ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

IV. METODE PENELITIAN

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Menggunaka alat analisis RCA (Refealed comparative adventage) yang

ANALISIS PROYEKSI EKSPOR PRODUK UTAMA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Bulan September 2011 Masih Menguat, Naik 35% Dibanding September 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Judul :Analisis Daya Saing Eksport Tembakau Indonesia ke Pasar Jepang Periode Nama : Ida Bagus Mulya Iswara NIM : ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

Ekspor Bulan Juni 2011 Mencapai Rekor Baru Mendukung Tercapainya US$ 200 Miliar Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

3.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pada Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun )

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Kinerja Ekspor Bulan Agustus Mencapai Rekor Tertinggi di Tengah Kekhawatiran Dampak Krisis Global

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

ANALISIS DAYA SAING PERIKANAN INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA ASEAN LAINNYA DI PASAR ASEAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ANALYSIS COMPETITIVENES LEVEL EXPORT FRUIT INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

I. PENDAHULUAN meluasnya globalisasi produksi, distribusi dan pasar. Revolusi teknologi clan informasi

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Transkripsi:

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Farid Ustriaji Fakultas Ekonomi dan Bisnis PT. Bank Mandiri Tbk. fariedustriaji@gmail.com ABSTRACT Research aimed to investigate the growth, contribution, and also the competitiveness of excellent commodity exports comprising textile and textilebased products, electronics, rubber, rubber-palmed products and oil-palmed products, forest products, footwear, automotive, shrimp, cocoa, and coffee. In fact, this research revealed that: Some of those commodity exports exhibited the significant increase: The oil-palmed products were the most greatly contributive amongst commodity exports of which accumulation achieved first and total of exports reached during 2010-2014: The RCA formulation of oil-palmed products, footwear, cacao, coffee, rubber, and textile in 2010-2014 commodity exports had excellent competitiveness throughout international world. Keywords: Competitiveness, Growth, Contribution, Exports ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tentang pertumbuhan, kontribusi serta daya saing dari komoditi unggulan Indonesia yang terdiri dari tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik, karet dan produk karet,sawit dan produk sawit, produk hasil hutan, alas kaki,otomotif, udang, kakao, dan kopi. Hasil penelitian menunjukkan: Pada komoditi unggulan Indonesia dari beberapa komoditi tersebut mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan. Penyumbang kontribusi terbesar dari komoditi unggulan tersebut ada pada komoditi sawit yang mencapai peringkat pertama dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014. Dari perhitungan RCA menunjukan bahwa industri sawit, hasil hutan, alas kaki, kakao, kopi, karet, dan tekstil pada tahun 2010-2014 memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Kata Kunci: daya saing, pertumbuhan, kontribusi, ekspor. PENDAHULUAN Pasca revolusi di Inggris abad 19 telah mendorong pusut pusat industri baru di berbagai penjuru dunia yang kemudian di sebut sebagai dunia peradaban baru atau region of recent settlement pada peradaban dunia baru tersebut sangat di pengaruhi oleh aktivitas ekspor dan impor, terutama ekspor. Negara maju seperti Inggris, Perancis, Jerman dan negara maju lainya mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat karena pertumbuhan ekonominya berstandart pada aktivitas perdagangan terutama ekspor. Hal ini menunjukan bahwa ekspor merupakan kegiatan

perdagagan internasional yang telah menjadi mesin pertumbuhan bagi negara berkembang, dengan kegiatan ekspor negara berkembang dapat meningkatkan devisa sehingga akan meningkatkan kaekayaan atau pendapatan negara, secara tidak langsung juga dapat meningkatkan pendapatkan perkapita (the ekspor let growh hypothesis).(soekarwati;1991) Pada perdagangan bebas negara yang memiliki daya saing paling tinggi adalah sebagai negara pemenang, yang artinya negara tersebut juga menikmati keuntungan yang optimal dari perdagangan bebas, sedangkan untuk negara yang kurang atau gagal dalam melakukan daya saing akan sulit memiliki keuntungan dalam perdagangan bebas dan hanya cenderung menjadi pasar bagi Negara lain saja. Ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara untuk dikonsumsikan di luar batas negara tersebut. Lebih jelasnya menambahkan bahwa ekspor merupakan kelebihan produksi dalam negeri yang kemudian kelebihan produksi tersebut dipasarkan di luar negeri. Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapun daerah kepabeanan sendiri didefinisikan sebagai wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.(Hirman Hamidi,2007) Daya saing juga mengindikasikan terjadinya penguatan perekonomian domestik dengan orientasi dan daya saing global. Secara makro, teori globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah teori yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas/pasar bebas di seluruh dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif. Namun secara mikro, globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif bisnis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 150

