METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

19 Oktober Ema Umilia

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gambar 7. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN I-1

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

METODOLOGI. dilakukan di DAS Asahan Kabupaen Asahan, propinsi Sumatera Utara. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

V KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Studi

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN KAWASAN PERMUKIMAN, INDUSTRI, MANGROVE WILAYAH PESISIR UTARA SURABAYA TAHUN 2010 DAN 2014

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

Gambar 3.16 Peta RTRW Kota Bogor

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

Evaluasi Kesesuaian Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman, Industri, Mangrove Wilayah Pesisir Utara Surabaya Tahun 2010 dan 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL BERBASIS WEB

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

Transkripsi:

27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya tetap, walaupun dari sisi komposisi baik fisik, ekonomi dan sosial akan selalu berubah seiring dengan perubahan pemanfaatan ruang. Begitupun juga dengan perkembangan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang yang disebabkan oleh adanya perubahan dari aktivitas penduduk wilayah dalam memanfaatkan ruang yang ada. Perubahan pemanfaatan ruang yang ada ini jika tidak memperhitungkan keseimbangan geobiofisik dapat berakibat pada kemubaziran dan dampak bencana alam yang akan terjadi seperti banjir, longsor dan lain sebagainya. Selama ini hutan dan kawasan lindung lainnya telah mengalami degradasi akibat adanya tekanan yang berat berupa eksploitasi yang berlebihan serta okupasi untuk pemanfaatan lahan lainnya pada pada lahan yang tidak bertuan terlebih lagi pada era otonomi daerah dimana pengurusan hutan telah diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten. Mengingat fungsi hutan dan kawasan lindung lainnya yang sangat vital bagi keberlangsungan hidup manusia maka sudah seharusnya ditentukan luas minimum kawasan bervegetasi yang harus ada di suatu wilayah termasuk arahan spasialnya yang dapat menjamin keberlanjutan proses pembangunan dalam arti mampu meminimalkan kemungkinan-kemungkinan bencana yang muncul. Dalam kajian ini, kondisi wilayah Kabupaten dianalisis secara spasial untuk menentukan kawasan hutan dan kawasan lindung yang sesuai karakteristik dan kondisi biofisiknya harus tetap dipertahankan demi menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Dokumen Perencanaan Tata ruang (RTRW) Kabupaten Deli Serdang yang saat ini secara legal digunakan diperbandingkan dengan analisisis hasil kajian dari kawasan lindung dimaksud berdasarkan parameter fisik dari sumber data yang ada dan

28 dihasilkan sebaran dan besaran ketidaksesuaian fungsi lindung di Kabupaten Deli Serdang. Kerangka pendekatan ini dilakukan dengan suatu pendekatan sistem sebagaimana tertera pada Gambar 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, yang secara geografis terletak diantara koordinat 2 o 57 sampai dengan 3 o 16 Lintang Utara serta 98 o 33 sampai dengan 99 o 27 Bujur Timur dengan luas wilayah administrasi seluas 249.772 ha yang terdiri dari 22 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 389 Desa. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang, dapat diuraikan sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Karo dan Kab. Simalungun. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kab. Langkat dan Kab. Karo. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kab. Serdang Bedagai. Penelitian dilaksanakan selama lima (5) bulan mulai bulan Juni sampai dengan Oktober 2007.

29 " # # % # $ #! Gambar 1. Diagram Alir Pendekatan Penelitian

30 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dikumpulkan dari berbagai instansi sesuai dengan atribut yang akan dikaji, yaitu dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Badan Meteoriologi dan Geofisika, Biro Pusat Statistik (BPS), Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dan Departemen Kehutanan. Data yang dikumpulkan berupa peta-peta, peraturan/perundangan yang berlaku dan data numerik lainnya. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No Jenis Data Skala Sumber 1. Fisik Peta Administrasi Peta RBI Peta Jenis Tanah Peta/Data Curah Hujan Peta Sungai Peta RTRW Kabupaten Peta RTRW Propinsi Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Mangrove Peta landcover/landuse tahun 2005 Peta Kerentanan Tanah Prop.Sumut Lokasi sebaran mata air 1 : 50.000 1 : 50.000 1 : 250.000 1 : 250.000 1 : 50.000 1 : 100.000 1 : 250.000 1 : 250.000 1 : 250.000 1 : 250.000 1 : 500.000 - Bappeda Kab. Deli Serdang BP DAS Medan PPTA Bogor BMG-Sampali Medan BP DAS Medan Bappeda Kab. Deli Serdang Bappeda Prop. Sumut BPKH Medan BP DAS Medan BP DAS Medan Distamben Sumut Dishut Kab. Deli Serdang 2. Data Kependudukan dan Sosial Ekonomi BPS Kab. Deli Serdang 3. Peraturan dan kebijakan yang terkait dengan penataan ruang, hutan dan kawasan lindung BPKH/ Bappeda Kab. Deli Serdang

