BAB II KAJIAN PUSTAKA. gerak yang telah dilatihkan dengan baik. Menurut Amung Ma mun dan. maka semakin terampil orang tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. gerak yang telah dilatihkan dengan baik. Menurut Amung Ma mun dan. maka semakin terampil orang tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. beberapa hal, antara lain adalah: kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka

Untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, seseorang dituntut untuk mempunyai

TINGKAT KEMAMPUAN TEKNIK DASAR BAGI PESERTA PUTRA PADA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD MUHAMMADIYAH DEGAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2014/2015

SKRIPSI. Oleh Dadi Wibowo NIM

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Takraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. intrakurikuler, (2) ekstrakurikuler, dan (3) ko-kurikuler. Pelaksanaan kegiatan

Permainan Sepak Takraw

OLAHRAGA PILIHAN SEPAKTAKRAW

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan bahwa tingkat keterampilan bermain sepaktakraw Siswa SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan sepak takraw adalah permainan yang dilakukan di atas

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD KRADENAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015/2016 SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

PENGARUH MODIFIKASI BOLA KARET TERHADAP KETEPATAN SMASH KEDENG PADA PERMAINAN SEPAK TAKRAW DI SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI. Oleh Suparminto

TINGKAT KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAK TAKRAW SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI BAYANGKARA YOGYAKARTA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW

Lampiran 1 (lanjutan)

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

TINGKAT KETERAMPILAN DASAR BERMAIN SEPAKTAKRAW ATLET PERSATUAN SEPAKTAKRAW SELURUH INDONESIA (PSTI) KABUPATEN KLATEN TAHUN 2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, olahraga sepak takraw cukup diminati masyarakat baik dari kalangan

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. dilaksanakan untuk mengisi waktu luang mereka. Cara bermainnya dilakukan

permainan ini tidak sulit untuk dikembangkan di Indonesia.

Seminar Nasional PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW BAGI MAHASISWA. Oleh H. M. Husni Thamrin NIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW MAHASISWA PJKR REGULER DAN NONREGULER FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PERBEDAAN PENGARUH HASIL BELAJAR SMASH SEPAK TAKRAW DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DIUMPAN PADA MAHASISWA PKO

PENGARUH LATIHAN BOLA GANTUNG BISA LEPAS TERHADAP KEMAMPUAN SMASH KEDENG PADA MAHASISWA UKM SEPAKTAKRAW UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

Motion Volume III No.1 Maret 2012 PENDAHULUAN. maka diketahui bahwa kekuatan otot. A. Latar Belakang Masalah. tungkai, kelentukan dan koordinasi mata

SKRIPSI. Oleh: Aziz Fathurrohman NIM

PERBEDAAN LATIHAN SMESH

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

Sepak takraw adalah sebuah permainan yang dilakukan di atas lapangan. berbentuk empat persegi panjang. Lapangan dibatasi dengan net dengan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna. Memperoleh GelarSarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Penjaskesrek OLEH : WISNU ADI NUGROHO

I. PENDAHULUAN. Sepaktakraw merupakan olahraga permainan asli dari Indonesia. Awal

PETUNJUK PELAKSANAAN TES KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW. 1. Pelaksanaan tes harus urut sesuai dengan urutan butir tes.

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD NEGERI BHAYANGKARA KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses yang terjadi di dalam diri manusia seperti

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD NEGERI BAYANGKARA KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenis olahraga yang ada di dunia adalah sepak takraw.untuk sebagian kalangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan. yang berkategori Baik Sekali, kategori Baik 1 siswa

Sudirman, S.Pd 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang permainan yang merupakan olahraga tradisional

SEPAK TAKRAW. Design Yuas and R2 Bramistra

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR SEPAK SILA DENGAN BOLA MODIFIKASI DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW

TINJAUAN PUSTAKA. individu secara organic, neuromuscular, perceptual, kognitif, dan emosional dalam

Andi Rizal. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar ABSTRAK

Lampiran 2 VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW TAHUN 1995

PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN SEPAK SILA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW

