BAB I PENDAHULUAN. banyak permasalahan seperti persoalan ketertiban, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. dampak secara langsung kepadatan lalu lintas di berbagai daerah di Indonesia.

( ) (Siti Aisyah Adjmil M)

Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata 1. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

BAB II KAJIAN TEORI. kerangka pemikiran. Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres Berkendara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. a. Pengukuran Validitas dan Realibilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tingkat Adversity Quotient Peserta Didik MTs Darul Karomah

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Sejarah ketenagalistrikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB III LANDASAN TEORI. Tata cara berlalu lintas dijelaskan pada Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

ANALISIS TINGKAT PELANGGARAN KENDARAAN LALU LINTAS TERHADAP PENDAPATAN DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV KORELASI ANTARA PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI MA YIC BANDAR BATANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Garmen. Dimana jurusan ini diambil pada saat kelas X. SMK Muhammadiyah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PAUD Sahabat Ananda berada di Perumahan Puncak Permata Sengkaling blok

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi pemandangan sehari-hari bila jalan protokol di Jakarta dipadati

BAB IV ANALISIS KORELASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA SMP MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

KUESIONER PENELITIAN

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL)

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Asrama Polisi Bojong Kota Tasikmalaya Terletak di Propinsi Jawa Barat,

BAB IV ANALISIS KORELASI ANTARA PEMBERIAN INSENTIF DENGAN KINERJA GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memerlukan sarana dan prasarana umum yang memenuhi semua aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB IV HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI SALAFIYAH BEJI TULIS BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat, di samping sarana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. telah disebarkan di lingkungan SMK Telkom Sandy Putra Jakarta dan telah

Tabel 1. Tabel Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran 1

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. dengan buku panduan ini, sebagai salah satu dari media komunikasi visual buku

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB IV HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STAIN PEKALONGAN JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. a. Karakteristik responden berdasarkan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian. Identitas Subjek Frekuensi Presentase.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dunia motor otomotif di Indonesia semakin pesat, disertai tuntutan masyarakat modern untuk mempunyai mobilitas yang tinggi, hal ini mendorong terjadi tingginya angka penjualan kendaraan bermotor yang memberikan dampak secara langsung kepadatan lalu lintas di berbagai daerah di Indonesia. Padatnya lalu lintas disebabkan oleh meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor yang menimbulkan banyak permasalahan seperti persoalan ketertiban, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas. Semakin meningkatnya pengguna jalan raya berarti semakin padatnya arus lalu lintas. Seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor, jumlah kecelakaan masih didominasi oleh kendaraan bermotor. Menurut Priyono (2007) (dalam Arifin, 2011), safety riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keselamatan dalam berkendara, untuk menciptakan suatu kondisi yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya. Hal ini dapat memberikan pemahaman dengan benar pentingnya safety riding yang diharapkan dapat menekan angka kecelakaan di Indonesia. Berbicara safety riding, dalam sebuah komunitas motor, untuk memahami dan melaksanakan sebuah aturan dan norma safety riding dalam kelompok tersebut, diperlukan suatu konformitas. Konformitas akan terjadi apabila seorang sudah menyadari adanya suatu norma dan ia akan berperilaku sesuai dengan norma tersebut (Hollandor dalam Indrawijaya, 2010; 81). Aspek-aspek yang diperlukan dalam konformitas yaitu adanya kepatuhan dalam menjalankan norma dan menginternalisasi norma tersebut. Internalisasi norma dalam hal ini yaitu menginternalisasi norma safety riding yang tepat sehingga dapat

