II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

dokumen-dokumen yang mirip
1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Saat ini kelangkaan pupuk menjadi suatu masalah di Indonesia. Harga pupuk

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Klasifikasi dan peranan unsur hara, 2. Perilaku unsur hara dalam tanah (N,P,K,Ca,Mg,S,Fe,Zn,Cu,Mn,B,Mo,Cl)

I. PENDAHULUAN. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad mikro

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FOSFOR. Kesuburan Tanah Ratih Kurniasih

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisols tersebar luas di indonesia yaitu sekitar 40,8 juta ha. Menurut

PENDAHULUAN. Latar Belakang

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Entisol. Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horizon

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

I. PENDAHULUAN. Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Beberapa Sifat KimiaTanah Gambut dalam Pot yang Diberi Raw Mix Semen dan Mikroorganisme Efektif M-Bio

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk organik cair (effluent sapi) ialah cairan hasil pemisahan oleh separator pada

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

Ilmu Tanah dan Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Peranan Pupuk N, P dan K pada Padi Sawah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang terdapat di dalam tanah, seperti serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik memiliki kemampuan mengikat dan menahan ion-ion hara serta mengatur pelepasannya, selain itu berperan dalam penggabungan partikel-partikel tanah ke dalam bentuk agregat yang lebih stabil, sehingga aliran air dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik serta kemampuan tanah menahan air akan meningkat (Kononova, 1966). Menurut Havlin, dkk., (1999, dalam Noor, 2008), pemberian bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P, karena bahan organik di dalam tanah berperan dalam pembentukan kompleks organofosfat yang mudah diasimilasi oleh tanaman, penggantian anion H2PO4 - pada tapak jerapan, penyelimutan oksida Fe/Al oleh humus yang membentuk lapisan pelindung dan mengurangi penjerapan P, serta meningkatkan jumlah P organik yang dimineralisasi menjadi P anorganik.

8 Peran pupuk kandang terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman. Pupuk kandang sebagai salah satu sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Tisdale dan Nelson, 1966). Amonium yang dihasilkan dapat secara langsung diserap dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh bakteri untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitritasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat merupakan hasil proses mineralisasi yang banyak disukai atau diserap oleh sebagian besar tanaman budidaya (Hakim, dkk., 1986).

9 Berikut ini gambar siklus Nitrogen : N2 Atmosfer Fiksasi Nonsimbiotik Herbivora Dekomposisi Tanaman Fikasasi Simbiotik Tanah Denitrifikasi N-Organik Amonifikasi Immobilisasi NH4 + Nitrifikasi NO3 - Assimilasi/ desimilasi reduksi NO 3 - Gambar 1. Siklus Nitrogen Proses Nitrifikasi : oksidasi a). 2 NH4 + + 3 O2 2 NO2 - + 2 H2O + 4 H + + energi (Nitrosomonas) oksidasi b). 2 NO2 - + O2 2 NO3 - + energi (Nitrobacter) Menurut Hakim, dkk., (1986) ketersediaan N dalam tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1). Jasad Renik Cara utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiosis dengan tanaman. Jika tanaman atau jasad renik pengikat nitrogen bebas mati, bakteri pembusuk membebaskan asam amino dari protein, bakteri amonifikasi membebaskan amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan dalam larutan tanah. Amonium diserap oleh tanaman setelah dikonversikan menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi.

10 2). Iklim Jumlah nitrogen yang masuk ke dalam tanah adalah sangat bervariasi dan tergantung kepada tempat dan musim. Secara umum dapat dikatakan bahwa penambahan nitrogen akan lebih banyak pada daerah tropis dari pada iklim lainnya. 3). Kegiatan Manusia Kegiatan manusia juga mempengaruhi ketersediaan N dalam tanah, yaitu kegiatan ketika pemanenan. Kehilangan nitrogen bersama panen adalah cukup besar. Besar kecilnya kehilangan nitrogen bersama panen ini sangat tergantung dari jenis, umur, serta tujuan penggunaan dari tanaman tersebut. Kehilangan ini akan lebih besar bila seluruh bagian tanaman ikut dipanen. Pemilihan jenis kotoran ternak yang dapat digunakan sebagai pupuk kandang dapat didasari oleh kadar hara. Setiap jenis ternak memiliki unsur hara yang berbeda-beda tergantung dari jenis makanan, fungsi ternak, dan jenis bahan yang dipergunakan sebagai alas kandangnya. Dalam proses dekomposisi bahan organik, terjadi mineralisasi N, pelepasan CO2, pelepasan asam-asam organik dan akhirnya menghasilkan kompos (Redaksi Agromedia, 2007). Bahan Dekomposisi Kompos + Asam - asam organik + CO2 Organik Mineralisasi N ( NH4 + -N, NO3 - -N ) Terdekomposisi dalam tanah Kompos NH4 + NO3 - ( N tersedia dalam tanah )

