu, bulan, tahun atau tanggaltertentu pada saatpelanggaran tersebut terjadi; 2.2.T.5. Bagaimana terjadinya pelanggaran tersebut dan apakah terdapat bukti-bukti pendukung telah terjadinya pelanggaran; 2.2.1.6. Apakah pelanggaran tersebut pernah dilaporkan kepada pihak lain; 2.2.1.7. Apakah pelanggaran tersebut pernah terjadi sebelumnya; 2.2.2. Untuk mempercepat dan mempermudah proses tindak lanjut Pengaduan/ Penyingkapan, maka pelapor dianjurkan untuk memberikan informasi mengenai data diri, yang sekurang-kurangnya memuat alamatlnomor telepon/ handphone/ faksimililemail. 2.3. PERLINDIINGA}I TERIIADAP PELAPOR 2.3.1 Identitas Pelapor dijamin kerahasiaannya oleh Perusahaan. 2.3.2 perusahaan menjamin perlindungan terhadap Pelapor dari segala bentuk ancaman, intimidasi, ataupun tindakan tidak menyenangkan dari pihak manapun selama Pelapor menjaga kerahasiaan pelanggaran yang diadukan kepada pihak manapun. 2.3.3 perlindungan terhadap Pelapor juga berlaku bagi para pihak yang melaksanakan Investigasi maupun pihak-pihak yang memberikan informasi terkait dengan Pengaduan/Penyingkapan tersebut. 2.4. KEWENAI\GAI\ PENAIIGANAII LAPORAN 2.4.1 Pengaduan/Penyingkapan pelanggaran yang berkaitan dan atau dilakukan oleh Insan perum LPPNPI selain Pengelola Administrasi Pelaporan Pelanggaran, Tim Investigasi, Dewan Pengawas dan Direksi akan ditindaklanjuti oleh Direktur Keuangan selaku Direktur yang membidangi fungsi kepatuhan (compliance)' 2.4.2 2.4.3 pengaduan/penyingkapan pelanggaran yang berkaitan dan atau dilakukan oleh Pengelola Administrasi Pelaporan Pelanggaran dan Tim Investigasi akan ditindaklanjuti oleh Direktur Utama. pengaduan/penyingkapan pelanggaran yang berkaitan dan atau dilakukan oleh Direksi akan ditindaklanjuti oleh Ketua Dewan Pengawas'

2.4.4 pengaduan/penyingkapan pelanggaran yang berkaitan dan atau dilakukan oleh Dewan Pengawas akan ditindaklanjuti oleh Direktur Utama' 2.5. LAPORAN PENGELOLA ADMIMSTRASI PELAPORAN PELANGGARAN pengelola Administrasi pelaporan Pelanggaran wajib membuat laporan secara berkala yaitu setiap 3 (tiga) bulan sekali, yang disampaikan selambat-lambatnya minggu kedua pada bulan berikutny4 yang meliputi jumlah Pengaduan/Penyingkapan, kategori Pengaduan/Penyingkapan serta media yang digunakan oleh Pelapor dan penyampaianrrya kepada Direktur Keuangan selaku selaku Direktur yang membidangi fungsi kepatuhan (compliance)-

BAB III PENGELOLAAN SISTEM PELAPORAN PELAIIGGARAN 3.1. SARANA/UIEDIA PELAPORAN pelapor menyampaikan Pengaduan/Penyingkapan pelanggaran kepada Pengelola Administrasi pelaporan pelanggaran melalui sarana./media telepon, website, email dan faksimili Perusahaan yang khusus diperuntukkan bagi Sistem Pengelolaan Pelanggaran. 3.2. PROSEDT]R PENGELOLAAN 3.2.1. pengelola Administrasi Pelaporan Pelanggaran menerima dan menyaring laporan pengaduanlpenyingkapan pelanggaran yang diterim4 apakah terdapat lndikasi Awal atau sesuai dengan kriteria laporan Sistem Pelaporan Pelanggaran dan dapat ditindak lanjuti? Bila YA laporan Pengaduan/ Penyingkapan diteruskan sesuai dengan kewenangan penanganan pelaporan, bila TIDAK proses Sistem Pelaporan Pelanggaran selesai. 3.2.2. Dari laporan Pengelola Administrasi Pelaporan Pelanggaran, akan ditetapkan rekomendasi apakah perlu untuk dilakukan investigasi lanjutan oleh Tim Investigasi. 3.2.3. Bila direkomendasikan untuk dilakukan investigasi lanjutan, Tim Investigasi melakukan investigasi lanjutan terhadap Pengaduan/Penyingkapan dan melaporkan hasilnya kepada pemberi rekomendasi. 3.2.4. Dari laporan investigasi lanjutan oleh Tim Investigasi, ditetapkan rekomendasi tindakan selanjutnya. Bila tidak terbukti atau selesai, maka laporan Pengaduan/Penyingkapan akan ditutup. Apabila Pengaduan/ Penyingkapan tersebut terbukti atau memerlukan tindak lanju! maka akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku, atatt diteruskan kepada pihak yang berwenang untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3.2.5. Seluruh proses Investigasi atas Pengaduan/Penyingkapan wajib dibuatkan Berita Acara sebagaimana contoh format dalam Lampiran.

3.2.6. Seluruh proses Sistem Pelaporan Pelanggaran harus terdokumentasi dengan baik dan dapat dipertanggungi awabkan. 3.3. SAFIKSI Bentuk sanksi terhadap Terlapor yang telah terbukti melakukan pelanggaran akan ditentukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di Perusahaan. Terhadap pelanggaran diluar peraturan perusahaan dan atau mengarah pada tindakan melawan hukum, akan dilanjutkan kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. a.n. DIREKSI

Lampiran II Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomo- PfB,. ffi /r-qrypr / u /zotq Tanggal ' ta fthruafi 2Ol9 FORMAT BERITA ACARA HASIL INVESTIGASI AWAL BERITA ACARA Nomor... TENTANG HASIL INVESTIGASI AWAL SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN Pada hari ini,... tanggal...bulan...tahun..."""""'telah dilaporkan Hasil lnvestigasi Awal dari Sistem Pelaporan Pelanggaran atas pengaduan: Berdasarkan penyampaian penyampaian Laporan Hasil Investigasi Awa1, maka Laporan penyingkapan atas pengaduan tersebut telah/ tidak* sesuai dengan kriteria untuk ditindaklanjuti dengan investigasi lanjutan. Investigasi akan dilakukan oleh Tim lnvestigasi*' --Tempat---, --tgl-bln-thn Jabatan dalam WBS (Tanda tangan & Nama Jelas) *coret yang tidak perlu DIREKSI TTIR UTAMA,

Lampiran III Peraturan Direksi Perum LPPNPI Nomor : Q ft. S /QPt-'?t / ll /2D$ Tanggal ' lt f tnnri?ot5 BERITA ACARA Nomor... TENTANG HASIL INVESTIGASI LANJUTAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN Pada hari ini,...tanggal...bulan...tahun...telah dilaporkan Hasil Investigasi Lanjutan oleh Tim Investigasi dari Sistem Pelaporan Pelanggaran atas pengaduan: Berdasarkan penyampaian Laporan Hasil Investigasi Lanjutar; maka Laporan pengaduarl Penyingkapan Nomor... tersebut terbuktiltidak terbukti*. ---Tempat---, --tgl-bln-thn Jabatan dalam WBS (Tanda tangan & Nama Jelas) *coret yang tidak Perlu DIREKSI