Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusun Bumi Cengkareng Indah)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB V STRATEGI PRIORITAS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN CILOSEH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan sangat pesat. Masyarakat berbondong-bondong datang ke kota

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

PASAR INDUK CENGKARENG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Kerap kali istilah Rumah ku, istanaku sering diucapkan,kata-kata yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1151

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

Elemen permukiman dengan ketidak layak hunian sedang. Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

ANALISIS PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU CIPONDOH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA SUKABUMI

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

HUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA di kelurahan pudak payung kec banyumanik, semarang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan suatu proses perencanaan

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

Transkripsi:

Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusun Bumi Cengkareng Indah) Fransach Adi Putra 1, Aditianata 1 1 Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul,Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510 fransachap@gamail.com Abstrak Salah satu cara memenuhi kebutuhan perumahan yang tinggi dan keterbatasan lahan di pusat kota adalah membangun rumah susun, seperti Rusunawa cengkareng.rumah susun tersebut merupakan tanggung jawab Pemerintan dan Pengelolah agar masyarakat dapat memiliki hunian yang layak, kususnya bagi masyarakat berpengasilan rendah, yang membutukan fasilitas lingkungan yang menunjang untuk penguni rusunawa melakukan aktifitas sehari-hari dan pelayanan yang diberikan pengelola Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi mengenai tingkat pelayanan fasilitas lingkungan dirusunawa.studi ini bertujuan untuk melihat tingkat pelayanan dan minat masyarakat dalam mengunakan fasilitas lingkungan yang ada dirusunaw adan apakah fasilitas lingkungan yang ada dirusunawa sudah sesuai dengan standar SNI (2003) dan keputusan Menteri permukiman dan prasarana wilayah no. 534/KPTS/M/2001. Kata Kunci: Rumah Susun,Tingkat Pelayanan, Fasilitas Lingkungan PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal atau perumahan diperkotaan. Peningkatan permintaan akan perumahan secara nasional sangat menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi akan tetapi hal ini hanya menjadi prospektif bagi penyediaan rumah untuk kalangan menengah atas. Kebutuhan akan tempat tinggal atau rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic needs) manusia yang pemenuhannya tidak dapat ditangguhkan selain pangan dan sandang. Di sisi lain, masyarakat mempunyai kemampuan terbatas dalam hal pengadaan tempat tinggal. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mendapatkan lahan yang legal di pusat kota ditambah dengan biaya yang tidak sedikit. Sehingga masyarakat berpenghasilan rendah menempati tanah-tanah secara illegal di sepanjang jalur kereta api, kuburan, tebing tinggi, pinggiran sungai dan lahan-lahan terlantar lainnya. Tindakan tersebut mengakibatkan timbulnya permukiman liar (squatter) yaitu lahan yang tidak ditetapkan untuk hunian atau penempatan lahan yang bukan miliknya (Budihardjo, 1997 : 12). Pengembangan Rumah Susun (Rumah Susun Sederhana Sewa) kini tengah digencarkan oleh pemerintah tepatnya Kementerian Perumahan 1 Rakyat. Pembangunan Rumah Susun diseluruh Indonesia masuk kedalam salah satu programpengembangan Rumah Susun (Rumah Susun Sederhana Sewa) kini tengah digencarkan oleh pemerintah tepatnya Kementerian Perumahan Rakyat. Pembangunan Rumah Susun diseluruh Indonesia masuk kedalam salah satu program pemerintah pusat yang dikenal dengan nama Program Seribu Tower. Program ini merupakan salah satu kebijakan strategis yang dianggap tepat karena melihat pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup pesat pertahunnya. Namun nyatanya dalam proyek pembangunan rumah susun 1.000 tower sampai kini masih belum terealisasi secara penuh. Menurut Deputi Kementerian Perumahan Rakyat Bidang Perumahan Formal Pangihutan Marpaung dari 1.000 tower baru 138 tower selesai. Realisasi pembangunan rusun 1.000 tower baru tercapai 138 tower atau kurang lebih 10 persen dengan rata rata pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 2,5 % per-tahun maka menurut ahli demografi sampai tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai dua kali lipat dari jumlah sekarang. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan jangka panjang kedepan untuk mengantisipasi kebutuhan penduduk akan permukiman atau tempat tinggal. Pada dasarnya meningkatnya jumlah penduduk didaerah perkotaan, menyebabkan peningkatan kebutuhan prasarana pelayanan kota termasuk salah satu upaya pemerintah Daerah DKI Jakarta