dunia telah menjadi sedemikian homogen, seiring dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar domestik. Tentang kerja sama regional. mengemukakan bahwa kerja sama ekonomi dan keuangan, khususnya di bidang perdagangan internasional, saat ini mengarah pada pembentukan kerja sama guna mewujudkan integrasi ekonomi dan keuangan secara regional. (Ade Komarudin,2015). Daya saing diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. (Michael E porter. 2007). daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan biaya yang cukup rendah sehingga harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. (Febriyanthi. 2008). Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi menimbukan dua efek penting, yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan penciptaan kesempatan kerja baru karena semakin bertambahnya jumlah penduduk. (Ratna Kurnia.2012). Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu Negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar internasional. dalam persaingan global saat ini suatu bangsa atau Negara memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional bila memiliki empat faktor penentu dan dua faktor pendukung, empat faktor utama yang menentukan daya saing suatu komoditi adalah kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industry terkait dan industri pendukung yang kompetitif (firm strategy,structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesepatan (change event) dan faktor pemerintahan (government). Secara bersama-sama faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing tersebut Porters Diamon s Theory.(Hendra Rakhmawan,2009) Hukum keunggulan komparatif pertama kali Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 151

dijelaskan dalam buku yang diterbitkan oleh David Ricardo yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation pada tahun 1817. Menurut tingkat keunggulan komparatif tersebut meskipun suatu Negara mengalami kerugian atau ketidak unggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika di bandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang masih menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara Indonesia yang baru baru ini yang mengalami peningkatan devisa karena mengalami peningkatan dari kegiatan perdagangan luar negeri terutama ekspor, dan setelah diamati Indonesia memiliki 10 komoditi ekspor unggulan yang sangat memberikan potensi peningkatan devisa negara yang diharapkan 10 komodi unggulan tersebut memiliki daya saing yang kuat dari negara lainya. 10 komoditii unggulan tersebut di klarifikasikan oleh Disperindag diantaranya adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi. TPT memiliki pasar utama ekspor yang masih prospektif seperti Amerika, Eropa, Timur Tengah, dan Asean. Sedangkan komoditi alas kaki seperti sepatu ditargetkan meningkat di atas 20 persen karena adanya relokasi 2 pabrik di Purwakarta dan Tangerang serta turnover Indonesia lebih rendah dibandingkan China. Untuk sektor otomotif di targetkan meningkat 10 persen karena industry otomotif terus tumbuh. Kertas juga di targetkan terus tumbuh karena adanya pencabutan tariff bea masuk anti dumping di Korea Selatan, Indonesia menguasai 20-25 persen di pangsa pasar Korea Selatan. Sedangkan biji kakao meningkat 22 persen dan kakao olahan meningkat 61 persen. Meningkatnya target ekspor kakao olahan disebabkan oleh meningkatnya kapasitas produksi kakao olahan dari 180 ton meningkat hingga 280 ton, dan di harapkan pada setiap komoditi unggulan di Indonesia memiliki daya saing yang kuat di era perdagangan luar negeri, sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara dan dapat bersaing keras di kancah pasar internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 152