TINGKAT KETERAMPILAN DASAR BERMAIN SEPAKTAKRAW SISWAPESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW DISD NEGERI 1 BEJIRUYUNG KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa-siswi sekolah atau

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD KRADENAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu di tingkat Nasional seperti PON ataupun di tingkat Internasional seperti

BAB I PENDAHULUAN. Setiap cabang olahraga mempunyai sejarah kelahirannya sendiri-sendiri, begitu juga

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW SISWA SD NEGERI PLAOSAN YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : Rinto Ari Bowo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKA T KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRA W MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGY AKART A

2016 PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAK TAKRAW PADA SISWA SMP NEGERI 1 CONGGENG

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SEPAK SILA LANGSUNG

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bagi siswa di

PENGARUH PANJANG TUNGKAI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP SERVIS DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA TIM PSTI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan kebugarannya yang tinggi. yang tingginya kurang lebih 15 meter, (c) Perlengkapan pemain: Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan baik di bidang akademis maupun bidang olahraga. muda yang tinggal di pesantren Darul Arafah.

Oleh Endar Riyanto NIM K

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin cakap orang tersebut

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SURVEI KEBERHASILAN SEPAK MULA DENGAN MENGGUNAKAN PUNGGUNG KAKI DAN KAKI BAGIAN DALAM PADA PEMAIN SEPAK TAKRAW

SILABUS MATA KULIAH SEPAK TAKRAW (TEORI DAN PRAKTEK)

HUBUNGAN KESEIMBANGAN TERHADAP KETERAMPILAN SEPAK SILA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PALOLO.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dimyati dan Mudjiono (2002:297), mendifinisikan Pembelajran kegiatan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK DAN BERPASANGAN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR SERVIS SEPAKTAKRAW. Jurnal. Oleh AGUS YUDIANSYAH

PERBEDAAN KETEPATAN SERVIS MELALUI LATIHAN SEPAK SILA DAN PANTULAN BOLA KE TEMBOK DALAM PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. dimana terdiri dari dua tim beranggotakan masing-masing tim terdiri dari enam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW. Islamuddin*)

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS.

PENGARUH LATIHAN VARIASI UMPAN TERHADAP KETERAMPILAN SEPAK SILA PADA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW DI SMP NEGERI 2 GODEAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN TUNGKAI, KELENTUKAN TOGOK DAN POWER

PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN SEPAK SILA UNTUK PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD NEGERI WONODADI 1 KECAMATAN WONODADI KABUPATEN BLITAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik yang memiliki

SKRIPSI. Oleh: Sukaryanto NIM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan olahraga sepak takraw, sehingga sangatlah wajar kalau daerah

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Keterampilan Suatu pembelajaran gerak sangat erat kaitannya dengan istilah terampil. Seseorang dikatakan terampil jika ia mampu menguasai suatu gerak yang telah dilatihkan dengan baik. Menurut Amung Ma mun dan Yudha (2000: 57), Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien. Semakin tinggi kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut. Menurut Schmidt dalam Amung Ma mun dan Yudha (2000: 61), keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum, tetapi dengan pengeluaran energi dan waktu yang minimum. Sedangkan menurut Singer yang dikutip dalam Amung Ma mun dan Yudha (2000: 61), keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisiensi dan efektif. Menurut Sage dalam Muhammad Muhsin (2008), keterampilan juga dapat dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran. Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan sebuah proses di mana seseorang mengembangkan seperangkat respon ke dalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, terorganisir, dan terintegrasi. Sebagai indikator dari kemahiran, maka keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksankan tugas yang berkaitan 7