dalam memenuhi kebutuhan dengan melihat keterbatasan dan harga lahan yang tinggi adalah sistem perumahan vertikal dalam sistem perumahan vertikal dalam bentuk Rumah Susun. Tujuan dari pembangunan Rumah Susun menurut pola induk pembagunan Rumah Susun yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011. Pada tahun 1995 pemerintah memprakarsai pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa di Cengkareng yang diperuntukan bagi pemukim yang berada dibantaran sungai Angke,tempattempatkumuh di sekitar Jakarta Barat, dibawah jembatan layang atau dibawah jalan tol dalam kota dan menampung korban banjir Jakarta pada tahun 2002. Kebijakan pembangunan rumah susun tersebut merupakan salah satu alternatif dalam penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di Jakarta Barat, Rumah Susun Sederhana Sewa Cengkareng dirancang dengan pola pengelolaan yang memiliki peraturanperaturan untuk pengelola maupun penghuni rumah susun. memungkinkan terbentuknya sistem kehidupan yag lebih maju didalam masyarakat. Menurut Amos Rappoport, pengertian kota dibagi menjadi dua definisi, yaitu definisi klasik dan definisi modern. a) Definisi Klasik Kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat, permanen dan terdiri dari kelompok individu yang heterogen dari segi sosial. b) Definisi Modern Kota adalah suatu permukiman yang dirumuskan bukan dari ciri morfologi kota, tetapi dari suatu fungsi yang menciptakan ruang-ruang efektif Pengertian Rumah Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana binaan keluarga. (Turner 1972:51) menyatakan bahwa rumah (housing) mengandung arti sebagai komoditi dan sebagai proses. Sebagai komoditi, rumah merupakan produk yang bersifat ekonomis dan dapat diperjualbelikan berdasar permintaan dan penawaran. Sebagai proses, rumah menggambarkan aktivitas manusia yang menjadi proses penghuni rumah tersebut yang dapat meningkat sesuai dengan kondisi sumber daya yang ada serta pandangan atas kebutuhan sesuai persepsinya. Pengertian Permukiman Kota Gambar 1.1 Peta Orientasi Pada umumnya, cikal bakal sebuah kota berasal dari adanya permukiman. Sejak ribuan tahun lalu, permukiman sudah ada sebagai bentuk perlindungan kepada penduduk, baik dari kelompok masyarakat yang mempunyai hubungan keluarga maupun campuran dari berbagai kelompok masyarakat. Berkembangnya kota juga terjadi secara bertahap dari berbagai sistem yang ada, baik dari sistem pertanian dan peternakan, serta kemajuan dalam bidang teknologi yang Permukiman adalah paduan perumahan dan kehidupan manusia yang menempatinya, komposisi unsur permukiman juga beraneka ragam. Ada satuan pemukiman yang unsur alamnya dominan, namun ada juga yang unsur buatannya lebih berperan. Begitu pula dengan kegiatan yang ditampung beraneka ragam. Ada permukiman yang hanya untuk tinggal, ada pula yang menghasilkan produk (industri) ada pula yang memberikan jasa pelayanan. Adanya suatu dorongan, daya tarik dan hubungan sebab akibat yang tertentu. Konsentrasi awalnya hanya terdiri dari puluhan atau ratusan orang, tetapi kemudian membesar hingga belasan juta orang. Pengertian Rumah Susun Rumah susun sederhana sewa dan aktivitas manusia merupakan sesuatu hal yang memiliki keterkaitan erat. Hal ini dapat dilihat dari interaksi diantara empat komponen dasar yaitu sistem kegiatan, pola kegiatan, perilaku orang, serta prasarana dan sarana rumah susun sederhana 2

