BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Salah satunya dibuktikan oleh peningkatan jumlah wisatawan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditambah lagi dengan kebudayaannya, tidak heran jika Yogyakarta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini sektor pariwisata Indonesia diramaikan

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

BAB I PENDAHULUAN. positive data on tourism earnings and expenditure. 1. pariwisata dunia, United Nations World Tourism Organization (UNWTO), dapat

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAAN. 1.1 Latar Belakang

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian kian menjadi trend di kalangan pemerintah daerah dengan cara

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PARIWISATA DIY, DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANTUL DAN EVENT JOGJA AIR SHOW

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan wisata saat ini sedang menjadi gaya hidup (lifestyle) di berbagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar belakang. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah perdesaan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Fokus yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PUSAT INFORMASI DAN PROMOSI HASIL KERAJINAN DI YOGYAKARTA

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB 1. Pendahuluan. wilayah Kabupaten Malang. Kota Malang memiliki luas Km². Penduduk

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menuju kemandirian ( Bandung, 1995 ), p. III-1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata. Bila dibandingkan dengan Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih kalah dalam menyedot wisatawan. Namun demikian Yogyakarta yang terkenal sebagai salah satu cagar budaya dan keanekaragaman kerajinan memiliki potensi besar untuk berkembang. Salah satunya dibuktikan oleh peningkatan jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke DIY. Dari data 1 BPS DIY, selama tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan ke DIY mencapai 3,2 juta, terdiri dari 3,058 juta wisatawan domestik dan 148,76 ribu wisatawan asing. Meskipun dari sisi jumlah wisatawan domestik jauh lebih dominan dengan proporsi sekitar 96%, namun dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan proporsi wisatawan asing dari 3,4% menjadi 4,6%. Menyadari pariwisata merupakan industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat cerah di kemudian hari, maka tidak salah jika dikatakan industri pariwisata memberikan dampak positif bagi penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. 1 BPS Yogyakarta. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 dalam http://yogyakarta.bps.go.id/ebook/statistik%20daerah%20istimewa%20yogyakarta%202012/ diakses pada 17 April 2013 pukul 18.05 WIB. 1

Permasalahan yang sering terjadi selama ini, kemiskinan dan pengangguran justru banyak ditemukan pada masyarakat desa. Oleh sebab itu kebijakan pariwisata DIY dalam menekan angka kemiskinan dan penggangguran di desa adalah dengan melakukan pengembangan keterampilan SDM. Wujud konkret dari kebijakan tersebut dapat dilihat pada pelaksanaannya di salah satu kabupaten yaitu Kabupaten Bantul. Pada saat ini Kabupaten Bantul telah menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dipilih wisatawan. Beberapa tahun belakangan perkembangan Pariwisata di Kabupaten Bantul cukup menggembirakan. Terutama dilihat dari adanya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Bantul. TABEL 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata (DTW) Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012 ODTW Kabupaten Bantul Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Wisman Wisnus Jumlah Wisman Wisnus Jumlah Wisman Wisnus Jumlah 13.387 1.286.655 1.300.042-2.378.209 2.378.209-2.378.209 2.378.209 Sumber : Dinas Pariwisata DIY Data diatas menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengunjung. Hal ini membawa pengaruh yang cukup besar bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Bantul. Oleh karenanya, Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul merespon kesempatan yang ada melalui visinya yaitu lestari dan berkembangnya 2

kebudayaan serta pariwisata yang memberdayakan dan mensejahterakan rakyat. Dalam mencapai Visi tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul menuangkannya dalam Misi yang akan dijalankan kedepan. Adapun Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul, yaitu : 2 1. Menggali, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah untuk memperkuat jati diri dan kepribadian masyarakat 2. Melestarikan dan mengembangkan pariwisata yang berbasis pada budaya, dan minat khusus melalui berbagai bentuk pelestarian dan pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan pengayaan pengetahuan 3. Meningkatkan profesionalisme pengelolaan pariwisata dan kebudayaan melalui peningkatan kualitas kelembagaan, manajemen dan sumber daya manusia 4. Memasarkan produk pariwisata daerah secara luas baik di tingkat nasional maupun internasional Visi dan Misi Disbudpar Kabupaten Bantul diwujudkan melalui arah kebijakan pembangunan kepariwisataan Kabupaten Bantul yang berkiblat pada Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPPARDA) DIY. Berdasarkan dari RIPPARDA DIY Tahun 2012-2025, pembangunan kepariwisataan dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu tahap pertama dimulai pada tahun 2012 hingga 2014. Kemudian tahap kedua dimulai pada tahun 2015 hingga 2019 dan terakhir tahap ketiga dilakukan pada tahun 2020-2025. Sesuai dengan arahan RIPPARDA DIY, perwilayanan pembangunan destinasi pariwisata daerah mencangkup 11 kawasan, yaitu Kawasan Kaliurang- Merapi, Kawasan Prambanan-Ratu Boko, Kawasan Perkotaan-Malioboro, Kawasan Glagah-Tresik, Kawasan Parangtritis-Depok, Kawasan Karst Wonosari, 2 Disbudpar Kab. Bantul. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul dalam http://disbudpar.bantulkab.go.id/hal/visi-misi, Diakses 26 Maret 2013 Pukul 20.18 WIB. 3