11 Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan bahan organik. Jika diaplikasikan ke tanah dapat memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air, meningkatkan ketersediaan unsur mikro, serta tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan. Tabel 1. Kandungan hara beberapa bahan dasar pupuk organik sebelum dan sesudah dikomposkan. Jenis Bahan Asal KA C N P K Rasio C/N Bahan Segar (%) Kotoran Sapi 80 63,64 1,53 0,67 0,70 41,46 Kotoran Kambing 64 46,51 1,41 0,54 0,75 32,98 Kotoran Ayam 57 42,18 1,50 1,97 0,68 28,12 Kompos Kotoran Sapi 2,34 1,08 0,69 16,8 Kotoran Kambing 1,85 1,14 2,49 11,3 Kotoran Ayam 1,70 2,42 1,45 10,8 Sumber : Hartatik dan Widowati (2006). Pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan nisbah C/N bahan organik, karena untuk dapat diaplikasikan ke dalam tanah secara efektif, nisbah C/N harus kurang dari 20. Nisbah C/N kompos yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya immobilisasi N karena semua nitrogen anorganik yang tersedia dalam tanah akan dikonversikan ke dalam tubuh organisme dalam bentuk organik. Jadi, terjadi kompetisi terhadap nitrogen antara tanaman inang dengan bakteri. Pada saat nisbah C/N lebih kecil dari 20, maka ini berarti telah terjadi pelepasan nitrogen dari bahan organik akibat dekomposisi ke dalam tanah. Dalam keaadaan demikian sebagian bahan organik telah dilapuk, dimana bahan berenergi sudah berkurang dan assimilasi nitrogen oleh bakteri juga telah berkurang. Keadaan ini

12 akan menunjang terjadinya proses nitrifikasi dan nitrat mulai lagi menimbun. Jadi nisbah karbon nitrogen, melalui pengaruh selektifnya terhadap organisme tanah, dapat mengendalikan nitrifikasi dan adanya nitrat dalam tanah (Hartatik dan Widowati, 2006). B. Pelarutan P dari Batuan Fosfat Alam Batuan fosfat baik yang berkadar P rendah maupun tinggi menjadi sumber utama pembuatan pupuk superfosfat. Meskipun batuan fosfat berkadar P tinggi, tetapi pada umumnya pelepasan ion-ion fosfat (H2PO4 -, HPO4-2 ) tersedia sangat lambat, sedangkan pupuk superfosfat yang diproses secara industri dari batuan fosfat mempunyai kecepatan memadai dalam melepaskan ion fosfat (H 2PO4 -,HPO4-2 ) tersedia bagi tanaman. Batuan fosfat dapat diaplikasikan langsung ke tanah yang secara alami dapat melepaskan PO4-3 tersedia bagi tanaman, jika di dalam tanah terdapat cukup ion H + untuk membantu melarutkan P dari batuan fosfat, tetapi prosesnya sangat lambat dan hanya terjadi pada tanah yang asam, serta adanya mikroba pelarut fosfat. Penelitian di daerah tropik, menunjukkan bahwa pengaruh batuan fosfat secara langsung mempunyai prospek yang baik, jika digunakan pada tanah yang bereaksi asam (Sarno, 1996). Reaksi batuan fosfat yang diaplikasikan secara langsung pada tanah masam berlangsung lambat. [Ca3 (PO4)2]3 CaF2 + 7 H2O 3 Ca [H2PO4]2 + 7 CaSO4 + 2 HF (Fluor Apatit) ( ion fosfat tersedia bagi tanaman)