31 Analisis Data Penyusunan Basis Data Data masukan yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini terdiri dari dua kategori, yaitu data spasial berupa data grafis peta dan data numerik berupa data tabular. Sebelum dapat dilakukan operasi tumpang tindih (overlay) dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG), diperlukan proses pemasukan data kedalam bentuk digital. Peta yang masih berwujud manual dirubah kedalam bentuk digital dengan melakukan digitasi secara layar (on screen digitation) dan dikuti dengan pemasukan data atribut. Terhadap peta yang memiliki sistem koordinat berbeda dilakukan tranformasi koordinat, sehingga terusun basis data spasial dengan koordinat yang sama. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan data berdasar temanya, memanggil data dan mengklasifikasi ukuran data dan menumpangtindihkan data (overlay). Operasi yang dilakukan berupa dissollve, merge, clip, intersect, union dan pemanfaatan X tools untuk menghitung luasan area. Analisis Kawasan Hutan Metode yang digunakan dalam analisis kawasan hutan terdiri dari beberapa metode antara lain : 1. Analisis kawasan hutan berdasarkan penunjukan kawasan hutan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2003 tanggal 16 Pebruari 2003 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Sumatera Utara. Teknik analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan overlay antara peta administrasi Kabupaten Deli Serdang dengan peta penunjukan dimaksud. 2. Analisis kawasan hutan berdasarkan proses skoring terhadap parameter fisik wilayah sesuai dengan kriteria Departemen Kehutanan. Analisis dilakukan dengan mengevaluasi wilayah terhadap 3 (tiga) parameter penentu fisik wilayah yaitu kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas curah hujan

32 dengan melakukan pembobotan pada masing-masing faktor tersebut sesuai dengan kriteria pembobotan yang dilakukan oleh Badan Planologi Departemen Kehutanan (Santoso dan Hinrichs, 2000). Kriteria pembobotan pada masing-masing parameter tersebut tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria pembobotan parameter fisik berdasarkan skoring Nilai Kemiringan Intensitas curah Jenis tanah lereng hujan (mm/hari) kelas (bobot = 20) (bobot = 15) (bobot = 10) 1 0-8 % Alluvial, tanah Glei, Planosol, Hidromorf 13,6 2 8-15 % Latosol 13,6-20,7 3 15-25 % 4 25-40 % 5 >40 % Brown Forest Soil, Non Calcic, Brown, Podsolik Andosol, laterit, Grumusol, Podsol, Podsolik Regosol, Litosol, Organosol, Renzina 20,7-27,7 27,7-34,8 >34,8 Nilai skoring untuk masing-masing parameter ditentukan dengan mengalikan nilai kelas yang relevan dengan angka bobotnya. Skoring akhir ini merupakan nilai indeks wilayah dari suatu kawasan yang kemudian dievaluasi untuk menentukan fungsi kawasan seperti tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Indeks wilayah dan klasifikasi fungsi kawasan No Indeks wilayah Klasifikasi fungsi 1 0-124 Hutan produksi 2 125-174 Hutan poduksi terbatas 3 Lebih dari 175 Hutan lindung 3. Analisis kawasan hutan berdasarkan kemampuan lahan dari suatu wilayah. Analisis ini dilakukan dengan membuat klasifikasi kemampuan lahan dengan metode faktor penghambat. Kriteria yang dipakai adalah dengan menilai potensi lahan bagi penggunaan secara umum dengan membagi lahan kedalam sejumlah kecil kategori yang dirunut jumlah dan intensitas faktor penghambat yang berpengaruh yang mengacu kepada Klingebiel dan Montgomery (1973). Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan berdasarkan analisis ini adalah kawasan dengan kemampuan lahan kelas VII dan VIII. Kelas