sewa. Keempat komponen dasar tersebut berinteraksi sehingga membentuk sistem berinteraksi penguni rusun untuk saling bersosialisi antar penghuni. Standar Pelayanan Minimum Adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal (SPM) juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan layanan Umum terhadap masyarakat. Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal adalah tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001). Fasilitas Rumah Susun Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-3004) mengenai Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, Rumah Susun haruslah memiliki fasilitas lingkungan, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan Rumah Susun atau sesuai rencana tata ruang kota). Fasilitas Rumah Susun Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial dan budaya.fasilitas lingkungan dalam Rumah Susun dan lingkungannya harus disediakan : - Ruangan atau bangunan untuk tempat berkumpul melakukan kegiatan masyarakat, tempat bermain anak-anak dan kontak sosial lainnya sesuai standar yang berlaku. - Ruangan atau bangunan untuk kebutuhan sehari-hari sesuai standar yang berlaku, seperti kesehatan, pendidikan, peribadatan, olahraga dan ruang terbuka hijau. 3 Gambaran Rumah Susun Metode penelitian merupakan sebuah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan peneltian. Tujuan penelitian itu sendiri adalah memecahkan permasalahan yang ada didalam realita sosial. Adapaun fungsi dari metode penelitian yaitu menjelaskan proses dan cara kerja penelitian sewaktu dilapangan. Karena semakin jelas dan detail metode penelitian yang digunakan, semakin mudah pula nantinya terjun ke lapangan. Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jawaban dari situasi pada wilayah studi dengan mengumpulkan data yang bersifat kuantitaif atau statistik sebagai acuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. Teknik Pengumpulan Data Gambar 1.2 Siteplan Rumah Susun Cengkareng Rumah susun Sederhana Sewa Perumnas Cengkareng adalah Rumah susun yang diperuntukkan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, berada di lingkungan Bumi Cengkareng Indah dan berdiri diatas lahan seluas 14 HA dan dibangun dalam tiga tahap. Didalam kawasan terdapat 1.920 unit tipe 21 dan tipe 24. Penghuni diseleksi berdasarkan peminat yang mendaftar. Rusun ini dibangun dalam 3 tahap, yaitu tahap I tahun 1995, tahap II tahun 1997 dan G tahap III tahun 1999. Keseluruhan bangunan a terdiri atas 32 Twin Blok. m Metode Penelitian b Teknik pengumpulan data ditujukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya. Jenis data ada 2 (dua) yaitu data primer dan data

sekunder adapun cara pengumpulannya adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Primer Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkaitan dengan kondisi lingkungan, peran serta penghuni dalam pengelolaan lingkungan rumah susun sederhana sewa. 2. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain dapat berbentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini diperoleh dari hasil penelitian, artikel-artikel baik dari media cetak maupun elektronik, penelusuran pustaka dan dokumen resmi dari instansi terkait. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam identifikasi tingkat pelayanan rumah susun ini adalah jumlah penghuni Rumah susun Cengkareng sebagai pengguna fasilitas yang ada di Rumah susun sebagai tersebut. Aspek yang ditinjau untuk mengevaluasi fasilitas ini ada 6 yaitu: 1. Fasilitas pendidikan. 2. Fasilitas peribadatan. 3. Fasilitas kesehatan. 4. Fasilitas ruang terbuka hijau (taman). 5. Fasilitas umum. 6. Fasilitas niaga. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Karakteristik Fasilitas Lingkungan di Rumah Susun Dalam pembangunan Rumah Susun Cengkareng disediakan fasilitas lingkungan Rumah Susun harus dilengkapi dengan prasarana berupa, tempat fasilitas kesehatan, fasilitas umum, pendidikan niaga, pembuangan sampah sementara taman, peribadatan, tempat parkir. Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan di Rumah Susun Fasilitas Kesehatan Dari 100 kuesioner yang disebar dilokasi Rumah Susun Cengkareng, untuk penghuni Rumah Susun Cengkareng dengan pertanyaan sering tidaknya menggunakan fasiltas kesehatan yang ada dirumah Susun 23% responden menjawab sering dan 77% menjawab tidak pernah. Tabel 1.1 Fekuensi Penggunaan Fasilitas Kesehatan Sering 23 23 Tidak Sering 77 77 Persepsi Penghuni Terhadap Pelayanan Fasilitas Kesehatan Rumah Susun Cengkareng, untuk penghuni sudah puas atau tidak dengan pelayanan fasilitas kesehatan yang ada saat ini 47% responden menjawab puas dan 53% responden menjawab tidak puas, sebagian penghuni Rumah Susun Cengkareng yang menjawab suda puas responden tersebut sering menggunakan fasilitas kesehatan dan 53% responden menjawab tidak puas dikarenakan tidak pernah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di Rumah Susun Cengkareng. Tabel 1.2 Fekuensi Pelayanan Fasilitas Kesehatan Puas 47 47 Tidak 47 47 Berfungsi Fasilitas Pendidikan sering tidaknya menggunakan fasilitas pendidikan di Rumah Susun Cengkareng, 55% responden menjawab sering dan yang menjawab 45% responden menjawab tidak sering, karena sebagian besar penghuni lebih sering menggunakan fasilitas Pendidikan ada diluar Rumah Susun karena Rumah Susun dekat dengan SD, SMP dan SMA, Cengkareng dan sebagian lebih memilih fasilitas Pendidikan seperti TK 4