dengan pencapai suatu tujuan. Semakin tinggi kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut. Menurut Ma mun dan Yudha (2000: 58), untuk memperoleh tingkat keterampilan diperlukan pengetahuan yang mendasar tentang bagaimana keterampilan tertentu dihasilkan atau diperoleh serta faktor-faktor apa saja yang berperan dalam mendorong penguasaan keterampilan. Pada intinya bahwa suatu keterampilan itu baru dapat dikuasai apabila dipelajari atau dilatihkan dengan persyaratan tertentu, satu diantaranya adalah kegiatan pembelajaran atau latihan keterampilan tersebut dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu yang memadai. Lebih lanjut Amung Ma mun dan Yudha (2000: 67) mengatakan bahwa berdasarkan keterlibatan tubuh dalam pola gerak, keterampilan dibagi menjadi dua, yaitu (1) keterampilan gerak kasar (gross motor skill), dan (2) keterampilan gerak halus (fine motor skill). Keterampilan gerak kasar secara khusus dikontrol oleh otot-otot besar atau kelompok otot. Keterampilan ini tidak terlalu menekankan ketepatan (precission) dalam pelaksanaannya. Berlari, melompat, melempar dan kebanyakan keterampilan dalam olahraga dimasukkan sebagai keterampilan gerak kasar. Keterampilan gerak halus secara khusus dikontrol oleh otot-otot kecil atau halus. Banyak gerak yang menggunakan tangan dipertimbangkan sebagai gerak halus. Keterampilan ini melibatkan 8

koordinasi neuromuskuler yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Pencapaian suatu keterampilan dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara umum dibedakan menjadi tiga hal yang utama, yaitu (1) faktor proses belajar mengajar, (2) faktor pribadi, dan (3) faktor situasional (Amung Ma mun dan Yudha, 2000: 70). Amumg Ma mun dan Yudha (2000: 83) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang dapat diidentifikasi dalam tahap belajar keterampilan gerak, yaitu (1) tahapan verbal-kognitif, (2) tahapan motorik, dan (3) tahapan otomatisasi. Ketiga tahap belajar di atas diuraikan sebagai berikut: 1) Tahapan Verbal-Kognitif Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerakan baru kepada peserta didik. Instruksi, demonstrasi, film clips, dan informasi verbal lainnya secara khusus memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang. 2) Tahapan Motorik Pertama kali yang harus dikuasai oleh peserta didik pada tahapan ini adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri, rasa percaya diri. Peserta didik mulai membangun sebuah program motorik untuk menyempurnakan suatu gerakan. Ketidak konsistensian dari satu kali 9

latihan ke latihan yang lain dilihatnya sebagai upaya peserta didik untuk mencari solusi baru mengenai gerakannya. Konsistensi secara berangsur-angsur meningkat dan gerakannya mulai stabil dan antisipasi meningkat. Tahapan motorik secara umum agak lebih lama daripada tahapan verbal-kognitif, barangkali perlu waktu beberapa minggu atau bulan untuk menguasai keterampilan olahraga dan bahkan cenderung lebih lama apabila peserta didik tersebut mempunyai kesulitan. 3) Tahapan Otomatisasi. Pada tahapan ini program motorik sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta didik sudah menjadi terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Bahkan untuk suatu keterampilan olahraga tertentu nampak dilakukan dengan gerakan rileks tapi mantap. Sedangkan menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 19-22), penguasaan keterampilan pada setiap cabang olahraga berlandaskan pada penguasaan keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut secara umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) keterampilan lokomotor, (2) keterampilan non lokomotor, dan (3) keterampilan manipulatif. Dari ketiga keterampilan dasar tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Keterampilan Lokomotor Adalah keterampilan untuk menggerakkan anggota badan dalam keadaan titik berat badan berpindah sari satu tempat ke tempat lain. 10

Bentuk keterampilan dasar dominan dalam sepaktakraw adalah berpindah tempat berupa gerakan melangkah, lari beberapa langkah, meompat dengan dua kaki, dan melompat dengan satu kaki. Keterampilan ini harus didukung oleh kekuatan dan kecepatan serta power seperti untuk gerakan melompat. 2) Keterampilan non Lokomotor Adalah keterampilan yang dilakukan dengan menggerakkan anggota badan yang melibatkan sendi dan otot dalam keadaan badan si pelaku menetap, statis, kaki tetap menumpu pada bidang tumpu atau tetap berpegang pada pegangan. Keterampilan ini didukung oleh keseimbangan untuk mempertahankan posisi tubuh dan kekuatan otot tungkai yang dipakai sebagai penumpu. 3) Keterampilan Manipulatif Adalah keterampilan menggunakan anggota badan, tangan atau kaki untuk mengontrol bola. Keterampilan manipulatif dominan dalam sepaktakraw yaitu menyepak bola dengan kaki. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan diartikan sebagai kemampuan atau kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan yang didapat melalui proses belajar. Di mana dalam melaksanakan sebuah pelatihan atau pembelajaran harus dilaksanakan secara terus menerus dan berpedoman pada prosedur latihan yang tepat. 11