13 Penggunaan batuan fosfat yang diberikan secara langsung sebagai pupuk fosfat merupakan salah satu cara untuk mengatasi mahalnya harga pupuk dan rendahnya efisiensi pemupukan menggunakan pupuk superfosfat (Adiningsih, dkk., 1998). Namun demikian, sifat batuan fosfat yang sukar terlarut dalam air menyebabkan laju pelarutannya tidak berimbang dengan kebutuhan fosfat tanaman (Matunubun, dkk., 1988). Keuntungan penggunaan batuan fosfat alam secara langsung adalah harganya yang relatif lebih murah, dapat digunakan secara langsung, efektivitasnya hampir sama dengan TSP atau SP-36 dan menghemat tenaga kerja (Adiningsih, dkk., 1998). Pupuk fosfat dibuat secara industri dari batuan fosfat pada umumnya melalui proses asidulasi, yaitu melibatkan senyawa asam untuk melarutkan fosfat yang terikat kuat pada batuan fosfat. Proses ini berbiaya tinggi sehingga harga pupuk superfosfat ini menjadi mahal (Soelaeman, 2008). Proses yang terjadi berlangsung cepat seperti digambarkan sebagai berikut : Proses Asidulasi [Ca3 (PO4)2]3 CaF2 Ca 2+ H2PO4 - + 2 HF (Fluor Apatit) Industri HPO4-2 ( Pupuk superfosfat ) Pupuk superfosfat yang ditambahkan kedalam tanah, maka reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut : Ca 2+ H2PO4 - Dalam tanah HPO4-2 H2PO4 - + HPO4-2 H2O ( P tersedia dalam tanah ) ( Pupuk superfosat )

14 Kelarutan fosfat alam dalam tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor tanah seperti kelembapan, kemasaman, serta kadar C, dan P tanah serta faktor tanaman, seperti kemampuan penyerapan Ca dan P oleh tanaman (Noor, 2004 dalam Wahida, dkk., 2007). Pada tanah masam terdapat ion H + dalam jumlah banyak sebagai akibat tercucinya ion-ion basa khususnya Ca 2+ karena curah hujan yang tinggi (Soelaeman, 2008). Batuan fosfat alam melepaskan ion fosfat dan ion lainnya yang akan bereaksi dengan ion H + menjadi H2PO4 - yang dapat diserap oleh tanaman. Teknik-teknik yang telah diteliti untuk meningkatkan kelarutan dan efektifitas pupuk batuan fosfat alam antara lain : 1) menepungkan batuan fosfat untuk langsung diaplikasikan ke dalam tanah, 2) mengembangkan teknik granulasi untuk memperbaiki sifat-sifat fisiknya, 3) mencampurkan batuan fosfat dengan bahan organik, sulfur, pupuk P larut atau produk-produk tanah yang mampu meningkatkan ketersediaan P (Hammond, dkk., 1986, dalam Herawaty, 2000). Chien, dkk., (199 0, dalam Soelaeman, 2008) mengemukakan bahwa kelarutan fosfat alam lebih tinggi pada tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sehingga memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan pada tanah yang mengandung bahan organik rendah.

15 C. Mineralisasi N dan Pelarutan P Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat yang Dikomposkan Mineralisasi nitrogen merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi tanaman karena sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N organik yang tidak tersedia bagi tanaman. Proses mineralisasi nitrogen ini melibatkan serangkain proses mulai dari hidrolisis protein, aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Mineralisasi akan dipercepat bila keadaan tanah berdrainase dan aerasi baik dan banyak kation basa (Hakim, dkk., 1986). Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan fosfat, melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Bahan organik yang sedang terdekomposisi menghasilkan sejumlah asam-asam organik akan mempercepat proses pelarutan batuan fosfat sehingga akan melepaskan sejumlah anion fosfat kedalam kompos, akibatnya P-tersedia turut meningkat (Soepardi, 1983 dalam Jamilah, 2003). Dengan mengaplikasikan batuan fosfat bersama dengan bahan organik dapat mempercepat kelarutan batuan fosfat, karena pengaruh positif dari batuan fosfat yang dikombinasikan dengan bahan organik tersebut dapat menyumbangkan ion H + dan mengkhelat Ca 2+ pada tanah (Ardjasa, 1993). Soelaeman (2008) melaporkan penggunaan pupuk kandang sebanyak 15 ton ha -1 dan residu fosfat alam yang telah diberikan pada tahun sebelumnya menyebabkan ketersediaan P di dalam tanah meningkat. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Rajan, dkk., (1996, dalam Soelaeman, 2008), penambahan bahan organik atau

16 pupuk kandang memberikan pengaruh positif terhadap kelarutan fosfat alam di dalam tanah, dan memperbaiki produktivitas tanah karena kapasitas tukar kation pada bahan organik tinggi, dan asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik oleh mikroba tanah dapat melarutkan P. Reaksi sinergis pencampuran antara bahan organik dengan batuan fosfat di gambarkan pada Gambar 2 (Nugroho, 2011).