BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
All about Tinea pedis

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**, Rusmawardiana***

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG SEMARANG

Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. air, dan menimbulkan vesikel di sisi luar jari, telapak tangan, telapak kaki.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan. peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga

KUESIONER PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

BAB III METODE PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

MICROSPORUM GYPSEUM. Microsporum Scientific classification

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua

PROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA

KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK ALERGI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI JULI 2014

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

Obat Minum Untuk Gatal Eksim

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hipotesis higiene merupakan penjelasan terhadap peningkatan kejadian atopi

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

I. PENDAHULUAN. Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang. serta predileksi yang khas (Patrick, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran mengalami kemajuan pesat yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB l PENDAHULUAN. disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat

PTIRIASIS VERSIKOLOR

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

MENGINDENTIFIKASI TANGAN, KAKI DAN KUKU

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktifitas

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. karena berperan terhadap timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis kontak,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri (Wahit,

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,yakni indera penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa,dan raba (Notoatmodjo,2011) 2.1.2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: 1. Tahu (know) Mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.oleh sebab itu,ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Suatu kesempatan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application) Kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. 4. Analisis (analysis) Kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen,tapi masih dalam struktur organisasi. 5. Sintesis (synthesis) Merujuk ke suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evalution) Kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek.

2.2. TINEA PEDIS 2.2.1. Pengenalan Tinea Pedis Tinea pedis (athlete s foot) adalah salah satu dari infeksi jamur superfisial paling umum pada kulit di seluruh dunia.(daldjeni,1992).penyebabnya yang paling sering adalah Trychophyton rubrum yang memberikan kelainan menahun.paling banyak ditemukan di antara jari ke-4 dan jari ke -5,dan seringkali meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain.(goedadi,2004). Oleh karena daerah ini lembab,maka sering terlihat maserasi berupa kulit putih dan rapuh.jika bagian kulit yang mati ini dibersihkan maka akan terlihat kulit baru,yang pada umumnya juga telah terserang jamur.(hanum,2009) Pada umumnya jamur tumbuh di kulit kaki karena faktor kelembapan(ichsan,2010).hal ini dapat disebabkan kaki yang sering berkeringat,kaos kaki kurang dijaga kebersihannya,atau sepatu terlalu tertutup.jari-jari kaki sangat rentan terinfeksi jamur tinea pedis,terutama orang yang sering memakai sepatu tertutup dalam kesehariannya.jadi dapat dikatakan tinea berhubungan dengan kebersihan dan keringat.(harahap,2000). Bentuk klinis dapat terjadi bertahun-tahun,tanpa keluhan berarti.(kane,2009).bahkan sebagian di antara penderitanya total bebas gejala.sebagian penderitanya baru merasa terganggu ketika muncul bau kaki tak sedap dari kulit kaki mereka(hanum,2009).tidak menutup kemungkinan munculnya infeksi bakteri (infeksi sekunder) yang dapat menunjukkan gejala mulai dari yang ringan(bintil-bintil merah yang perih) hingga yang lebih berat seperti nyeri dan demam. (Rassner,1995). 2.2.2. Faktor Risiko Tinea Pedis Tinea pedis yang juga disebut ring worm of the foot atau kutu air menyukai bagian kulit yang sering dibiarkan basah dan lembab.(priyana,1998).beberapa faktor lain penyebab tinea pedis adalah pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang lama,bertambahnya kelembaban karena keringat,pecahnya kulit karena mekanis,dan paparan terhadap jamur di gedung olah raga atau kolam renang.(adiguna,2004)

Selain itu,pemakaian kaus kaki dengan bahan yang tidak dapat menyerap keringat dapat menambah kelembaban di sekitar kaki yang cenderung mendukung jamur dapat tumbuh subur.(brown,2003).kondisi sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan pribadi juga memegang peranan penting pada infeksi jamur (insiden penyakit jamur pada sosial ekonomi lebih rendah lebih sering terjadi dari pada sosial ekonomi yang lebih baik,hal ini terkait dengan status gizi yang mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit).(agusyana,2011kebersihan pribadi(mencuci kaki setiap hari,menjaga kaki selalu kering) yang kurang diperhatikan turut mendukung tumbuhnya jamur.(nasution,2004). 2.2.3. Gejala Klinis Tinea Pedis Tinea pedis terdiri dari beberapa macam tipe klinis dan yang paling sering ditemukan adalah(madani,2000) : 1. Bentuk interdigitalis; yang merupakan kelainan berupa maserasi,skuamasi serta erosi di celah-celah jari terutama jari ke-4 dan jari ke-5.kulit terlihat putih,dapat berbentuk fisura dan sering tercium bau yang tidak enak.lesi dapat meluas ke bawah jari dan telapak kaki. 2. Bentuk hiperkeratosis menahu; yaitu terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama pada tumit,telapak kaki,tepi kaki dan punggung kaki.lesi dapat berupa bercak dengan skuama putih agak mengkilat,melekat,dan relatif tidak meradang.lesi umumnya setempat,akan tetapi dapat bergabung sehingga mengenai seluruh telapak kaki,sering simetris dan disebut moccasin foot. 3. Bentuk vesikular subakut; yaitu kelainan timbul pada daerah sekitar jari kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki,disertai rasa gatal yang hebat.bila vesikel pecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut koloret.bila terjadi infeksi akan memperberat keadaan sehingga terjadi erysipelas. 2.2.4. Diagnosis Tinea Pedis Diagnosis tinea pedis pada umumnya dapat ditegakkan berdasarkan gejalagejala klinis yang khas dan pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20 % dan biakan(cholis,2004).untuk mendiagnosis diperlukan skuama dari bagian tepi lesi yang