33 kemampuan lahan VII dan VIII ini dihasilkan dari pengklasifikasian kualitas lahan dari karakteristik lahan penciri yaitu; tekstur tanah, permeabilitas, lereng permukaan, drainase, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang terjadi, serta faktor khusus (batuan dan ancaman banjir) (Arsyad, 1979). 4. Analisis kawasan hutan berdasarkan analisis penutupan lahan (vegetasi) pada kawasan hutan. Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi terhadap keberadaan atau kondisi eksisting kawasan hutan pada saat ini. Teknik analisis ini dilakukan melalui overlay antara data/peta kawasan dengan peta vegetasi (tutupan lahan) yang masih berupa hutan berdasarkan hasil interpretasi citra landsat ETM.. Secara ringkas proses analisis data disajikan pada Gambar 2. Peta Administrasi Peta RBI Peta Jenis Tanah Peta/Data Curah Hujan Peta Kontur Peta Sungai Peta RTRW Kabupaten Peta RTRW Propinsi Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Mangrove Data sebaran mata air Peta Penggunaan lahan Overlay, skoring, Buffering Analisis Kawasan Hutan Data SK Menhut Analisis Skoring Fisik Kawasan Analisis Kemampuan Lahan Analisis Tutupan Lahan Peta Arahan Kawasan Hutan Gambar 2. Proses Analisis Kawasan Hutan

34 Analisis Kawasan Lindung Analisis kawasan lindung dilakukan berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Teknik analisis penentuan kawasan lindung yang dilakukan adalah dengan cara melakukan overlay data/peta kondisi biofisik Kabupaten sesuai dengan kriteria penetapan kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 seperti tertera pada Tabel 5 dan di cross tabulasikan dengan peta administrasi Kabupaten. - Kawasan hutan lindung Penentuan kawasan hutan lindung dilakukan dengan cara melakukan indeks wilayah dan klasifikasi fungsi kawasan yang memiliki nilai lebih dari 175, memiliki ketinggian lebih dari 2000 meter serta memiliki kemiringan lebih dari 40 %. Teknik yang dilakukan adalah dengan melakukan overlay peta kawasan hutan dengan peta ketinggian dan kemiringan lereng. - Sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar mata air/danau Penentuan sempadan sungai, sempadan pantai dan kawasan sekitar mata air/danau dilakukan dengan membuat buffer pada sungai, pantai dan mata air/danau. Proses buffering dilakukan untuk menentukan kawasan lindung pada kawasan dimaksud. Besarnya buffer dilakukan sepanjang 50-100 meter untuk sungai, 100 meter untuk pantai serta 200 meter untuk kawasan mata air. - Kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam Penentuan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam diperoleh dari peta kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh Departemen Kehutanan, serta informasi lainnya. - Peta rawan bencana Penentuan kawasan rawan bencana didekati dengan peta kerentanan tanah yang telah dibuat oleh Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara. Peta kerentanan tanah ini memuat informasi mengenai zona kawasan yang rawan, agak rawan dan tidak rawan terhadap bencana longsor dari berbagai parameter fisik.

35 - Peta kawasan hutan bakau Penentuan kawasan hutan bakau diperoleh dari peta kawasan mangrove yang telah ada, yang diperoleh dari Departemen Kehutanan Tabel 5. Kriteria kawasan lindung menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Kriteria - kriteria Kawasan hutan dengan lereng, jenis tanah, intensitas hujan harian rata-rata dengan skor melebihi 175 Kawasan hutan dengan lereng melebihi 40 % Jalur pengaman sungai, minimal 100 m kanan kiri sungai besar dan 50 m kanan kiri anak sungai diluar pemukiman Pelindung mata air, minimal 200 meter disekeliling mata air Pelindung sempadan pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat Pelindung danau/waduk, 50 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Kawasan rawan bencana, yaitu yang berpotensi mengalami longsor, letusan gunung berapi dan gempa bumi Kawasan hutan dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut Kawasan gambut dihulu sungai dengan tebal 3 meter atau lebih Kawasan resapan air, yaitu daerah dengan curah hujan tinggi mempunyai geomorfologi dan struktur tanah yang mudah meresapkan air secara besarbesaran Kawasan hutan bakau, minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat Kawasan suaka alam, taman nasional dan cagar budaya

