Penyusunan Peta Hijau dalam Upaya Pengenalan Lingkungan Terhadap Anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kegiatan program pembangunan tersebut. dengan sebutan pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN AKSI KAMPUNG BUAH KELURAHAN AKCAYA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Siti Sujatini, 2 Harry Susilo

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

penelitian 2010

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. daya alam maupun sumber daya manusia yang rendah. timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary association).

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Desain Komunikasi Visual 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI KELURAHAN SADAR BENCANA (KELURAHAN BANJAR-SERASAN KEC.PONTIANAK TIMUR)

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

Rencana Aksi dan Progres Desa Berbudaya Lingkungan (Ecovillage) di DAS Citarum Hulu Gedung Sate, 8 Oktober Jaringan Kerja Ecovillage Jabar

BAB 2 LANDASAN TEORI 2-1

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

BAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah

PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN SPPIP

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VI DATA DAN ANALISIS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENYUSUNAN PETA HIJAU DALAM UPAYA PENGENALAN LINGKUNGAN TERHADAP ANAK (KELURAHAN TANJUNG DUREN SELATAN, KECAMATAN GROGOL PETAMBURAN KOTA JAKARTA BARAT) Laili Fuji Widyawati¹, Adi Jaya Putra 2 ¹,2 Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara Nomor 9 Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 lailifujiwidyawati@yahoo.co.id Abstrak Dinamika pembangunan yang pesat membutuhkan mekanisme perencanaan yang komprehensif. Salah satu unsur penting dalam suatu perencanaan adalah pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga seorang perencana dituntut untuk mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan masyarakat termasuk anak-anak sebagai pelaku pembangunan masa depan. Dalam rangka implementasi bidang keilmuan dan bentuk pengabdian masyarakat, maka terinisiasi ide untuk lebih mengenalkan lingkungan kepada masyarakat melalui penyusunan peta hijau. Tujuan penyusunan Peta Hijau adalah sebagai upaya pengenalan lingkungan terhadap anak melalui pendekatan partisipatif dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Salah satu teknik digunakan adalah pemetaan lingkungan berbasis masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini terbagi menjadi dua kegiatan utama yaitu bersama anak-anak sekitar wilayah Tanjung Duren melakukan survei lapangan untuk mengidentifikasi dan memetakan lingkungan tempat tinggal dan menyusun peta lingkungan berbasis masyarakat dengan output peta kampung kita yang memuat hasil identifikasi rumah dan fasilitas di Kelurahan Tanjung Duren Selatan. Hasil akhir yang diharapkan dari adanya kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman anak terhadap kondisi lingkungan yang mereka huni. Sasaran dari kegiatan ini adalah anak-anak, karena pengenalan lingkungan sedari dini dinilai penting sebagai upaya untuk meningkatkan kecintaan anak terhadap lingkungan sekitar sekaligus mendorong kepedulian terhadap lingkungan. Melalui langkah nyata oleh dosen dan mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, harapannya bukan hanya dapat meningkatkan empati sosial bagi mahasiswa namun juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Kata kunci: peta hijau, partisipatif, pengenalan lingkungan Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 119 Pendahuluan Kota besar masih menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian masyarakat Indonesia. Perkembangan kota besar yang merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi dayatarik bagi masyarakat yang dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam kota itu sendiri maupun dari luar wilayah kota, sehingga menyebabkan pula tingginya arus urbanisasi. Dampak lanjutan urbanisasi yang selalu mengiringi perkembangan perkotaan adalah kepadatan penduduk. Urbanisasi telah menyebabkan ledakan jumlah penduduk kota yang sangat pesat, yang salah satu implikasinya adalah terjadinya penggumpalan tenaga kerja di kota-kota besar. Banyaknya penduduk yang memilih menetap di kota besar menyebabkan tumbuhnya pemukiman-pemukiman baru baik legal maupun illegal. Terbatasnya lahan yang tidak berimbang dengan peningkatan permukiman mengakibatkan munculnya pemukiman padat penduduk dengan kriteria rumah-rumah yang tidak layak huni. Permasalahan pemukiman ini semakin diperparah oleh kondisi warganya yang sebagian besar tidak memiliki pekerjaan yang layak dan kemampuan ekonomi yang cukup rendah. Implikasinya adalah masyarakat berpenghasilan rendah tersebut tidak dapat memilih tempat tinggal, pada akhirnya keadaan yang memaksa