yang ada di Rumah Susun dikarenakan dekat dengan blok tempat tinggalnya. Tabel 1.3 Fekuensi Pengunaan Fasilitas Pendidikan Sering 55 55 Tidak Sering 45 45 Persepsi Penghuni Terhadap Kinerja Fasilitas Pendidikan bagaimana pendapat responden dengan kinerja fasilitas Pendidikan yang ada di Rumah Susun Cengkareng 72% responden responden menjawab berfungsi dan 28% responden responden menjawab tidak tidak berfungsi, sebagian responden yang menjawab membantu karena kebutuhannya sudah terpenuhi dan sebagian responden yang menjawab tidak membantu dikarenakan kebutuhannya tidak terpenuhi. Tabel 1.4 Fekuensi Pelayanan Fasilitas Pendidikan Puas 96 96 Tidak 4 4 Berfungsi Fasilitas Niaga sering tidaknya menggunakan fasilitas niaga di Rumah Susun Cengkareng 61% responden menjawab sering dan yang menjawab 39% responden menjawab, sebagian besar menggunakan fasilitas niaga yang didalam Rumah Susun Cengkareng seperti, pasar dadakan, minimarket dan ATM, dan sebagian responden lebih memilih menggunakan fasilitas niaga yang ada diluar Rumah Susun. Tabel 1.5 Fekuensi Pengunaan Fasilitas Niaga Sering 61 61 Tidak Sering 39 39 Persepsi Penghuni Terhadap Pelayanan Fasilitas Niaga Rumah Susun Cengkareng, untuk penghuni sudah puas atau tidak dengan pelayanan fasilitas niaga yang ada saat ini 70% responden menjawab puas dan 30% responden menjawab tidak puas, sebagian penghuni Rumah Susun Cengkareng yang menjawab sudah puas responden tersebut sering menggunakan fasilitas niaga dan responden menjawab tidak puas dikarenakan tidak pernah menggunakan fasilitas niaga yang ada di Rumah Susun Cengkareng. Tabel 1.6 Fekuensi Pelayanan Fasilitas Niaga Puas 70 70 Tidak Puas 30 30 Fasilitas Ruang Terbuka sering tidaknya menggunakan fasilitas Ruang Terbuka di Rumah Susun Cengkareng 82% responden menjawab sering dan yang menjawab 18% responden menjawab, sebagian besar menggunakan fasilitas ruang terbuka yang di dalam Rumah Susun Cengkareng seperti, lapangan olahraga, taman bermain dan sebagian responden lebih jarang menggunakan fasilitas ruang terbuka yang ada diluar Rumah Susun. 5