diambil dengan menggunakan scalpel.(soebono,2001)skuama tersebut ditaruh pada slide yang ditetesi oleh larutan kalium hidroksida.diagnosis dibuat dengan memeriksa skuama yang terinfeksi secara mikroskopis dan mengisolasi mikroorganisme penyebab dalam media kultur.(suyono,2008). 2.2.5. Diagnosis Banding Tinea Pedis Tinea pedis perlu dibedakan dengan penyakit lain di kaki,ada beberapa diagnosis banding yang perlu diketahui (Tjasyono,2004) antara lain: 1. Dermatitis kontak alergi Dermatitis kontak alergik dapat menyebabkan gatal disertai eritema,vesikel,skuamasi terutama pada jari-jari,punggung dan kaki.disebabkan oleh kontak dengan bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi. 2. Dermatitis atopik Dermatitis atopik dapat menyebabkan skuamasi kering yang disertai gatal di bagian punggung kaki.atau yang lebih dikenal sebagai eksim,timbul pada penderita dengan riwayat atopi (urtikaria,rhinitis alergika,hay fever,dan asma). 3. Psoriasis pustulosa Merupakan penyakit yang diturunkan (cacat herediter yang menyebabkan over produksi keratin),bersifat kronik yang dapat terjadi pada setiap usia.penyakit inflamasi noninfeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan enam bulan hingga sembilan kali lebih besar dari kecepatan yang normal.berupa plak bersisik putih yang terdapat pada daerah lutut,siku,dan kulit kepala PRICE.Juga dapat dijumpai di jari-jari tangan dan jakri-jari kaki memperlihatkan plak-plak yang licin dan merah dengan permukaan yang mengalami maserasi. 4. Skabies pada kaki Disebabkan oleh kutu atau tungau skabies yang masuk ke dalam kulit manusia,menimbulkan perasaan gatal. Dapat menghinggapi badan,sela jari tangan,sela paha,dan lipatan siku.

2.2.6. Pengobatan Tinea Pedis Penyakit Tinea pedis sering kambuh sehingga untuk menghindari faktor resiko seperti kaus kaki yang digunakan,hendaknya dapat menyerap keringat dan diganti setiap hari.(waryono,1987).kaki harus bersih dan kering. Hindari memakai sepatu tertutup,sepatu sempit,sepatu olah raga,dan sepatu plastik,terutama yang digunakan sepanjang hari.(wasitaatmadja,2005).tidak bertelanjang kaki atau selalu memakai sandal sehingga dapat menghindari kontak dengan jamur penyebab Tinea pedis.(wiryadi,2002). Kaki dan sela jari kaki juga dijaga agar selalu kering,terutama sesudah mandi dapat diberikan bedak dengan atau tanpa anti jamur.(lakitan,1997).penggunaan bedak anti jamur juga dapat ditaburkan dalam sepatu dan kaus kaki agar dapat mengurangi pertumbuhan jamur. (Wahab,2010) Selain itu tindakan nonfarmakologi lain yang dapat dilakukan adalah pencucian kaki setiap hari diikuti dengan pengeringan yang baik di daerah sela jari kaki.(kurniati,2008).untuk mencegah penularan juga harus selalu memakai sepatu jika ke fasilitas umum seperti wc umum,kolam renang.(ratna,2011). Obat-obat anti jamur dapat diberikan secara topical (dioles),ada pula yang tersedia dalam bentuk oral(obat minum).(dahlan,2008).jenis obat luar(salep)seringkali digunakan jika lesi kulit tidak terlalu luas.(maegralth,1993).salep harus dioleskan pada kulit yang telah bersih,setelah mandi atau sebelum tidur selama dua minggu,meskipun lesinya telah hilang.(redjeki,2004).menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan kekambuhan.(agusni,1992).karena jamur belum terbasmi dengan tuntas.jika prosesnya cukup luas,selain obat topical,perlu ditambahkan obat minum,misalnya griseofulvin,terbinafine,itraconazole. (Asadi,2009)