TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.83/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

TINGKAT ORGANISASI KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Sebagai negara kepulauan yang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

PENGERTIAN DAN MANFAAT EKOLOGI TANAMAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

SISTEM KERJA ALAM TEMPAT KITA TINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

Biologi SMA kelas X 11

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Transkripsi:

TAMBAHAN PUSTAKA Distribution between terestrial and epiphyte orchid. Menurut Steeward (2000), distribusi antara anggrek terestrial dan epifit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya vegetasi lain dan juga keadaan musim maupun kelembaban didaerah tersebut. Pertumbuhan anggrek dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan laut, terutama pada daerah tropis. Pada ketinggian yang rendah atau dekat dengan laut, keadaan lingkungan akan terasa panas pada siang hari dan cukup dingin pada malam hari. Pada ketinggian yang tinggi atau hampir puncak pegunungan dapat tertutupi oleh salju, dan cuaca terasa panas sepanjang hari dan terasa sangat dingin sepanjang malam. Steeward, J. 2000. Orchids. Timber Press, Portland, Oregon, London.

Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati ( biodiversity atau biological diversity) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekayaan berbagai bentuk kehidupan di bumi ini mulai dari organisme bersel tunggal sampai organisme tingkat tinggi. Keanekaragaman hayati mencakup keragaman habitat (ekosistem), keragaman spesies (jenis) dan keragaman genetik (variasi sifat dalam spesies). 1. Keanekaragaman genetik di dalam jenis (keanekaragaman tingkat gen) Keanekaragaman genetik adalah keanekaragaman di dalam jenis (keanekaragaman tingkat gen) yang meliputi populasi yang perbedaannya jelas dalam jenis yang sama atau variasi genetik di dalam populasi. Keanekaragaman genetik adalah suatu tingkatan biodiversitas yang merujuk pada jumlah total variasi genetik dalam keseluruhan spesies yang mendiami sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dapat didiami. Sifat dari setiap makhluk hidup ditemukan oleh sepasang gen (genotip) yang berasal dari induk jantan dan betina. Ciri utama keanekaragaman tingkat genetik ditunjukan adanya variasi individuindividu dalam satu spesies. Berikut ini contoh keanekaragaman tingkat gen. Ketiga tanaman anggrek spesies di atas merupakan anggrek Dendrobium bracteosum yang merupakan contoh keanekaragaman tingkat gen, yang ditunjukan dengan adanya perbedaan warna dalam satu spesies. 2. Keanekaragaman jenis Keanekaragaman jenis (keanekaragaman tingkat jenis) yaitu menunjukan variasi jenis di dalam suatu daerah. Keanekaragaman tingkat jenis adalah keanekaragaman variasi jenis yang ditemukan diantara organisme yang tergolong

dalam spesies yang berbeda, baik yang termasuk dalam famili atau tidak di dalam suatu daerah. Berikut ini contoh keanekaragaman tingkat jenis. Kedua tanaman anggrek spesies diatas merupakan jenis anggrekbulbophyllum yang merupakan contoh keanekaragaman tingkat jenis. Sekilas kedua anggrek spesies tersebut mirip, namun keduanya memiliki perbedaan yang menonjol. Perbedaan itu ditunjukan pada struktur dan ukuran bunga serta struktur daun. 3. Keanekaragaman ekosistem Keanekaragaman ekosistem, contohnya ekosistem pantai, sawah, hujan jati, sabana, hutan bakau dan lain-lain. Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup. Faktor abiotik meliputi iklim, cahaya, suhu, air, kelembaban, salinitas serta tingkat keasaman dan kandungan mineral. Di dalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar dapat bertahan hidup. Komponen biotik sangat beragam, demikian pula komponen abiotik berbeda kualitas dan kuantitasnya. Sehingga hal ini menyebabkan keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan menyusun ekosistem yang berbeda pula. Bagaimana tanaman yang ada di sekitar kita berbeda-beda? Adakah faktor yang mempengaruhinya? Adakah manfaat dari keanekaragaman tersebut?

Tanaman anggrek spesies diatas merupakan jenis anggrek Ascosentrum miniatum dan Vanda sp yang merupakan contoh keanekaragaman tingkat ekosistem. Kedua jenis anggrek tersebut mempunyai habitat hidup yang berbeda. Ascosentrum miniatum merupakan jenis anggrek dengan ekosistem terestrial sedangkan Vanda sp merupakan jenis anggrek yang mempunyai ekosistem udara. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati. Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Setiap sifat organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman pada gen ditunjukan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Misal variasi jenis Dendrobium bracteosum, Dendrobium tanii, dan lain-lain. Rumus keanekaragaman adalah F = fenotip G = genotip L = lingkungan Fenotip adalah sifat yang tampak dari luar pada makhluk hidup meliputi bentuk wajah, warna kulit, warna mata dan lain-lain. Fenotip merupakan hasil perpaduan sifat yang dibawa oleh gen (genotip) dan faktor lingkungan. Gen pada setiap individu, walaupun bahan dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda tergantung masing-masing individu. yaitu reproduksi dan mutasi. Faktor yang menyebabkan keanekaragaman gen pada makhluk hidup 1. Reproduksi adalah perkawinan antara dua individu sejenis, sehingga menghasilkan keturunan yang memiliki susunan perangkat gen dari kedua induk/orang tuanya.

Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas. Reproduksi ada 2 macam, yaitu secara generatif (seksual) dan vegetatif (aseksual). a. Reproduksi secara generatif memungkinkan terjadinya peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, sehingga terbentuk kombinasi sel kelamin menghasilkan keturunan yang bervariasi secara genetik. b. Reproduksi secara vegetatif tidak terjadi peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, sehingga hanya diwariskan bersama atau ditautkan. Misal: budidaya anggrek dengan menggunakan tunas. 2. Mutasi adalah perubahan susunan bahan genetik dalam tubuh makhluk hidup, sehingga dapat memunculkan sifat baru yang berbeda dari induk. Mutasi dapat terjadi karena faktor dari luar, misalnya: faktor fisika (radiasi), faktor kimia (pestisida), obat, zat-zat kimia pada makanan dan faktor biologi (virus). Mutasi terjadi secara perlahan dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga perubahan fenotip akibat mutasi tidak langsung dapat diketahui. B. Manfaat Keanekaragaman Anggrek Berikut ini merupakan beberapa manfaat keanekaragaman anggrek bagi kehidupan antara lain: 1. Secara ekonomis, tanaman anggrek dapat dibudidayakan dan dijadikan sebagai lahan bisnis karena mempunyai daya jual yang tinggi. Anggrek sebagai tanaman hias. 2. Secara ekologis, tanaman anggrek dapat menjadi bioindikator terhadap kerusakan suatu ekosistem. Hal ini dikarenakan penyerbukan anggrek membutuhkan bantuan manusia atau serangga. Serangga sendiri membutuhkan madu bunga anggrek untuk

makanan. Sehingga apabila keberadaan tanaman anggrek di bumi rusak, maka dapat merusak ekosistem makhluk hidup yang lain, contohnya serangga. Manfaat anggrek yang begitu besar, mendorong untuk dilakukan beberapa langkah konservasi guna mendukung dan menjaga kelestarian tanaman anggrek. Indonesia memiliki spesies anggrek terbanyak kedua setelah Brasil. Dari 26.000 jenis anggrek spesies yang ada di dunia, 5.000 jenis diantaranya berada di Indonesia. Namun baru 1.500 yang teridentifikasi dan 70 spesies diantaranya telah punah karena habitat endemiknya telah hilang akibat pembalakan dan perusakan hutan. Diantaranya yang telah punah adalahdendrobium lowii dan Spathoglottis aurea (Anggrek tanah kuning). Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia mengeluarkan PP nomor 7 yang mengatur tentang perlindungan anggrek. PP nomor 7 tersebut melindungi 29 jenis anggrek spesies, 3 diantaranya masuk dalam daftar Appendix I CITES, sementara 26 jenis sisanya masuk dalam daftar Appendix II. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) adalah konvensi internasional tentang perdagangan flora dan fauna liar yang telah langka berdasarkan kesepakatan berbagai negaradan Indonesia turut meratifikasikan dengan Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978, dengan memegang otoritas manajemen adalah Ditjen Departemen Kehutanan dan memegang otoritas keilmuan adalah LIPI. Isi Appendix adalah sebagai berikut: 1. Appendix I adalah perdagangan internasional yang bersifat komersial dan seluruhnya dilarang kecuali dari hasil penangkaran. 2. Appendix II adalah perdagangan internasional yang diperbolehkan tetapi dikontrol melalui kuota. 3. Appendix III adalah perdaganagan internasional yang diperbolehkan tetapi dikontrol berupa pengawasan oleh Negara lain. Anggrek yang dilindungi misalnya Paraphalaenopsis laycocki, Paraphalaenopsislabukensis, Paraphalaenopsis serpentilingua, Phalaenopsis gigantean, Coelogyne pandurata, Spathoglottis aurea dan Gramatophylum Speciosum. Sementara itu ada jenis anggrek yang tidak dilindungi PP tapi masuk dalam daftar Appendix, diantaranyadendrobium lowii (Appendix I), Phalaenopsis amabilis (Appendix II) dan Bulbophyllum lobbii (Appendix II). Untuk menambah pengetahuan kamu mengenai tingkat keanekaragaman hayati dan

faktor penyebab serta manfaat keanekaragaman hayati. Kerjakanlah latihan berikut ini dengan baik dan benar Rangkuman

.