mereka untuk bertempat tinggal di pemukiman yang padat penduduk. Berbagai konsekuensi harus siap dihadapi oleh warga yang tinggal di pemukiman padat ini seperti kebakaran, rendahnya tingkat kebersihan, sanitasi yang buruk, hingga penyakit menular. Selain itu akibat secara psikologis juga banyak dirasakan oleh warga yang tinggal di dalamnya seperti stress dan agrestivitas. Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap terbentuknya perilaku. Hal yang di khawatirkan dalam permasalahan tersebut yaitu perilaku dari anak-anak yang tinggal dipermukiman padat penduduk, kurangnya ruang terbuka itu mengakibatkan kurangnya ruang untuk bermainanak yang seharusnya mereka dapatkan untuk bermain mengisi waktu kekosongan mereka. Minimnya ruang terbuka hijau mengakibatkan pemanfaatan jalan sebagai sarana bermain anak-anak. Rasa aman dan nyaman terhadap ruang bermainpun direnggut dari anakanak. Keprihatinan tersebut menjadi dasar dibutuhkannya pengenalan terhadap lingkungan kepada masyarakat. Pengenalan lingkungan tersebut harapannya akan meningkatkan pemahaman terhadap kondisidan masalah lingkungan sekitar tempat tinggal. Pemahaman akan lingkungan dinilai tidak hanya bagi orang tua atau tokoh masyarakat, seluruh element masyarakat harus mengetahui dan merasa memiliki terhadap lingkungannya untuk sama-sama menjaga kualitas dari lingkungan tempat merekatinggal. Pemahaman terhadap lingkungan harus ditanamkan terhadap anak-anak, karena anak-anaklah yang sering melakukan aktivitas dilingkungannya, selain itu anak-anak pula yang akan menjaga lingkungannya di masa yang akan datang. Penyusunan peta hijau dalam upaya pengenalan lingkungan terhadap anak dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat. Lokasi terpilih berdasarkan pertimbangan kedekatan lokasi dengan Universitas Esa Unggul. Sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka pengabdian masyarakat diutamakan dilaksanakan di sekitar wilayah kampus. Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat memiliki luas 1,76 km2 dan dihuni oleh 4.010 kepala keluarga dan termasuk dalam kawasan dengan hunian padat. Tingginya kepadatan penduduk di wilayah tersebut mengakibatkan berbagai masalah sosial yang tidak dapat dihindari, seperti adanya ancaman bahaya kebakaran. Semakin tinggi jumlah penduduk pada suatu daerah dan semakin beragam aktifitas penduduknya, maka potensi terjadinya kebakaran juga tinggi. Kebakaran bukan hanya menghilangkan harta benda dan tempat tinggal juga menghilangkan nyawa. Menurut data statistik kebakaran, DKI Jakarta menempati angka tertinggi dalam hal frekuensi kebakaran dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Padatnya permukiman juga tidak diimbangi dengan ketersediaan ruang terbuka hijau, yang semakin memperbesar munculnya permasalahan-permasalahan sosial di perkotaan. Akibatnya lingkungan menjadi kurang layak huni dan tidak nyaman. Beranjak dari isu tersebut pemahaman akan lingkungan yang aman dan nyaman diyakini harus ditanamkan pada masyarakat terutama anak-anak. Sehingga masyarakat mampu membenahi wilayahnya sendiri agar terhindar dari berbagai ancaman sosial dan lingkungan. Tahap awal dari upaya membangun pemahaman adalah melalui pengenalan lingkungannya sendiri. Melalui penyusunan peta hijau dalam upaya pengenalan lingkungan, harapannya mampu menjadi media untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan, potensi serta permasalahan yang ada. Sasaran kegiatan yang merupakan anak-anak harapannya akan mampu menumbuhkan kecintaan pada lingkungan. Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 120

