Abstract. Keywords: Aerial Photo, EAGLE, Orienteering, UAV

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANTAUAN PERTAMA PUNCAK MERAPI SETELAH ERUPSI 2010 MENGGUNAKAN PESAWAT NIR AWAK

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK ANALISIS POTENSI BANJIR. Indah Prasasti*, Parwati*, M. Rokhis Khomarudin* Pusfatja, LAPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

Suharyadi 1, Yudhistira Tri Nurteisa 2. Dosen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada 2

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

PERANCANGAN SISTEM TELE-NAVIGATION PADA PESAWAT TANPA AWAK (MICRO UAV)

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah UAV atau sering kita sebut dengan Drone. menyebutnya dengan Drone adalah pesawat tanpa awak di dalamnya, UAV ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Austin, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. UAV Shadow 200B (Thuvesson, Petersson, 2013)

PENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIDANG TUGAS AKHIR RG

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. minum, sarana olahraga, sebagai jalur trasportasi, dan sebagai tempat PLTA

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

BAB 1 PENDAHULUAN. wahana terbang tanpa awak, teknologi tersebut disebut Unmanned Aerial Vehicle

Artikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

PEMETAAN LOKASI OBJEK PAJAK UNTUK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SENSOR FUSION PADA PERANGKAT BERGERAK DENGAN SISTEM OPERASI ANDROID

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak.

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Perancangan Sistem Tele-Navigation Pada Pesawat Tanpa Awak(Micro UAV)

APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Disusun Oleh: Agus Widanarko

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. c. Perangkat lunak Mission Planner. f. First Person View (FPV) Camera BOSCAMM

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI

AERIAL PHOTOGRAMETRY POTENSI KERUNTUHAN LAHAN GAMBUT (PEAT FAILURE) DI DESA MESKOM

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

Citra Satelit IKONOS

Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

PROOF OF CONCEPT SISTEM INTEGRASI KATALOG DATA CITRA SATELIT LANDSAT STASIUN BUMI LAPAN

Ilustrasi: Proses Produksi

MEMBANGUN KAPASITAS DAERAH SLEMAN UNTUK MITIGASI BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI UAV

III. METODE PENELITIAN

Image scale aid. Scale. Big. Small. Big. Spatial coverage. Small. PoRS Dr. Norman Kerle

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penempatan perangkat elektonik autopilot pada wahana Proto-03 dapat dilihat

Transkripsi:

EAGLE : ENVIRONMENTAL GEOGRAPHERS UNMANNED AERIAL VEHICLE SEBAGAI INOVASI PEMANFAATAN PESAWAT TANPA AWAK DAN PENGOLAHAN FOTO UDARA DIGITAL UNTUK PEMBUATAN PETA NAVIGASI PADA OLAHRAGA ORIENTEERING Ferdiyan Puja Perdana 1, Dewi Indriasari 1, Ahmad Haidir Hidayat 1 dan Kartiko Gilang Pamungkas 1 Program Diploma Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Sekolah Vokasi, UGM Email: ferdian.puja@gmail.com Abstract Orienteering is a kind of sport that requires navigational skill to use a map and compass well. In fact, availability of the navigation maps as important thing in Orienteering competitions, especially in Indonesia, not available enough, and that is one of problems the sport can t grow well in this country. EAGLE, Environmental Geographers Unmanned Aerial Vehicle, is an innovation that use of unmanned aerial vehicle to produce the digital aerial photography for making navigation map in the Orienteering sport as a solution to solve the problem that faced by partner.eagle has a sensor camera that equipped with accurate navigation and flight remote control system, and has data link communications system that continually able to transmit the plane status, targets and information of remote sensing with digital image format as real time. Furthermore, EAGLE has a lightweight that make it easy to do maneuver and practical to use. The digital aerial photography of EAGLE also allows for digital image processing and analysis of spatial to generate elevation information and spatial modeling. EAGLE is a long-term investment for availability remote sensing data as a solution for the problem that faced by the partner, Federasi Orienteering Nasional Indonesia, as a leader organization of orienteering sport in Indonesia. Keywords: Aerial Photo, EAGLE, Orienteering, UAV 1. PENDAHULUAN Orienteering merupakan salah satu cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan dan keterampilan navigasi menggunakan peta dan kompas. Saat ini, olahraga orienteering tidak hanya dinikmati oleh kalangan militer saja, namun orienteering juga digemari dikalangan sipil baik tua, muda, mahasiswa, pelajar bahkan hingga kanakkanak. Di Indonesia, setiap tahunnya tak kurang dari 15 kompetisi berskala lokal maupun nasional yang diselenggarakan baik di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi yang ramai diikuti oleh pelajar, mahasiswa, sipil, maupun militer. Olahraga ini dinaungi oleh Federasi Orienteering Nasional Indonesia sebagai induk organisasi olahraga orienteering di Indonesia. Kenyataannya, kebutuhan akan peta navigasi sebagai komponen utama dalam kompetisi orienteering tidak diimbangi dengan ketersediaannya, yang kemudian menjadi salah satu kendala olahraga ini untuk terus berkembang di Indonesia. Keterbatasan peta navigasi saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah minimnya ketersediaan data penginderaan jauh dengan resolusi tinggi, sulitnya memperoleh data penginderaan jauh secara aktual, serta diikuti dengan mahalnya citra satelit atau foto udara dengan resolusi spasial tinggi, sehingga diperlukan biaya, waktu, dan tenaga ekstra dalam pembuatan peta navigasi dalam olahraga orienteering. Hal ini tentu menjadi beban para penyelenggara kompetisi olahraga orienteering di Indonesia. Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, kemudian melatarbelakangi kami mahasiswa Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk menciptakan EAGLE : Environmental Geographers Unmanned Aerial Vehicle yang merupakan inovasi pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk pemotretan foto udara digital sebagai solusi atas keterbatasan data penginderaan jauh yang dialami oleh mitra. EAGLE dilengkapi dengan sistem navigasi dan kendali terbang jarak jauh yang akurat dengan sistem komunikasi data link yang mampu terus mengirimkan data status pesawat, target dan informasi penginderaan jauh dengan format