2. Permainan Sepaktakraw Sepaktakraw merupakan cabang permainan asli kreasi dari bangsa Melayu yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sampai meluas ke tanah semenanjung Indo Cina dan kepulauan Mindanao di Pilipina. Permainan sepaktakraw di Myanmar disebut Chin Loong, di Thailand disebut Takraw, di Cina disebut Teng chew, di Pilipina disebut Sipa sedangkan di Malaysia dan Singapura disebut Sepak Raga. Beberapa daerah di indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera telah mengenal permainan sepaktakraw dengan sebutan sepakraga yaitu permainan anak negeri yang masih menggunakan bola yang terbuat dari rotan. Setiap pemain hanya menunjukkan kemahirannya dalam penguasaan bola dengan memainkan bola rotan dengan seluruh anggota badan kecuali tangan untuk mempertahankan bola agar tidak jatuh ke tanah. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 6), perubahan nama sepakraga jaring menjadi sepaktakraw diresmikan tanggal 27 Maret 1965 di Kuala Lumpur di Stadion negara Kuala Lumpur pada waktu pesta olahraga Asia Tenggara (SEAP GAMES). Istilah sepaktakraw merupakan perpaduan antara bahasa Malaysia dan bahasa Muangthai yaitu: a. Sepak berasal dari bahasa Malaysia yang berarti sepak. b. Takraw berasal dari bahasa Muangthai yang berarti bola rotan. Menurut Ucup Yusup dkk (2004: 10), Sepaktakraw merupakan sebuah permainan yang dilakukan di lapangan berukuran 13,4 M x 6,10 M 12

yang dibagi dua garis dan net (jaring) setinggi 1,55 M dengan lebar 72 cm dan lubang jaring sekitar 4-5 cm. Bola yang dimainkan terbuat dari rotan atau fiber glass yang dianyam dengan lingkaran antara 42-44 cm. Permainan ini dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas tiga orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang dan dua orang lainnya menjadi pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan kanan. Permainan sepaktakraw itu merupakan perpaduan atau penggabungan tiga buah permainan yaitu permainan sepak bola, bola voli, dan bulutangkis (Ratinus Darwis dan Penghulu Basa, 1992: 2). Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 5), Permainan sepaktakraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan dipisahkan oleh jarring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dan dua orang sebagai apit kanan dan apit kiri. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa olahraga sepaktakraw merupakan sebuah permainan yang dimainkan di atas lapangan empat persegi panjang dengan permukaan yang rata baik di tempat terbuka (outdoor) maupun di ruangan tertutup (indoor) yang bebas rintangan dan dimainkan oleh dua regu yang dibatasi dengan jaring (net). Tujuan dari setiap tim adalah mengembalikan bola 13

sedemikian rupa sehingga dapat jatuh di lapangan lawan atau menyebabkan lawan membuat pelanggaran atau bermain salah sehingga menghasilkan poin. 3. Tujuan dan Kegunaan Teknik Dasar Permainan Sepaktakraw Untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik. Kemampuan yang sangat penting dan sangat perlu adalah kemampuan dasar bermain sepaktakraw (Ratinus Darwis dan Penghulu Basa, 1992: 15). Tanpa menguasai kemampuan dasar atau teknik dasar, maka permainan sepaktakraw tidak dapat dimainkan dengan baik. Agar dapat melatih penguasaan teknik dan taktik permainan sepaktakraw harus berpedoman pada gerakan-gerakan yang mudah ke sulit. Oleh karena itu, dalam usaha menguasai dan meningkatkan keterampilan teknik sepaktakraw harus dilakukan latihan secara kontinyu, sistematik dan metodis. Muhammad Suhud dalam Husni Thamrin dkk (1995: 5) mengatakan bahwa untuk melatih penguasaan teknik dan taktik permainan sepaktakraw terutama bagi pemula harus berpedoman pada gerakan-gerakan dari yang mudah ke sukar, dari yang dikuasai ke yang belum dikuasai. Menurut Husni Thamrin dan Yudanto (2006: 6), unsur-unsur teknik dasar memainkan bola takraw adalah teknik menyepak, memainkan dengan kepala, memainkan dengan dada, memaha dan membahu. Sedangkan menurut Ucup Yusup dkk (2004: 30-42) dan Sudrajat 14