tingkat pertumbuhan 10 komoditi unggulan Indonesia di pasar internasional. 2) untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang di berikan dari 10 macam komoditi unggulan tersebut. 3) untuk mengetahui tingkat daya saing dari 10 komoditi unggulan Indonesia di pasar internasional. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah pada wilayah Indonesia yang memproduksi dari 10 kriteria komoditi unggulan indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu dan mendeskripsikan hasil analisis yang telah di hitung. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang di kutip dari data internasional yaitu ICT (International Trade Center) dalam lima tahun pada tahun 2010-2014. Analisis Data Analisis Pertumbuhan Adapun rumus analisis pertumbuhan yang digunakan sebagai berikut: Dimana = Pertumbuhan ekspor Xt = Ekspor h/priode t X(t-1) = Ekspor h tahun sebelumnya. Analisis Kontribusi Analisis kontribusi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perananan ekspor komoditi i terhadap total 10 ekspor unggulan di Indonesia, yaitu dengan menggunakan rumus: RCA (Revealed Comparative Advantage) Tingkat daya saing komoditas ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis dengan berbagai macam metode atau diukur dengan sejumlah indikator. Salah satu diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). C = Angka RCA = nilai ekspor komoditi i Indonesia tahun t = nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia tahun t = nilai ekspor komoditi i dunia tahun t Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 153

= nilai ekspor komoditi dunia tahun t Jika nilai indeks RCA dari suatu negara untuk komoditas tertentu lebih besar dari 1, berarti negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia dalam komoditas tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari 1 berarti keunggulan komparatifnya untuk komoditas tersebut rendah atau di bawah ratarata dunia. (Haris Munandar dan Faisal Basri,2010) PEMBAHASAN Pertumbuhan komoditi tekstil dan produk tekstil dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi nilai ekspor. Dimana pertumbuhan ekspor tertinggi pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 17%, menurun di tahun 2012 dengan persentase -5%, mengalami kenaikan di tahun 2013 dengan persentase 3%, mengalami penurunan terendah di tahun 2014 dengan persentase 1%. Pertumbuhan komoditi elektronik dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan yang signifikan pada nilai ekspor. Pertumbuhan komoditi elektronik pada tahun 2011 sebesar 13% yang kemudian meningkat menjadi 16% pada tahun 2012, dan turun drastis menjadi 0% di tahun 2013 yang meningkat kembali sebesar 4% di tahun 2014. Pertumbuhan komoditi karet dan produk karet dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Dimana pertumbuhan pada tahun 2011 sebesar 46%, turun di tahun 2012 sebesar -23%, yang kemudian meningkat menjadi -8%, dan menurun kembali di tahun 2014 sebesar 18%. Pertumbuhan komoditi Sawit dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuatif pada nilai ekspor. Yang pada tahun 2011 pertumbuhan sawit sebesar 28%, menurun sebesar 2% di tahun 2012, menurun kembali mejadi -10% di tahun 2013, dan meningkat kembali di tahun 2014 sebesar 10%. Pertumbuhan komoditi Produk Hasil Hutan dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Pertumbuhan produk hasil hutan pada tahun 2011 sebesar 6%, yang turun menjadi -2% pada tahun 2012, meningkat kembali di tahun 2013 sebesar 3%, dan pada tahun 2014 sebesar 3%. Pertumbuhan Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 154

komoditi Alas Kaki dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan nilai ekspor. Pertumbuhan alas kaki di tahun 2011 sebesar 32%, yang mengalami penurunan menjadi 7% di tahun 2012, meningkat di tahun 2013 sebesar 10%, dan pada tahun 2014 menurun sebesar 6%. Pertumbuhan komoditi Otomotif dapat di lihat dari tahun 2010-2012 mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Pertumbuhan otomotif pada tahun 2011 sebesar 15%, meningkat pada tahun 2012 sebesar 24%, menurun di tahun 2013 sebesar -4%, dan meningkat kembali untuk pertumbuhan di tahun 2014 sebesar 6%. Pertumbuhan komoditi udang dapat di lihat dari tahun 2010-2012 cenderung mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Pertumbuhan udang pada tahun 2011 sebesar 25%, yang mengalami tenurunan pertumbuhan yang sangat drastis di tahun 2012 sebesar 100%, meningkat di tahun 2013 sebesar -1%, dan meningkat kembali di tahun 2014 sebesar 7% untuk pertumbuhan udang. Pertumbuhan komoditi kakao dapat di lihat dari tahun 2010-2013 cenderung mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Pertumbuhan kakao pada tahun 2011 sebesar 18%, menurun di tahun 2012 sebesar 22%, mengalami peningkatan di tahun 2013 sebesar 9%, dan penurunan pertumbuhan sebesar 8% di tahun 2014. Pertumbuhan komoditi kopi dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuatif pada nilai ekspor. Pertumbuhan kopi pada tahun 2011 sebesar 27%, yang mengalami menurunan sebesar 21% pada tahun 2012, mengalami penurunan pertumbuhan kembali di tahun 2013 sebesar -6%, dan terus mengalami penurunan sebesar -11% pada tahun 2014. Analisis Kontribusi Berikut adalah nilai kontribusi yang di berikan dari 10 komoditi unggulan Indonesia dari tahun 2010-2014, dari data di atas dapat di lihat hasil persentase kontribusi dan ratarata setiap komoditi dari tahun 2010-2014. dari masing-masing komoditi, pada tingkat pertama adalah komoditi sawit yang rata-rata selama 2010-2014 mencapai 28%, urutan kedua komoditi karet dengan ratarata 21%, urutan ketiga komoditi Produk Hasil Hutan dengan rata-rata sebesar 15% dengan total ekspor Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 155