gambar digital secara real time. Selain itu, EAGLE memiliki bobot yang ringan sehingga mudah bermanuver dan praktis digunakan. EAGLE merupakan solusi tepat terhadap permasalahan yang dihadapi Federasi Orienteering Nasional Indonesia selaku mitra yang saat ini mengalami kendala akan ketersediaan data penginderaan jauh untuk pembuatan peta navigasi pada olahraga orienteering. Pemanfaatan pesawat tanpa awak ini memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah foto udara digital hasil pemotretan memiliki resolusi spasial tinggi yang sangat baik digunakan sebagai bahan pembuatan peta navigasi, selain itu foto udara digital tersebut diambil secara real time sehingga informasi yang dihasilkan sesuai dengan keadaan di lapangan saat itu juga. Foto udara digital hasil pemotretan juga sangat memungkinkan untuk dilakukan pengolahan data digital dan analisis data spasial sehingga mampu menghasilkan informasi ketinggian maupun pemodelan spasial. EAGLE merupakan investasi jangka panjang untuk ketersediaan data penginderaan jauh kedepan sebagai wujud solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh mitra. Tujuan dari program ini adalah untuk mengaplikasikan pemanfaatan teknologi pesawat tanpa awak untuk perolehan data penginderaan jauh berupa foto udara digital berdasarkan kajian ilmu Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Selain itu program ini juga bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat akurasi foto udara digital hasil pemotretan udara pesawat tanpa awak untuk pembuatan peta navigasi pada olahraga orienteering, sehingga nantinya dapat diadopsi penerapannya terhadap kompetisi orienteering di berbagai kota di Indonesia. medan, cuaca, serta luasan wilayah yang ingin dipotret. Pesawat tanpa awak ini dapat terbang menggunakan mode manual, assisted, dan autonomous (tanpa kendali pilot) menggunakan fitur autopilot yang terdapat pada pesawat tanpa awak ini. Pemotretan udara dan uji coba dilaksanakan di lingkungan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta selama kurun waktu + 5 bulan. Hasil pemotretan udara kemudian diolah menggunakan software Agisoft Photoscan untuk menghasilkan Mosaik Foto, Digital Elevation Model (DEM), dan 3D Modeling. Olahan data tersebut kemudian digunakan menjadi bahan dasar pembuatan peta navigasi orienteering menggunakan software OCAD 10 yang dibuat sesuai dengan ketentuan International Specification for Orienteering Maps oleh International Orienteering Federation (IOF). Setelah itu peta dilakukan cek akurasi untuk kemudian dapat diproduksi massal dan digunakan dalam kompetisi orienteering. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan teknologi pesawat tanpa awak yang sangat pesat serta mudahnya berbagi dan memperoleh informasi mengenai teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) memberikan dampak positif kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan. Pembuatan desain dan perakitan pesawat tanpa awak pada kegiatan ini didasarkan pada kajian ilmu Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis yang bertujuan untuk memperoleh hasil dari kualitas foto udara digital yang maksimal. 2. METODE Metode yang digunakan dalam program ini dilakukan berdasarkan kajian ilmu Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, dimulai dari tahap pembuatan desain pesawat yang khusus digunakan untuk pemotretan udara yang bertujuan untuk menghasilkan pesawat dengan terbang yang stabil dan efisien, sehingga dapat menghasilkan kualitas foto udara yang maksimal. Pada tahap pemotretan udara, pesawat terbang secara otomatis sesuai dengan jalur terbang yang telah dibuat sebelumnya. Jalur terbang disesuaikan dengan kondisi Gambar 1. EAGLE. Environmental Geographers Unmanned Aerial Vehicle Desain pesawat dirancang simpel dan aerodinamis guna meminimalisir gangguan angin sehingga pesawat dapat terbang dengan stabil. Pesawat tanpa awak yang diberi nama

EAGLE (Environmental Geographers Unmanned Aerial Vehicle) ini mampu terbang dengan kecepatan relatif 60-70 km/jam. Pesawat dengan tenaga baterai Lithiumpolymer 14.8 V 3600 mah memungkinkan pesawat terbang hingga 30 menit sehingga efisien dan efektif saat pemotretan di lapangan. EAGLE dilengkapi dengan seperangkat Ground Control Station (GCS) yang berfungsi untuk melakukan monitoring keadaan dan kondisi pesawat saat menjalankan misi di udara sehingga kita dapat memantau kondisi pesawat secara real time melalui laptop yang pada di GCS. Pesawat ini telah dilakukan uji terbang sebanyak 8 kali menggunakan autopilot untuk mengetahui karakteristik terbang pesawat serta memaksimalkan kinerja pesawat di udara. Menggunakan teknologi autopilot yang ada pada EAGLE ini, pesawat mampu terbang secara manual, assisted dan autonomous (terbang otomatis tanpa kendali pilot sesuai jalur terbang yang sudah di-setting sebelumnya pada autopilot). Pesawat ini juga dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System) yang dapat terus memantau posisi pesawat secara real time sehingga dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan melalui GCS. terbang 7 menit. Foto udara yang diambil dengan ketinggian + 150 meter ini menghasilkan gambar dengan resolusi 8 cm/pixel (1 pixel mewakili 8 cm dilapangan). Hasil foto udara kemudian diolah menjadi mosaik foto (seperti gambar di samping), Digital Elevation Model (DEM), serta 3D Modelling menggunakan software Agisoft Photoscan. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan hasil dan kualitas yang sangat baik terlihat dari detail kenampakan medan yang terekam pada gambar, sehingga sangat ideal digunakan sebagai bahan pembuatan basemap/peta dasar peta navigasi pada olahraga orienteering. Peta Navigasi dibuat menggunakan software OCAD 10 sesuai dengan ketentuan International Specification for Orienteering Maps 2000, sebagaimana dikemukakan oleh oleh International Orienteering Federation (IOF) dengan skala 1:5000. Peta yang telah dibuat kemudian dilakukan cek akurasi dilapangan sebelum diproduksi. Kualitas dari peta navigasi sendiri sangat bergantung dari basemap yang dibuat dari citra/foto udara. Gambar 2. Hasil Mosaik Foto Udara Pemotretan udara dilakukan di kawasan Lapangan Pancasila Universitas Gadjah Mada, dengan sebelumnya melakukan survey lapangan untuk menentukan jalur terbang dan melihat kondisi medan di lapangan. Pemotretan dilaksanakan tanggal 25 April 2013 pukul 10.00 WIB dengan total foto yang diambil sejumlah 264 foto dengan lama Gambar 3. (Kiri) Sampel Foto Udara, (Kanan) Sampel Peta Navigasi Orienteering