Tabel 1.7 Fekuensi Pengunaan Fasilitas Ruang Terbuka Sering 82 82 Tidak Sering 18 18 Fasilitas Peribadatan Sering tidaknya menggunakan fasilitas Peribadatan di Rumah Susun Cengkareng 85% responden menjawab sering dan yang menjawab 15% responden menjawab, sebagian besar menggunakan fasilitas Peribadatan yang didalam Rumah Susun Cengkareng seperti, Masjid dan Mushollah, dan sebagian responden jarang menggunakan fasilitas Peribadatan yang ada diluar Rumah Susun seperti gereja. Tabel 1.8 Fekuensi Pengunaan Fasilitas Peribadatan Sering 85 85 Tidak Sering 15 15 Persepsi Persepsi Penghuni Terhadap Pelayanan Fasilitas Peribadatan Rumah Susun Cengkareng, untuk penghuni sudah puas atau tidak dengan pelayanan fasilitas Peribadatan yang ada saat ini 88% responden menjawab puas dan 12% responden menjawab tidak puas, sebagian penghuni Rumah Susun Cengkareng yang menjawab sudah puas responden tersebut sering menggunakan fasilitas Peribadatan dan responden menjawab tidak puas dikarenakan jarang menggunakan fasilitas Peribadatan yang ada di Rumah Susun Cengkareng. Tabel 1.9 Fekuensi Pelayanan Fasilitas Niaga Puas 88 88 Tidak Puas 12 12 Fasilitas Umum sering tidaknya menggunakan fasilitas umum di Rumah Susun Cengkareng 84% responden menjawab sering dan yang menjawab 16% responden menjawab, sebagian besar menggunakan fasilitas Umum yang didalam Rumah Susun Cengkareng seperti,kantor Pengelola dan kantor RW dan RT dan tempat parkir, dan sebagian responden lebih jarang menggunakan fasilitas umum yang ada diluar Rumah Susun. Tabel 1.10 Fekuensi Pengunaan Fasilitas Umum Sering 84 84 Tidak Sering 16 16 Persepsi Penghuni Terhadap Pelayanan Fasilitas Umum Rumah Susun Cengkareng, untuk penghuni sudah puas atau tidak dengan pelayanan fasilitas Umum yang ada saat ini 72% responden menjawab puas dan 28% responden menjawab tidak puas, sebagian penghuni Rumah Susun Cengkareng yang menjawab sudah puas responden tersebut sering menggunakan fasilitas umum dan responden menjawab tidak puas dikarenakan tidak pernah menggunakan fasilitas umum yang ada di Rumah Susun Cengkareng 6

Tabel 1.11 Fekuensi Pelayanan Fasilitas Umum Puas 72 72 Tidak Puas 28 28 KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi fasilitas lingkungan yang disediakan oleh pengelola seperti fasilitas RTH (Ruang Terbuka Hijau), fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas niaga, fasilitas peribadatan, fasilitas umum. Kondisi fasilitas lingkungan yang ada di dalam Rumah Susun Cengkareng Seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas niaga, fasilitas umum, fasilitas rth dan diluar Rumah Susun seperti fasilitas peribadatan dan dari wawancara beberapa penghuni Rumah susun tidak mengeluhkan dengan kondisi fasilitas lingkungan yang ada di Rumah Susun karena menurut penghuni kondisi fasiitas yang ada, sudah terawat dengan baik. 2. Fasilitas yang disediakan pengelola Rumah Susun Cengkareng sudah sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) Pengelola sudah menyediakan fasilitas RTH (Ruang Terbuka Hijau), fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilits niaga, fasilitas peribadatan, fasilitas umum. 3. Penghuni rumah susun merasa kurang dengan fasilitas kesehatan yang ada dirumah susun tersebut. Terbuki dari hasil analisis yang telah dibuat. Penghuni rata-rata mengunakan fasilitas kesehatan yang ada diluar area rumah susun. DAFTAR PUSTAKA Andi Hamzah, 2000:28-35. Syarat-syarat Sarana dan Prasarana yang Harus dipenuhi dalam Pembagunan Rumah Susun. E.Cahyana, 2002: 23. Rumah Bukan Hanya Berfungsi Sosial Namun Juga 7 Sebagai Penunjang Usaha Ekonomi Seperti Kios, Wartel,Tempat Usaha dan Lain Sebagainya. Herdiansyah, 2010:17. MetodePenelitian juga Merupakan Serangkaian Hukum, Aturan, dan Tata Cara Tertentu yang Diatur dan Ditentukan Berdasarkan Kaidah Ilmiah. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: GraharaLimu. Kuswartojo, 2005:14. Pemukiman yang Berarti Kumpulan Tempat Tinggal Dengan Segala Unsur Kegiatan. Prastowo,2011:177. Metode Penelitian Merupakan Sebuah Cara yang Dilakukan Untuk Mencapai Tujuan Penelitian. Sugiyono, 2009:96.Pengertian Hipotesis Merupakan Jawaban Sementara Terhadap Rumusan Masalah Penelitian Telah Dinyatakan Dalam Bentuk Pertanyaan. Sudijono, 1996. Pengertian Evaluasi adalah Interaksi atau Penafsiran yang Bersumber pada Data Kuantitatif. S. Uyanto, Stanislaus. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: GrahaLimu. SNI NO: 03-7013-3004, Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rususn

Undang-undang Sederhana. Undang-undang Nomer 20 Tahun 2011 yangmengatur Tentang Rumah Susun. Undang-undang keputusan Menteri permukiman dan prasarana wilayah no. 534/KPTS/M/2001. 8