US$ 45.742.559, urutan keempat adalah komoditi tekstil dan produk tekstil dengan rata-rata 15% dengan total ekspor US$ 44.126.897, urutan kelima pada komoditi otomotif ratarata sebesar 9% dengan total ekspor US$ 26.615.151, urutan keenam pada komoditi Alas Kaki rata-rata sebesar 6% dengan total ekspor US$ 17.297.227, urutan ketujuh pada komoditi Kakao rata-rata sebesar 2% dengan total ekspor US$6.438.385, urutan ke delapan pada komoditi kopi rata-rata sebesar 2% dengan total ekspor US$ 5.314.154, urutan kesembilan pada komoditi elektronik rata-rata sebesar 1% dengan total ekspor US$ 3.449.909, dan urutan kesepuluh pada komoditi Udang dengan rata-rata 1% dan total ekspor sebesar US$ 1.813.201. Tabel 1. Persentase Kontribusi Ekspor 10 Komoditi Unggulan Indonesia Sumber: ICT, data sekunder diolah Analisis RCA Komoditi Tahun (%) Rata-Rata 2010 2011 2012 2013 2014 Sawit 26% 27% 29% 27% 30% 28% Karet dan Produk Karet 22% 26% 21% 20% 17% 21% Produk Hasil Hutan 17% 14% 15% 16% 16% 16% Tekstil dan Produk Tekstil 15% 14% 14% 15% 15% 15% Otomotif 8% 7% 10% 10% 10% 9% Alas Kaki 5% 5% 6% 7% 7% 6% Kakao 3% 2% 2% 2% 2% 2% Kopi 2% 2% 2% 2% 2% 2% Udang 2% 2% 0% 0% 0% 1% Elektronik 1% 1% 1% 1% 1% 1% Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil pada tahun 2010-2013 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2010 dan 2011 dengan nilai 1,44. Namun komoditi tekstil dan produk tekstil 2010-2014 memiliki daya saing. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa Elektronik pada tahun 2010-2014 (RCA<1) artinya ekspor tersebut tidak memiliki daya saing dibawah daya saing rata-rata dunia. Rata-rata daya saing elektronik hanya 0,13 saja, hal ini Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 156

menujukan bahwa komoditi elektronik memiliki daya saing yang lemah. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri Karet dan Produk Karet pada tahun 2010-2013 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2011 dengan nilai 1.89. Dan pada tahun 2010-2014 komoditi karet dan produk karet memiliki daya saing di pasar internasional. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri Sawit pada tahun 2010-2014 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2010 dengan nilai 54,28. Sawit memiliki daya saing yang kuat dari 10 komoditi tersebut. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri Produk Hasil Hutan pada tahun 2010-2014 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2014 dengan nilai 2.84. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri Alas Kaki pada tahun 2010-2014 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2013 dan 2014 dengan nilai RCA 3,14. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa Otomotif pada tahun 2010-2014 (RCA<1) artinya ekspor tersebut tidak memiliki daya saing dibawah daya saing rata-rata dunia. Komoditi Otomotif Indonesia tidak memiliki daya saing di pasar Internasional. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri Udang pada tahun 2010-2011 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2011 dengan nilai 6,36. Dan di tahun 2012-2014 (RCA<1) artinya ekspor tesebuttidak memiliki daya saing di pasar internasional. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri Kakao pada tahun 2010-2014 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2010 dengan nilai 4,11. Dan komoditi kakao memiliki daya saing di pasar internasional. Dari perhitungan RCA dapat menunjukkan bahwa industri Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 157