Kawasan Kasongan-Tembi, Kawasan Baron-Sundak, Kawasan Siung-Wediombo- Sadeng, Kawasang Bobung-Putat dan terakhir Kawasan Sermo-Menoreh-Seloyo. Merujuk pada pembagian kawasan tersebut, Desa Wisata Manding masuk kedalam Kawasan Kasongan-Tembi dengan arah kebijakan utama yaitu pengembangan kasongan-tembi sebagai sentra kerajinan dan wisata alam. TABEL 1.2 Arah Kebijakan Pengembangan Desa Wisata Manding No Strategi Indikasi Program 1 Mengembangkan Desa Manding sebagai Desa Wisata Kerajinan Kulit 1. Pengembangan paket wisata kerajinan kulit 2. Pengembangan pusat workshop kerajinan kulit 3. Pengembangan display kerajinan kulit 4. Pengembangan event pameran kerajinan secara berkala 5. Pengembangan Gabusan sebagai pasar 2 Mengembangkan Prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata dalam mendukung desa wisata kerajinan kulit seni, terutama area Manding dan Tembi 1. Penataan exhibition/display kerajinan kasongan 2. Pembangunan area pusat workshop kerajinan kulit Manding 3. Pembangunan landmark kawasan sebagai penanda kawasan 4. Revitalisasi kawasan gabusan sebagai pasar seni terutama area Manding dan Tembi Sumber : DPRD DIY, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Desa Wisata sebagai alternatif Daya Tarik Wisata (DTW) baru sebetulnya memiliki keunggulan tersendiri dalam rangka menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Salah satu bentuk keunggulan desa wisata dibanding dengan bentuk wisata lainnya, desa wisata menawarkan kegiatan pariwisata yang memberikan manfaat lebih bagi wisatawan. Contohnya saja wisata sambil belajar yang 4

mengedepankan pengalaman atau wisata pengembangan diri yang belakangan lebih banyak diminati. Objek wisata pedesaan mempunyai daya tarik yang berbeda dengan objek wisata alam. Yang dimaksud objek wisata pedesaan adalah suatu desa yang mempunyai potensi besar dalam sektor pariwisata sehingga layak untuk dijadikan dan dikembangkan menjadi daya tarik wisata baru yaitu objek wisata pedesaan. Berbeda dengan objek wisata alam yang memiliki daya tarik alam, desa wisata sebagai daya tarik wisata baru memiliki potensi tersendiri. Potensi yang dimiliki suatu desa mempunyai karakter dan daya tarik yang berbeda dengan desa lainnya. Munculnya beberapa desa wisata di Kabupaten Bantul merupakan suatu ide bagaimana membuat kawasan yang ada di suatu desa berkembang, meskipun secara administatif hanya meliputi dusun atau bahkan kecamatan. Desa Wisata sebagai daya tarik wisata baru juga diharapkan dapat menjadi magnet dan daya tarik bagi orang-orang yang berada diluar kawasan desa wisata. Kabupaten Bantul saat ini memiliki 14 Desa Wisata yang sudah tumbuh dan menjadi fokus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul. 14 Desa Wisata tersebut memiliki keunggulan yang berbeda-beda sehingga keragaman ini memudahkan wisatawan untuk memilih desa wisata mana yang akan mereka kunjungi sesuai dengan minat mereka masing-masing. 14 Desa Wisata tersebut, antara lain : 5