Prawirasaputra (2000: 24-37), teknik dasar dalam bermain sepaktakraw meliputi: a. Sepak sila Gambar 1. Teknik Sepak sila Sepak sila berfungsi sebagai sepakan sajian awal (servis) atau sepak mula, untuk menerima smes dan langsung disambungkan dan diarahkan kepada apit kiri atau kanan, dan untuk menyuguhkan umpan kepada smesher. b. Sepak kuda Gambar 2. Teknik Sepak kuda Fungsi sepak kuda adalah sebagai sepakan smes yaitu dengan cara melakukan gulingan badan (seperti salto) dan sentakan kaki pada waktu melakukan sepakan. 15

c. Sepak badak Gambar 3. Teknik Sepak badak Fungsi sepak badak ini sebagai upaya untuk meraih bola yang datang cepat dan pemain tidak sempat memutarkan badan. d. Sepak cungkil Gambar 4. Teknik Sepak cungkil Kedatangan bola yang cepat sehingga pemain tidak sempat melangkahkan kaki untuk berdiri lebih dekat dengan bola di tempat bola akan jatuh. Fungsi sepak cungkil yaitu sebagai upaya mengangkat bola yang hampir menyentuh tanah atau jauh dari jangkauan kaki. 16

e. Heading (Sundulan Kepala) Gambar 5. Teknik Heading Fungsi heading ini sebagai alat pembendung (blocking) atau smes juga digunakan sebagai umpan. f. Memaha Gambar 6. Teknik Memaha Fungsi memaha bola adalah sebagai penahan smes atau sepak mula. g. Mendada Gambar 7. Teknik Mendada 17

Fungsi mendada bola adalah sebagai penahan bola smes atau sepak mula. h. Menapak Gambar 8. Teknik Menapak Fungsi menapak bola ini adalah sebagai alat serangan dengan cara menekan bola umpan yang berada di bibir net. i. Sepak mula (Servis) Gambar 9. Teknik Sepak mula Fungsi sepak mula adalah sebagai awal dari permainan. 18

j. Smash kedeng Gambar 10. Teknik Smash Kedeng Fungsi smes kedeng adalah sebagai alat serangan untuk bola di daerah lawan. k. Blocking Gambar 11. Teknik Blocking Fungsi blocking adalah sebagai alat pertahanan untuk menggagalkan serangan lawan. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 16), teknik dasar bermain sepaktakraw adalah: (1) Sepakan/ menyepak, meliputi; sepak sila, sepak kuda, sepak cungkil, menapak, dan sepak badek/ sepak simpuh. (2) Main kepala (heading), meliputi; dahi, samping kanan kepala, samping kiri kepala, belakang kepala. (3) Mendada, (4) Memaha, dan (5) Membahu. Sedangkan menurut Fouzee yang dikutip dalam Husni Thamrin 19