36 Secara ringkas proses analisis data dapat dilihat pada Gambar 3. Peta Administrasi Peta RBI Peta Jenis Tanah Peta/Data Curah Hujan Peta Kontur Peta Sungai Peta RTRW Kabupaten Peta RTRW Propinsi Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Mangrove Data sebaran mata air Peta Penggunaan lahan Peta Kerentanan Tanah Overlay, skoring, Buffering Analisis Kawasan Lindung (Keppres No.32/1990) Peta Arahan Kawasan Lindung Gambar 3. Proses Analisis Kawasan Lindung Analisis Kemungkinan Penyimpangan Fungsi Kawasan Lindung Analisis kemungkinan penyimpangan fungsi kawasan lindung dilakukan dengan Teknik overlay antara : 1. Peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten dan peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Propinsi dengan penggunaan lahan eksisting. 2. Peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten dan peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Propinsi dengan peta arahan kawasan lindung. 3. Peta arahan kawasan lindung dengan kondisi penggunaan lahan eksisting. Berdasarkan analisis ini akan diketahui prosentase kemungkinan penyimpangan pemanfaatan kawasan lindung di Kabupaten Deli Serdang.

37 Analisis Tekanan Penduduk Analisis tekanan penduduk dilakukan untuk mengidentifikasi ketergantungan penduduk terhadap lahan, terutama kemungkinan terhadap degradasi hutan dan degradasi kawasan lindung lainnya. Tekanan penduduk disebabkan karena lahan pertanian disuatu daerah tidak cukup untuk mendukung kehidupan penduduk pada tingkat yang dianggap layak, sehingga penduduk berusaha untuk mendapatkan tambahan pendapatan antara lain dengan membuka lahan baru (UML, 2005) Nilai tekanan penduduk dihitung dengan menggunakan persamaan yang dilakukan oleh Soemarwoto (1985) dengan satuan analisis wilayah desa, sebagai berikut : ft P0 (1+r) t PPt = Zt Lt Dimana : PPt = Indeks tekanan penduduk Zt P0 Ft r t Lt = Luas lahan minimal per petani untuk dapat hidup (ha/orang) = Jumlah penduduk pada t0 (jiwa) = Proporsi petani dalam populasi = Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun = Rentang waktu dalam tahun = Total luas lahan pertanian (ha) Nilai indeks tekanan penduduk merupakan faktor yang mendorong penduduk untuk melakukan perluasan lahan. Nilai ini baru berarti jika nilainya lebih besar dari 1 (satu). Penyajian Hasil Data spasial dan hasil analisis dipetakan menggunakan software Arcview 3.3, serta disajikan dengan koordinat UTM dan tidak semua objek digambarkan pada peta, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas gambar pada peta. Skala peta

38 menggunakan skala grafis, disesuaikan dengan ukuran media kertas yang digunakan untuk pembuatan peta, dan data tabular setiap poligon disajikan dalam bentuk tabel. Batasan-Batasan Beberapa batasan dalam kajian ini adalah : 1. Wilayah kajian adalah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. 2. Data biofisik dan sosial ekonomi disajikan dalam batas wilayah administrasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. 3. Arahan kawasan hutan adalah peruntukan kawasan hutan yang harus tetap dipertahankan dengan kondisi eksisting hutan sesuai dengan analisis kondisi biofisik di wilayah Kabupaten Deli Serdang. 4. Arahan kawasan lindung adalah peruntukan kawasan tertentu dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup sesuai dengan Peraturan Pemerintah. 5. Dokumen perencanaan tata ruang (RTRW) Kabupaten Deli Serdang yang saat ini secara legal digunakan adalah RTRW Kabupaten Deli Serdang tahun 1999-2009 dan RTRW Propinsi Sumatera Utara tahun 2003-2018 di wilayah Kabupaten Deli Serdang. 6. Kondisi eksisting wilayah Kabupaten Deli Serdang didasarkan dari peta landuse/landcover tahun 2005. 7. Luasan wilayah hasil kajian didasarkan atas perhitungan di dalam peta yang telah dikonversi dengan luas wilayah administrasi Kabupaten yang telah ditetapkan.