Kopi pada tahun 2010-2014 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Daya saing tertinggi pada tahun 2013 mencapai nilai 4,28. Dan pada tahun 2010-2014 komoditi kopi memuliki daya saing di pasar internasional. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 158

Analisis Daya Saing Komoditi..(Farid Ustriaji) Pada komoditi unggulan Indonesia dari beberapa komoditi tersebut mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan untuk komoditi Alas kaki dan Elektronik, pada komoditi tekstil dan produk tekstil, karet dan produk karet, sawit, produksi hasil hutan, alas, dan kopi mengalami fluktuasi selama tahun 2010-2014, dan cenderung menurun pada kakao, Udang, dan Otomotif. Penyumbang kontribusi terbesar dari 10 komoditi unggulan tersebut ada pada komoditi sawit yang mencapai 28% dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014 sebesar US $ 81.636.136 dan penyumbang kontribusi terendah pada komoditi udang yang hanya mencapai 1% dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014 sebesar US $ 1.813.201. Dari perhitungan RCA menunjukan bahwa industri sawit, hasil hutan, alas kaki, kakao, kopi. PENUTUP Pada komoditi unggulan Indonesia dari beberapa komoditi tersebut mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan untuk komoditi Alas kaki dan Elektronik, pada komoditi tekstil dan produk tekstil, karet dan produk karet, sawit, produksi hasil hutan, alas, dan kopi mengalami fluktuasi selama tahun 2010-2014, dan cenderung menurun pada kakao, Udang, dan Otomotif. Penyumbang kontribusi terbesar dari 10 komoditi unggulan tersebut ada pada komoditi sawit yang mencapai 28% dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014 sebesar US $ 81.636.136 dan penyumbang kontribusi terendah pada komoditi udang yang hanya mencapai 1% dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014 sebesar US $ 1.813.201. Dari perhitungan RCA menunjukan bahwa industri sawit, hasil hutan, alas kaki, kakao, kopi, karet, dan tekstil pada tahun 2010-2014 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Nilai tertinggi pada industri sawit pada tahun 2014 dengan nilai RCA 54,28. Sedangkan industri elektronik dan otomotif di tahun 2012-2014 (RCA<1) artinya ekspor tesebut memiliki daya saing yang lemah. Dan industri udang tahun 2010-2011 (RCA>1) artinya ekspor tersebut memiliki daya saing diatas daya saing rata-rata dunia. Tahun 2012-2014 2014 (RCA<1) artinya ekspor Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 158

Analisis Daya Saing Komoditi..(Farid Ustriaji) tesebut memiliki daya saing yang lemah. DAFTAR PUSTAKA Basri, Faisal dan Haris Munandar. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional: Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Febriyanthi. 2008. Pengertian Daya Saing Industri. http://www.google.com/pengerti an-daya-saing-industri.pdf. 3 Januari 2016. Hamidi, Hirwan, 2007. Daya Saing Tembakau Virginia Lombok di Pasar Ekspor Competitiveness of Lombok Virginia Tobacco in Export Market. Jurnal. Kania, Ratna, 2012. Analisis Daya Saing Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasioal. Jurnal. Komarudin, Ade. 2015. Definisi Daya Saing di Dunia Industri. http://www.rmol.co. 6 Januari 2016. Michael E. Porter. 2007. Strategi Bersaing (competitive strategy). Tangerang : Kharisma Publishing Group. Rakhmawan, Hendra, 2009. Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional. Jurnal Ricardo, David. 1817. Principles of Political Economy and Taxation. Soekarwati, 1991. Daya Saing Ekspor The Indonesia di Pasar Teh Dunia. Jurnal Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 159