dkk (1995: 6), keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh seorang pemain untuk bermain sepaktakraw ialah: sepak sila, sepak kuda, sepak cungkil, menapak, memaha, badek, mendada, membahu, menanduk dengan dahi, menanduk dengan belakang kepala, menanduk dengan sisi kanan dan kiri. Menurut PB. PERSETASI (1999: 4-25), teknik-teknik dalam bermain sepaktakraw meliputi: a. Sepak sila Sepak sila adalah menyepak bola menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila digunakan untuk menerima dan menguasai (menimang bola), mengumpan dan menyelamatkan serangan lawan (pertahanan). b. Sepak kuda (sepak kura) Sepak kuda adalah menyepak bola dengan menggunakan kura kaki atau punggung kaki. Sepak kuda digunakan untuk memainkan bola yang datangnya rendah dan keras atau kencang, pertahanan, megawal atau menguasai bola dalam usaha penyelamatan bola. c. Sepak cungkil Sepak cungkil adalah menyepak bola denga menggunakan ujung kaki. Sepak cungkil digunakan untuk mengambil dan menyelamatkan bola yang jauh dan rendah. d. Sepak tapak (menapak) Sepaktapak atau menapak adalah sepakan atau menyepak bila dengan menggunakan telapak kaki. Menapak digunakan untuk smes ke pihak lawan, servis dropshot, menahan smes dari pihak lawan, menyelamatkan atau mengambil bola dekat atau di atas net. e. Sepak badek Sepak badek adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian luar atau samoing luar. Sepak badek digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan, menyelamatkan smes dari lawan, mengontrol atau menguasai bola dalam usaha penyelamatan. f. Sepak mula Servis atau sepakmula adalah awal dari permainan sepaktakraw. Sepak mula dilakukan oleh tekong ke arah lawan dan merupakan cara kerja yang penting karena skor atau angka dapat diperoleh oleh regu yang melakukannya. g. Block (menahan) Blok atau menahan adalah salah satu dari beberapa cara gerak kerja bertahan. Blok yang baik dapat menahan bola smes dan kembali ke 20

lapangan lawan. Blok dapat dilakukan dengan utngkai kaki, atau dengan punggung badan. h. Kepala (heading) Main kepala atau heading adalah memainkan bola dengan kepala. Teknik ini dapat digunakan untuk emberi umpan kepada teman, melakukan serangan i. Memaha Memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola. Memaha digunakan untuk menahan, menerima, dan menyelamatkan serangan dari lawan, membentuk dan menyusun serangan. j. Mendada Mendada adalah memainkan bola dengan dada. Mendada dapat digunakan untuk mengontrol bola. k. Membahu Membahu adalah memainkan bola dengan dbagian bahu yaitu antar batas lengan dengan leher. Membahu digunakan dalam usaha mempertahankan serangan dari pihal lawan yang mendadak atau tibatiba, di mana pihak bertahan dalam keadaan terdesak dan dalam posisi yang kurang baik. l. Smash Smash adalah mengembalikan bola ke lawan dengan tajam dan keras dengan tujuan mematikan lawan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur teknik dasar bermain sepaktakraw ialah teknik menyepak, teknik memainkan dengan kepala, teknik mendada, teknik memaha dan teknik membahu. Teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain sepaktakraw banyak ragamnya, peneliti hanya menentukan faktor-faktor keterampilan bermain sepaktakraw yang sangat dominan dipakai dalam permainan sepaktakraw, yaitu sepakmula, sepaksila, sepakkuda, heading dan smash. Hal ini disebabkan karena teknik dasar di atas merupakan teknik yang dominan sering dipakai dalam bermain sepaktakraw. 21

4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, seorang guru perlu mengetahui benar sifat-sifat serta karakteristik tersebut agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat. Anak SD memiliki rentang usia antara 6 sampai 12 tahun, yang berada dalam masa yang banyak mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Perkembangan fisik intelektual anak usia 6-12 tahun nampaknya cenderung lamban. Pertumbuhan fisik anak menurun terus, kecuali pada akhir periode tersebut, sedangkan kecakapan motorik terus membaik (Mulyani Sumantri, 2008: 21). Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116-117) masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase dan masing-masing fase tersebut memiliki ciri-ciri sendiri. 1. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar. Ciri-ciri anak masa kelas rendah adalah: a) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b) Suka memuji diri sendiri. c) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaannya itu dianggap tidak penting. d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, dan e) Suka meremehkan orang lain. 2. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Ciri-ciri anak masa kelas tinggi adalah: a) Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. b) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. c) Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus. d) Anak memandang bahwa nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. e) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. 22