dikatakan seorang anggota komunitas motor dapat memberikan contoh yang baik bagi pengendara yang lain. Salah satu alasan dari konformitas adalah keinginan agar diterima secara sosial. Ini dinamakan normative influence (pengaruh normatif). Pengaruh normatif terjadi ketika orang mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar diterima secara sosial (Taylor, 2009; 259). Pengaruh normatif secara tidak langsung menimbulkan terjadinya proses internalisasi norma. Dalam tindakan mematuhi norma-norma kelompok tanpa dipaksa itu dapat dikatakan bahwa orang yang bersangkutan telah menginternalisasi norma-norma kelompoknya (internalisation of group-norms). Dengan kesadarannya sendiri, ia mematuhi norma-norma kelompok sebagai norma-normanya sendiri (Gerungan, 2009; 107). Dalam penelitian ini, diharapkan proses internalisasi norma kelompok memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku safety riding pada anggota kelompok tersebut. Peneliti tertarik untuk membahas hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang terjadi pada komunitas motor Vario Owner Club Malang yang mengungkapkan bahwa perilaku safety riding dalam berkendara di jalan masih kurang dari apa yang diharapkan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijabarkan, maka secara singkat masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat internalisasi norma pada anggota kelompok Vario Owner Club Malang? 2. Bagaimana tingkat safety riding pada anggota kelompok Vario Owner Club Malang? 3. Bagaimana hubungan internalisasi norma terhadap safety riding pada anggota kelompok Vario Owner Club Malang?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami tingkat internalisasi norma pada anggota kelompok Vario Owner Club Malang. 2. Untuk mengetahui dan memahami tingkat safety riding pada anggota kelompok Vario Owner Club Malang. 3. Untuk mengetahui dan memahami hubungan internalisasi norma terhadap safety riding pada anggota kelompok Vario Owner Club Malang. BAB II KAJIAN TEORI 1. Norma Kelompok Norma kelompok ialah norma-norma tingkah laku yang khas antara anggota-anggota kelompok. Namun ini bukan berarti norma rata-rata mengenai tingkah laku yang sebenarnya terjadi dalam kelompok itu, melainkan merupakan pedoman- pedoman untuk tingkah laku individu (Ahmadi, 2007; 100). Menurut Abu Ahmadi (2007; 102), adapun macam-macam norma sosial yang berada di dalam norma kelompok, diantaranya: a. Norma kelaziman (volkways), yaitu norma -norma yang diikuti tanpa berpikir panjang melainkan hanyalah didasarkan atas tradisi atau kebiasaan. Norma ini tidak memerlukan sangsi atau ancaman hukuman untuk berlakunya. Misalnya dalam komunitas motor yaitu keikutsertaan touring, cara bersalaman sesama bikers, dan sebagainya. b. Norma kesusilaan (mores), biasanya dihubungkan dengan keyakinan keagamaan. Barang siapa yang melanggar kesusilaan biasanya tidak ada hukumnya. Misalnya

dalam komunitas motor ada anggota yang melakukan tindak asusila, berbuat agresif di jalan, dan lainnya. c. Norma hukum, yang tertulis misalnya: hukum pidana, hukum perdata, anggaran rumah tangga atau anggaran dasar pada komunitas motor, dan lain-lain. Sedangkan yang tidak tertulis misalnya hukum adat. Orang yang melanggarnya akan mendapatkan sangsi atau hukuman. d. Mode (fashion), biasanya dilakukan dengan tiru-tiru atau iseng-iseng saja. Mode ini di dalam masyarakat biasanya sangat cepat berkembang. Pada dasarnya orang mengikuti mode adalah untuk mempertinggi gengsinya menurut anggapannya. Seringkali dijumpai pada anggota komunitas motor yang memodifikasi motornya hanya agar terlihat keren, bukan karena kebutuhan. 2. Internalisasi Norma Moore and Fine mendefinisikan internalisasi sebagai proses ketika aspek dunia luar dan interaksi dengan dunia tersebut dibawa ke dalam organisme dan direpresentasikan dalam struktur internalnya. Sedangkan menurut Walrond-Skinner, internalisasi adalah proses dimana individu mentransfer hubungannya dengan obyek eksternal ke dalam dunia internalnya (dalam jurnal Ekwutosi dan Moses, 2013). 3. Safety Riding Menurut Priyono (2007) (dalam Arifin, 2011), safety riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keselamatan dalam berkendara, untuk menciptakan suatu kondisi yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.

BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian korelasional. Sedangkan metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Sifat penelitian yang digunakan adalah penjelasan ( explanatory) yaitu untuk menjelaskan tentang Hubungan Internalisasi Norma terhadap Safety Riding pada Komunitas Vario Owner Club Malang. Tabel Konsep, Variabel, dan Indikator Konsep Variabel Indikator Internalisasi norma kelompok Perilaku safety riding atau keselamatan berkendara Internalisasi norma (X) Safety Riding (Y) 1. Norma kelaziman 2. Norma kesusilaan 3. Norma hukum 4. Mode 1. Sebelum berkendara 2. Ketika berkendara individu maupun dalam kelompok Internalisasi Norma (X) Gambar Skema Variabel Penelitian Safety Riding (Y) Dari skema variabel penelitian di atas dapat diketahui bahwa variabel bebas, yaitu internalisasi norma berhubungan dengan variabel terikat, yaitu safety riding. a. Skala Internalisasi Norma Skala internalisasi norma dibuat berdasarkan macam-macam norma sosial yang mengikat kesatuan kelompok yang dikemukakan oleh Ahmadi (2007; 102), adapun macam-macam norma sosial tersebut: 1) Norma kelaziman (volkways); 2) Norma kesusilaan (mores); 3) Norma hukum; 4) Mode (fashion).

Tabel Blue Print Skala Internalisasi Norma Indikator No. Item Jumlah Norma kelaziman 3, 4, 5, 8 4 Norma kesusilaan 2, 9, 10 3 Norma hukum 1, 6, 7, 11, 12, 13 6 Mode 14, 15, 16 3 Jumlah 16 b. Skala Safety Riding Skala safety riding dibuat berdasarkan kategori safety riding yang telah dijelaskan UU No.22 Tahun 2009 BAB VII tentang kendaraan, BAB VIII tentang pengemudi, dan BAB IX tentang Lalu lintas bagian keempat tata cara berlalu lintas dapat disimpulkan indikator safety riding dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1) Sebelum berkendara, meliputi persyaratan kendaraan bermotor serta pengendara bermotor; 2) Ketika berkendara, meliputi tata cara berkendara di lalu lintas. Tabel Blue Print Skala Safety Riding Indikator No. Item Jumlah Sebelum berkendara 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9 8 Ketika berkendara 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15 7 Jumlah 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel Kategorisasi Tingkat Internalisasi Norma pada Vario Owner Club Malang Item X skor 1 2 3 4 Total x2 7 24 31 x3 1 16 14 31 x4 11 17 3 31 x5 1 21 9 31 x6 7 18 6 31 x7 2 2 17 10 31 x8 8 23 31 x9 11 20 31 x10 1 8 22 31 x11 13 18 31 x12 11 20 31 x14 8 14 8 1 31 x15 9 13 7 2 31 x16 8 14 6 3 31 Total 27 64 168 175 434 Prosentase 6.22% 14.75% 38.71% 40.32% 100.00% Dari tabel dapat diketahui kategorisasi tingkat internalisasi norma pada Vario Owner Club Malang berada pada skor 4 yaitu sangat setuju sebesar 40.32% dengan total skor 175. Selain itu pada skor 3 yaitu setuju dengan total 168 (38.71%), skor 2 yaitu tidak setuju dengan total 64 (14.75%), dan pada skor 1 yaitu sangat tidak setuju sebesar 6.22% dengan total skor 27. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat internalisasi norma pada Vario Owner Club Malang tinggi dengan prosentase 40.32% yang menjawab sangat setuju dengan total skor 175. Sedangkan untuk mengetahui tingkat safety riding pada komunitas Vario Owner Club Malang, dijelaskan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi di bawah ini:

Tabel Kategorisasi Tingkat Safety Riding pada Vario Owner Club Malang Item Y skor 1 2 3 4 Total y1 14 17 31 y2 9 22 31 y3 1 21 9 31 y4 1 16 14 31 y5 13 18 31 y6 15 16 31 y7 1 14 16 31 y8 1 11 19 31 y9 15 16 31 y10 16 15 31 y11 15 16 31 y12 1 14 16 31 y13 9 22 31 y14 10 21 31 y15 1 10 20 31 Total 1 5 202 257 465 Prosentase 0.22% 1.08% 43.44% 55.27% 100.00% Dari tabel dapat diketahui kategorisasi tingkat safety riding pada Vario Owner Club Malang berada pada skor 4 yaitu sangat setuju sebesar 55.27% dengan total skor 257. Selain itu pada skor 3 yaitu setuju dengan total 202 (43.44 %), skor 2 yaitu tidak setuju dengan total 5 (1.05%), dan pada skor 1 yaitu sangat tidak setuju sebesar 0.22% dengan total skor 1. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat safety riding pada Vario Owner Club Malang tinggi dengan prosentase 59.22% yang menjawab sangat setuju dengan total skor 257.