Maksud dan Tujuan Tujuan dilaksanakannya pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap anak-anak mengenai kondisi lingkungannya. Melalui kegiatan penyusunan peta hijau, anak-anak diberikan pembelajaran mengenai cara membuat peta lingkungan mereka, melalui gambaran visual harapannya anakanak akan lebih tertarik mengenal lingkungan dan lebih peka terhadap kondisi sekitar. Penyusunan peta diselenggara-kan secara partisipatif, hal ini dimaksudkan agar anak-anak yang terlibat didalam kegiatan ini dapat memberikan informasi yang diketahui mengenai kondisi dilingkungan tempat tinggalnya. Adapun sasaran yang ingin kami capai yaitu: Anak-anak dapat mengenal kondisi lingkungannya. Anak-anak bisa membuat peta ling-kungan tempat tinggalnya sendiri. Anak-anak dapat memahami potensi dan masalah yang ada di lingkungannya. Gambar 1 Peta Kelurahan Tanjung Duren Selatan Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 121 Hasil akhir yang diharapkan dari adanya kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman anak terhadap kondisi lingkungan yang mereka huni. Melalui upaya pengenalan lingkungan, sedari dini anak didorong lebih memperhatikan dan mencintai lingkungan sekitar yang tercermin dari perilaku sehari-hari. Selain itu, bagi mahasiswa yang dituntut melakukan edukasi pengajaran peta hijau harapannya akan mampu merangsang empati mahasiswa terhadap isu-isu sosial di masyarakat. Metode Pelaksanaan Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan selama 2 (dua) hari yang terbagi menjadi 2 (dua) kegiatan yaitu : a. Bersama anak-anak sekitar wilayah Tanjung Duren melakukan survei lapangan untuk mengidentifikasi dan memetakan lingkungan tempat tinggal; dan b. Melakukan interaksi dan komunikasi dengan anak-anak yang tinggal disekitar wilayah Tanjung Duren dalam rangka

menyusun peta lingkungan berbasis masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan pendekatan partisipatif. Pendekatan ini dilaksanakan melalui kegiatan komunikasi dan menjaring aspiratif anak-anak yang tinggal di Jl. Tanjung duren timur Gg. Mandalika III Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat. Menurut Cohen dan Uphoff (1977) dalam Harahap (2001), partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program, dalam berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi program pembangunan. Sedangkan partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan; 2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyekproyek pembangunan; 3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri; 4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu; 5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 122 memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial; 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991 : 154-155) sebagai berikut:- pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap kegiatan tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Salah satu teknik partisipasi yang dapat dimanfaatkan seorang perencana adalah Participatory Rural Appraisal (PRA). Menurut Chambers (1996), PRA adalah sekumpulan teknik dan alat yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan. Dalam pelaksanaan PRA biasanya menggunakan media visual (gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh masyarakat untuk mengenali potensi, masalah, peluang dan ancaman bagi masyarakat sendiri. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah pemetaan lingkungan. Teknik pemetaan lingkungan biasanya digunakan untuk memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan keadaan wilayah desa tersebut beserta lingkungannya. Hasilnya adalah peta atau sketsa keadaan sumberdaya umum suatu lingkungan atau peta dengan topik terten-