Siswa SD sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya dalam kategori masa pertumbuhan menginjak remaja, pada usia ini sangat mudah karena pengaruh terhadap hal-hal yang negative, upaya yang paling efektif adalah mengarahkan mereka untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif, salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Dalam kegiatan ini siswa akan mendapatkan nilai-nilai yang positif, yaitu pengembangan minat dan bakat yang dimilikinya. 5. Hakikat Ekstrakurikuler Menurut Asep Herry Hernawan, dkk (2008: 12.1), Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah ataupun luar sekolah. Tujuan program ekstrakurikuler adalah untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat, minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia sutuhnya. Kegiatan Ekstrakurikuler dan kegiatan kegiatan kurikuler memiliki pola hubungan yang bermacam-macam. Ada beberapa model pola hubungan yang mungkin terjadi antara program kurikuler dengan ekstrakurikuler. Menurut Asep Herry Hernawan, dkk (2008: 12.9), ada 4 model hubungan yaitu Model terpisah, Model berkaitan, Model Konsentris, dan Model Siklus. Setiap model memiliki cirri kekhasan tersendiri yang menuntut cara pengelolaan yang baik. 23

Terdapat beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di sekolah yaitu ekstrakurikuler sepaktakraw, bolavoli, pramuka, dan masih banyak lagi kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tujuan yang hampir sama yaitu untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan siswa mengingat terbatasnya jam pelajaran yang disediakan sekolah untuk program ekstrakurikuler. B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian telah dilakukan oleh mahasiswa yang mempunyai kaitan terhadap masalah yang peneliti tulis pada cabang olahraga sepaktakraw, diantaranya adalah: 1. Muhamad Muhsin (2008), yang berjudul Tingkat Keterampilan Bermain Sepaktakraw Mahasiswa PJKR Non Reguler Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 54 mahasiswa yang mengikuti tes keterampilan bermain sepaktakraw terdapat 3 orang atau 5,55% berkategori Sangat baik, 16 orang atau 29,63% berkategori Baik, 17 orang atau 31,48% berkategori Sedang, 15 orang atau 27,78% berkategori kurang dan 3 orang atau 5,55% berkategori Sangat kurang. 2. Rogertato (2008), yang berjudul Tingkat Keterampilan Bermain Sepaktakraw Siswa Sekolah Sepak Takraw (SST) Putra Tama di Kabupaten Kulon Progo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 orang siswa 24

yang mengikuti tes keterampilan bermain sepaktakraw terdapat 2 Orang siswa atau 10% yang mendapat kategori Baik Sekali, 15 siswa atau 75% berkategori Baik, 2 siswa atau 10% berkategori Sedang dan hanya 1 siswa atau 5% berkategori Kurang. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teroritik di atas bahwa cabang permainan sepaktakraw merupakan cabang permainan yang sangat kompleks. Untuk dapat bermain sepaktakraw yang baik, seseorang dituntut harus menguasai beberapa teknik yang merupakan teknik dasar dalam bermain sepaktakraw. Suatu keterampilan akan efektif jika dilakukan melalui praktik secara terus-menerus dan sistematis dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran tingkat keterampilan bermain sepaktakraw yang dilakukan di SD Negeri Plaosan merupakan satu upaya yang dilakukan pelatih atau guru untuk mengetahui perkembangan siswa dalam menguasai keterampilan bermain sepaktakraw. Tes keterampilan bermain sepaktakraw yang dilakukan terhadap Siswa SD Negeri Plaosan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pembina atau guru untuk mengetahui perkembangan siswa dalam menguasai keterampilan bermain sepaktakraw. Dengan teridentifikasinya tingkat keterampilan sepaktakraw Siswa SD Negeri Plaosan yang mengikuti ekstrakurikuler sepaktakraw, diharapkan dapat dijadikan sebagai cermin bagi proses pembelajaran dan pembinaan selanjutnya agar dapat meningkatkan prestasi sepaktakraw khususnya Siswa SD Negeri Plaosan dan insan olahraga di Kabupaten Purworejo umumnya serta berhasil dalam mencapai tujuan. 25