Tabel Hasil Uji Korelasi Correlations Internalisasi Norma Safety Riding Internalisasi Safety Riding Norma Pearson Correlation 1.275 Sig. (1-tailed).067 N 31 31 Pearson Correlation.275 1 Sig. (1-tailed).067 N 31 31 Berdasarkan hasil tabel dapat diketahui taraf koefisien korelasi dengan menggunakan Product Moment dari Pearson sebesar 0, 275 dan bernilai positif (+), dimana nilai korelasi 0, 275 mendekati 1. Koefisien korelasi menunjukkan besarnya nilai korelasi dan jenis/arah korelasi. Besarnya korelasi antara internalisasi norma dengan safety riding yang didapatkan yaitu sebesar 0,275. Sedangkan nilai korelasi yang bernilai positif, menunjukkan bahwa variabel-variabel berkorelasi positif, yaitu jika variabel yang satu meningkat, maka variabel lainnya cenderung mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa jika internalisasi norma seseorang tinggi, maka safety ridingnya juga cenderung tinggi. Selain itu diketahui bahwa taraf signifikansi yang didapatkan adalah sebesar 0, 067 dimana 0, 067 > 0, 05. Dengan demikian hubungan antara internalisasi norma dengan safety riding pada komunitas Vario Owner Club Malang tidak signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara internalisasi norma dengan safety riding pada komunitas Vario Owner Club Malang ditolak. Dengan ditolaknya hipotesis, berarti dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara internalisasi norma dengan safety riding pada komunitas Vario Owner Club Malang.

BAB V KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil tabel distribusi frekuensi dapat diketahui kategorisasi tingkat internalisasi norma pada Vario Owner Club Malang berada pada skor 4 yaitu sangat setuju sebesar 40.32% dengan total skor 175. Selain itu pada skor 3 yaitu setuju dengan total 168 (38.71%), skor 2 yaitu tidak setuju dengan total 64 (14.75%), dan pada skor 1 yaitu sangat tidak setuju sebesar 6.22% dengan total skor 27. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat internalisasi norma pada Vario Owner Club Malang tinggi dengan prosentase 40.32% yang menjawab sangat setuju dengan total skor 175. 2. Dari hasil tabel distribusi frekuensi diketahui kategorisasi tingkat safety riding pada Vario Owner Club Malang berada pada skor 4 yaitu sangat setuju sebesar 55.27% dengan total skor 257. Selain itu pada skor 3 yaitu setuju dengan total 202 (43.44%), skor 2 yaitu tidak setuju dengan total 5 (1.05%), dan pada skor 1 yaitu sangat tidak setuju sebesar 0.22% dengan total skor 1. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat safety riding pada Vario Owner Club Malang tinggi dengan prosentase 55.27% yang menjawab sangat setuju dengan total skor 257. 3. Berdasarkan hasil uji korelasi pada SPSS 21.00 dapat diketahui taraf signifikansi yang didapatkan adalah sebesar 0, 067 dimana 0, 067 > 0, 05. Dengan demikian internalisasi norma dengan safety riding pada komunitas Vario Owner Club Malang tidak ada korelasi yang signifikan. Sedangkan taraf koefisien korelasi sebesar 0, 275 dan bernilai positif (+) menunjukkan bahwa internalisasi norma dan safety riding memiliki hubungan positif yang mana menunjukkan bahwa variabel-variabel berkorelasi positif, yaitu jika variabel yang satu meningkat, maka variabel lainnya cenderung mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa jika internalisasi norma seseorang tinggi, maka safety ridingnya juga cenderung tinggi.