TABEL 1.3 Desa Wisata di Kabupaten Bantul No Desa Wisata Unggulan Lokasi 1 Kebon Agung Kegiatan Pertanian, Museum Tani, Homestay, Bendung Tegal, Kesenian Tradisional, Makanan Tradisional 2 Tembi Homestay Arsitektuk Jawa, Kesnian Tradisional, Kuliner Tradisional 3 Manding Sentra Kerajinan Kulit, Kuliner Tradisional, Kesenian Tradisional Homestay, Upacara Adat Desa Kenon Agung Kec. Imogiri Desa Tumbulharjo Kec. Sewon Dusun Manding Desa Sabdodadi Kec. Bantul 4 Kasongan Sentra Kerajinan Gerabah, Homestay Desa Bangunjiwo Kec. Kasihan 5 Krebet Sentra industri kerajinan batik kayu, kuliner tradisional, homestay 6 Karangtengah Budidaya Ulat Sutera, Batik warna alam,kuliner tradisional, view Jogja 7 Wukirsari Sentra industri batik tulis, tatah sungging, kuliner tradisional, kesenian tradisional, homestay 8 Puton Pemancingan, kuliner tradisional, kesenian tradisional, kerajinan pahat kayu 9 Lopati Kuliner khas mie letheg, tahu murni, produksi susu pasteurisasi Desa Sendangsari Kec. Krebet Desa Karangtengah Kec. Imogiri Desa Wukirsari Kec. Imogiri Dusun Puton, Desa Trimulyo Kec. Jetis Dusun Lopati, Desa Trimurti Kec. Srandakan 10 Panjangrejo Sentra industri kerajinan cinderamata gerabah Desa Panjangrejo Kec. Pundong 11 Trimulyo Suasana pedesaan, wisata air sungai Opak, kuliner tradisional, Batik Sekar Nitik Desa Trimulyo Kec. Jetis 12 Jagalan Kompleks rumah,tradisional Jawa Desa Jagalan Kec.Banguntapan 13 Canden Sentra industri jamu gendong, kuliner tradisional Desa Canden, Kec.Jetis 14 Imogiri Makam raja-raja Mataram, industri batik, Kuliner tradisional pecel kembang turi, wedang uwuh Desa Imogiri, Kec. Imogiri Sumber : Disbudpar Kabupaten Bantul, tahun 2013 Berdasarkan data tersebut, kajian yang akan dibahas secara lebih mendalam adalah Desa Wisata Kerajinan Kulit Manding, Kabupaten Bantul yang termasuk dalam klasifikasi sasaran obyek dan daya tarik wisata Undang-Undang 6

Nomor 10 Tahun 2009 poin ke-3 yakni sasaran wisata minat khusus yang berkaitan dengan industri dan kerajinan. Desa Wisata Kerajinan Kulit Manding berada di persimpangan Jl. Parangtritis km 11, atau tepatnya di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Manding, Sabdodadi, Bantul, sekitar 15 km dari pusat kota Jogja ke arah selatan menuju Pantai Parangtritis. Akses menuju Manding mudah karena Jalan Parangtritis ini dilalui oleh banyak kendaraan umum seperti bis. Atau jika mengendarai kendaraan pribadi, maka perjalanan ke Manding akan lebih mudah. 3 Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan dengan gambar di bawah ini : GAMBAR 1.1 Letak Desa Manding, Sabdodadi, Kabupaten Bantul 4 Gambar diatas menunjukkan strategisnya desa Manding, Sabdodadi, Bantul sebagai jalur utama yang menghubungkan antara Parangtriris dan Kota Yogyakarta. Sehingga apabila wisatawan akan berwisata ke Pantai Parangtritis, 3 Anonim. Sentra Kerajinan Kulit Desa Manding dalam http://jogjatrip.com/id/656/sentra- Kerajinan-Kulit-Desa-Manding, Diakses 21 Maret 2013 pukul 16.17 WIB. 4 Sumber: Kabupaten Bantul, 2011. Peta RTRW-Administrasi dalam http://kewilayahan.bantulkab.go.id/rtrw.php?mod=1, Diakses 05 Juni 2014 pukul 16:40. 7

maka wisatawan bisa mampir sejenak di Manding untuk membeli produk kerajinan kulit yang dijajakan pada showroom-showroom yang ada di desa Manding. Penduduk Desa Manding pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai pengrajin dan pengusaha kulit (pemilik showroom). Khusus untuk jumlah showroom dan pengrajin kulit, desa Manding memiliki 21 showroom dengan 79 Pengrajin. Sedang untuk jenis produk, desa Manding memproduksi 10 jenis produk kerajinan. Untuk mengetahui gambaran terperinci atas jumlah showroom dan pengrajin serta jenis produk kerajinan desa Manding, dapat dilihat melalui tabel dan diagram dibawah ini : TABEL 1.4 Jumlah UKM dan Tenaga Kerja RT Jumlah UKM Rata-rata Pekerja 2 1 unit 3 orang 4 4 unit 3 orang 5 4 unit 4 orang 6 2 unit 4 orang 7 7 unit 3 orang Sumber : Arsip Kelurahan Sabdodadi, Bantul Tahun 2012 8