Kendala dalam proses pemotretan udara menggunakan pesawat tanpa awak ini antara lain adalah keadaan cuaca, oleh karena itu waktu ideal pemotretan adalah antara pukul 07.00 10.00 karena pada waktu tersebut kondisi cenderung cerah tak berawan sehingga foto yang dihasilkan akan maksimal. Kondisi angin juga mempengaruhi hasil foto dan kinerja dari pesawat, maka diperlukan pemilihan waktu yang tepat dalam pemotretan udara untuk meminimalisir resiko penerbangan. Selain itu, kondisi medan juga berpengaruh terhadap rencana jalur terbang dan resiko penerbangan, sehingga diperlukan survei lapangan terlebih dahulu sebelum pemotretan. Saat ini kami juga telah bekerjasama dengan pihak FONI, TNI, Universitas dan klub-klub orienteering di Yogyakarta, Solo, Sragen, dan Semarang untuk mendukung kegiatan dan kompetisi orienteering dengan skala nasional maupun internasional. Peluang EAGLE kedepan sangatlah luas tidak hanya terfokus pada olahraga ini saja, namun EAGLE juga dapat dimanfaatkan dalam bidang-bidang lain seperti bidang kebencanaan, perkebunan, pertanahan, pariwisata, dokumenter, maupun periklanan. Kualitas dari foto udara EAGLE sendiri juga dapat bersaing dengan penyedia data penginderaan jauh lainnya seperti Google Earth, Citra Satelit, maupun Foto Udara sekalipun (lihat gambar diatas). Sehingga saat ini, EAGLE merupakan investasi jangka panjang untuk ketersediaan data penginderaan jauh kedepan sebagai wujud solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh mitra. Gambar 5. EAGLE Environmental Geographers Unmanned Aerial Vehicle Gambar 4. (Atas) Google Earth, (Tengah) Citra Satelit Komersial Quickbird, (Bawah) Foto Udara EAGLE 4. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Foto Udara hasil pemotretan EAGLE ini sangat ideal digunakan sebagai bahan pembuatan basemap/peta dasar, karena mampu memberikan detail kenampakan yang dibutuhkan dalam peta navigasi orienteering serta uptodate. 2. Pemanfaatan EAGLE dalam pembuatan peta navigasi pada olahraga orienteering mampu meringankan beban biaya, waktu, dan tenaga. 3. Saat ini EAGLE telah mampu menjadi solusi efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan akan keterbatasan data penginderaan jauh yang dihadapi oleh mitra. 4. EAGLE merupakan investasi jangka panjang untuk ketersediaan data penginderaan jauh kedepan.

5. DAFTAR PUSTAKA [1] Ake, Jorma dan Dunlavey, Pat. (2000). International Specification for Orienteering Maps. Finland: International Orienteering Federation. [2] Lillesand,Thomas M dan Kiefer, Ralph W. (1990). Pengindraan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. [3] Sutanto. (1986). Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.