tu, sesuai kesepakatan dan tujuannya, misalnya peta administrasi, peta jenis tanah, peta sumber daya, peta penyebaran penduduk dll. Dalam menyusun peta hijau lingkungan, sebaiknya dilengkapi dengan tanda-tanda (ikon) yang mudah dalam mengenali lingkungan sekitar. Sasarannya adalah untuk memberikan pemahaman menyeluruh masyarakat dalam mengenal aspek pembentuk lingkungan (lokasilokasi menarik). Berikut adalah tahapan dalam penyusunan peta hijau lingkungan: g. Pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau pembuatan peta dan diskusi sudah selesai, peta digambar kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai peta masyarakat). Gambar 3 Contoh Peta Hijau Gambar 2 Tahapan Penyusunan Peta Hijau Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun peta hijau: a. Sepakati topik peta (umum atau topikal) serta wilayah yang akan digambar; b. Sepakati simbol-simbol yang akan digunakan; c. Menyiapkan bahan yang dibutuhkan ; d. Gambarlah batas-batasan wilayah dan beberapa titik tertentu (misalnya jalan, sungai, rumah ibadah, sekolah, pasar, kantor desa) ; e. Melengkapi peta dengan detail-detail sesuai topik peta (umum atau topikal); f. Diskusilah lebih lanjut tentang keadaan, masalah-masalah, sebabnya serta akibatnya, menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi ; dan Hasil dan Pembahasan Pada tahap awal kegiatan penyusunan peta hijau dengan pendekatan partisipatif, mahasiswa dituntut untuk menggali isu sosial lingkungan di masyarakat yang kemudian dijadikan dasar dalam perancangan proyek sosial. Setelah mengenali dan memahami isu sosial di masyarakat maka mahasiswa harus merumuskan rancangan proyek dengan mempertimbangkan alternatif ide dan pemilihan ide prioritas, mobilisasi personil, pembiayaan dan jadwal pelaksanaan kegiatan. Dalam penyusunan rencana, mahasiswa harus dapat merumuskan penanggung jawab kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran peserta serta menyusun materi yang akan diajarkan. Proses tersebut membutuhkan brainstorming antar anggota kelompok, sehingga secara berkala mahasiswa dibimbing dosen mengadakan rapat membahas rencana kegiatan. Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 123

Pengenalan lingkungan tempat tinggal melalui simbol-simbol dalam peta Pemetaan Wilayah Kelurahan sebagai peta dasar. Gambar 4 Diskusi Dosen dan Mahasiswa terkait Ide Sosial Setelah perumusan rancangan kegiatan maka langkah selanjutnya adalah tim melaksanakan survey awal lokasi terkait penjelasan Gambar 5 Mahasiswa sedang berinteraksi dengan tujuan kegiatan, perizinan dan koordinasi peserta dengan RT terkait. Untuk menjamin kelan- anak-anak caran acara, maka tim harus memastikan tempat Pemetaan pernasalahan lingkungan pelaksanaan kegiatan, penyesuaian jadwal sekitar tempat tinggal Kegiatan yang diselenggarakan selama satu hari tersebut dinilai sukses kegiatan dan konfirmasi jumlah anak yang akan terlibat. dan lancar. Hasil akhir kegiatan tersebut berupa Kegiatan pembuatan peta dilakukan pada peta hijau lingkungan dengan pendekatan hari minggu, 18 januari 2015. Kegiatan dilaksanakan di Jl. Tanjung duren timur Gg. Manda- partisipatif telah tercapai. Anak-anak antusias mengikuti edukasi dan tanpa sungkan memberi lika III Kelurahan Tanjung Duren Selatan, informasi yang dibutuhkan. Metode edukasi Kecamatan Grogol Petamburan Kota Jakarta yang santai, dinilai efektif untuk mencairkan Barat dengan melibatkan 15 anak yang tinggal suasana. Tanpa disadari, anak-anak sedang di wilayah sekitar. belajar untuk lebih mengenal daerahnya. Mahasiswapun secara tidak langsung sedang belajar Kegiatan ini diawali dengan perkenalan dan penjelasan maksud dan tujuan pelaksanaan untuk berinteraksi sosial dengan anak-anak, dan kegiatan. Pada kesempatan tersebut, mahasiswa bukanlah perkara mudah untuk mampu menggali informasi dari anak-anak. menjelaskan bagaimana pentingnya sebuah peta untuk sebuah informasi. Selain diajarkan mengenai simbol-simbol, anak-anak juga diterangkan cara membuat lay out peta. Dalam penyusunan peta hijau lingkungan, anak-anak dikumpulkan untuk belajar memberikan informasi terkait lokasi rumah mereka, lokasi sekolah, dan lokasi dimana mereka sering berkumpul dan Gambar 6 bermain. Diskusi dengan Anak-Anak Peta yang dihasilkan adalah peta lingkungan sekitar tempat tinggal yang bukan hanya Pengenalan lingkungan memang sebaiknya diperkenalkan kepada anak-anak sedari dini menjadi informasi bagi anak-anak namun juga dapat menjadi alat diskusi perumusan masalah melalui berbagai media, salah satunya adalah danpotensi. Pengenalan peta terhadap anak-anak peta. Melalui penyusunan peta, anak-anak dirangsang untuk peka terhadap kondisi spasial dibagi ke dalam beberapa tahap yaitu: Pengenalan fungsi peta lingkungannya sekaligus permasalahan yang Pengenalan jenis-jenis peta dihadapi. Selain itu, melalui penyusunan peta Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 124