DIAGRAM 1.1 Jenis Produk Kerajinan Kulit Desa Wisata Manding Jenis Produk 2,60% 2,60% 2,60% 2,60% 2,60% 2,60% 5% 38,40% 36% 5% Tas Sepatu Dompet Sabuk Sandal Tempat pensil Jok Bola Jaket Wayang Sumber : Arsip Kelurahan Sabdodadi, Bantul Tahun 2012 Partisipasi masyarakat desa Manding dalam merespon pengembangan pariwisata di daerahnya tentu berdampak terhadap perkembangan desa wisata. Sikap masyarakat Manding yang ramah dan menerima baik wisatawan menjadi salah satu daya tarik sendiri. Selain itu, potensi lain yang juga menjadi keunggulan adalah potensi budaya. Sebagai daerah tujuan wisata dan usaha wisata, desa Manding memiliki daya tarik tersendiri dalam hal sistem budaya yang harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya etnik budaya lokal jawa. Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan warga desa Manding serta menandakan budaya lokal jawa adalah acara ritual bersih desa, jatilan, tari-tarian 9

maupun atraksi seni lain yang memang menjadi salah satu daya tarik dan potensi wisata. Suatu alternatif program yang dapat mengakomodasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat desa manding adalah pengembangan desa wisata. Program yang ditawarkan ini memiliki tujuan agar masyarakat dapat merasakan manfaat wisata yang dikembangkannya, memperoleh keuntungan secara ekonomi sekaligus membuka peluang terciptanya lapangan pekerjaan baru. Pada beberapa pengembangan desa wisata pelaksanaan program wisata sudah banyak dilakukan namun seringkali tidak ada atau sedikit saja yang melibatkan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan suatu bentuk wisata dimana masyarakat bukan hanya menjadi obyek namun juga menjadi subyek dari kegiatan wisata. Berdasarkan penjelasan serta data yang telah dijabarkan diatas maka dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata menjadi salah satu indikator penting. Pengembangan desa wisata memungkinkan keterlibatan masyarakat setempat terutama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha kerajinan kulit serta segala keuntungan yang diperoleh. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tentu dapat memberi pengaruh terhadap munculnya kemandirian masyarakat. 1.2 RUMUSAN MASALAH Partisipasi masyarakat menjadi kunci utama yang menentukan berhasil atau tidaknya pengembangan desa wisata. Dengan adanya partisipasi, kegiatan pengembangan dapat sesuai dengan keinginan masyarakat dan tidak bertentangan 10

dengan adat istiadat yang berlaku di dalam masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam mengembangkan desanya. Untuk itu agar tercapainya keberhasilan dalam kegiatan pengembangan desa wisata, masyarakat perlu menyadari bahwa partisipasi mereka adalah hal penting yang harus ada dalam kegiatan pengembangan. Sehingga dapat dirumuskan rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut, Bagaimana partisipasi masyarakat Manding dalam pengembangan desa wisata Manding, Sabdodadi, Bantul?. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat Manding dalam kegiatan pengembangan desa wisata Manding, Sabdodadi, Bantul. 2. Mendeskripsikan tangga partisipasi masyarakat Manding dalam kegiatan pengembangan desa wisata Manding, Sabdodadi, Bantul. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Dengan dilakukannya penelitian ini, tentu diharapkan dapat memberikan manfaat terutama pada berbagai pihak terkait. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Penulis 11

Manfaat yang diperolah terutama bagi penulis yaitu, menjawab rumusan masalah yang dilakukan oleh penulis atas rasa ingin tahu sekaligus memberikan pengetahuan dan pengalaman secara lebih luas dan nyata terhadap pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. 2. Bagi Akademisi Manfaat yang diperoleh bagi akademisi yaitu, sebagai pelengkap bahan bacaan, referensi maupun penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa ataupun berbagai pihak lain yang memiliki ketertarikan pada penelitian tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Manding, Sabdodadi, Bantul. 3. Bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Manfaat yang diperoleh bagi Pemerintah DIY yaitu, sebagai referensi dan bahan pertimbangan dalam perumusan strategi kebijakan pembangunan daya tarik wisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul. 4. Bagi Masyarakat Manfaat yang diperoleh bagi masyarakat yaitu, sebagai sebuah kontribusi dan informasi positif guna mengetahui dan memahami pentingnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan desa wisata di Manding, Sabdodadi, Bantul. 12