lingkungan mahasiswa juga telah diajarkan cara berinteraksi sosial dengan masyarakat, khususnya anak-anak. Melalui pengabdian masyarakat ini, harapannya menjadi bekal bagi mahasiswa agar dapat menjadi seorang planner yang komperehensif yang mampu merumuskan rencana atau kegiatan secara partisipatif. Gambar 7 Berfoto dengan Anak-Anak Gambar 8 Peta Kampung Kita Hasil Penyusunan dengan metode Partisipatif Kesimpulan identifikasi kondisi lingkungan sekaligus Penyusunan peta hijau dalam upaya pengenalan mampu menggali persoalan sosial dan lingkukan lingkungan terhadap anak dilaksanangan di wilayahnya. Peta hanyalah salah satu selama 2 (dua) hari di Kelurahan Tanjung media yang dapat dimanfaatkan untuk menjaring Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan informasi. Namun tersusunnya peta kam- Kota Jakarta Barat dengan melibatkan 15 anak pung kita bukan hanya menghasilkan suatu produk yang tinggal di wilayah sekitar. Hasil akhir dari informatif yang bermanfaat namun juga kegiatan ini adalah tersusunnya peta kampung mengajarkan kepada anak-anak terkait proses dengan metode partisipatif sebagai wadah yang menyusun suatu peta. bertujuan memberikan pemahaman terhadap Keberhasilan anak-anak dalam menyusun anak-anak mengenai kondisi lingkungannya. peta lingkungan tidak terlepas dari peran Melalui pendekatan partisipatif dengan fasilitator yaitu dosen dan mahasiswa Teknik metode Participatory Rural Appraisal (PRA) Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa dan teknik pemetaan yang dikemas secara menarik, Unggul sebagai bagian dari Tri Dharma Pergu- harapannya anak-anak mampu mengruan Tinggi dalam bentuk pengabdian masya- Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 125

rakat. Dikembangkannya berbagai model pengabdian masyarakat diharapkan bukan hanya bermanfaat bagi masyarakat namun juga mampu menjadi media pembelajaran langsung terutama dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat. Karena pada dasarnya mahasiswa harus dapat menjadi penggerak masyarakat dalam menjalankan roda pembangunan. Daftar Pustaka Cipta, Andy, Participatory Rural Appraisal, Disampaikan dalam Kuliah Umum di Universitas Esa Unggul, 2014 Idriyanti, Shinta, Pemetaan Partisipatif, Peran Masyarakat dalam Memetakan Hijau Kota, Disampaikan dalam Kuliah Umum di Universitas Esa Unggul, 2014 Joga, Nirwono, RTH 30% Resolusi (Kota) Hijau, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011 Joga, Nirwono, Gerakan Kota Hijau, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013 Zonneveld, Luuk, The Toolkit for Participation in Local Government Learning to Make participation Work, Oxfam/Novib, 2001 Jurnal Abdimas Volume 2 Nomor 1, September 2015 126