TAHAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA THE PHASE OF SMOKING BEHAVIOR TO STUDENTS

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH PERILAKU MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA

PERILAKU TENTANG ROKOK DARI SISWA SMA NEGERI I MANADO

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

Jurnal Care Vol. 3, No. 3, Tahun 2015 PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP INTENSITAS MEROKOK PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA-SISWI KELAS 4-6 SDN X DI KOTA BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

ABSTRAK GAMBARAN KEKEBALAN STRES PADA PEROKOK AKTIF DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

Hubungan Terpaan Iklan Produk Rokok di Media Massa dan Interaksi Peer Group dengan Minat Merokok pada Remaja

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

Oleh : TOMSON SAPTA PRATAMA NIM:

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

ANALISIS PENGETAHUAN TENTANG DAMPAK BURUK ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA LAKI-LAKI DI SMP TARUNA BHAKTI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

HUBUNGAN ANTARA IKLAN ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Semarang) ARTIKEL ILMIAH

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior

JUMLAH KONSUMSI ROKOK DENGAN NILAI VOLUME TIDAL PADA MAHASISWA PRODI KEPERAWATAN S1 ANGKATAN II DAN III

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KESIMPULAN OLEH: NOVI SETIANINGSIH ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iii. DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Artikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

Sri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

KARYA TULIS ILMIAH IMPLEMENTASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK SEKOLAH. Di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

PENGARUH PAPARAN ASAP ROKOK TERHADAP PERILAKU BELAJAR DAN PRESTASI AKADEMIK SISWA DI SMA N 2 SEMARAPURA

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM DAN MAHASISWA TERHADAP BAHAYA MEROKOK DAN KANKER PARU DI KOTA MEDAN OLEH: PRISHA JAGADISH UDANI

HUBUNGAN LARANGAN MEROKOK DI TEMPAT KERJA DAN TAHAPAN SMOKING CESSATION

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI RW 07 KELURAHAN SAWAH BESAR,SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN. ABSTRAK Nur Wulan Agustina*

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA KELAS VIII DI SMP PGRI BATURRADEN

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DAN REMAJA PUTUS SEKOLAH TERHADAP BAHAYA MEROKOK. Oleh : MEISYARAH KHAIRANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

Transkripsi:

TAHAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA THE PHASE OF SMOKING BEHAVIOR TO STUDENTS Dheki Oktria Wendyanto, Sandy Kurniajati STIKES RS Baptis Kediri (sandikurniajati@yahoo.co.id) ABSTRAK Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk, baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Faktor psikologik, biologik, dan faktor lingkungan serta regulasi atau peraturan penjualan rokok merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari tahap perilaku merokok pada siswa kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri. Desain dari penelitian ini yaitu deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI di SMA Negeri 3 Kediri yang berjumlah 135 anak. Sampel penelitian ini sebanyak 101 responden dengan tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Dari hasil analisis data diketahui bahwa siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri ditemukan 24,8% responden yang merokok, dari 24,8% responden yang merokok ditemukan 28% siswa masuk dalam tahap preparatory, 24% siswa masuk dalam tahap initiation, 8% siswa masuk dalam tahap becoming a smoker dan 40% siswa masuk dalam tahap maintaining of smoking. Kesimpulannya bahwa tahap perilaku merokok pada siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri, siswa yang merokok sebanyak 24,8 % dari semua yang merokok, siswa yang merokok paling banyak masuk tahap maintaining of smoking (tahap IV) sebanyak 40 %. Kata kunci : tahap perilaku merokok, siswa SMA ABSTRACT Smoking is a habit that can provide enjoyment to the smoker, but on the other hand, it can cause adverse effects, both for the smoker himself and those around him. Several factors that influence smoking behavior to adolescents are psychological factors, biological, and environmental factors also the regulation on cigarette sales. The purpose of this research is to study about the phase of smoking behavior to student in the class XI at Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri. The design of this research is descriptive. The population in this study were all male students in class XI SMA Negeri 3 Kediri, as many as 135 students. These samples of this study were 101 respondents with the sampling technique was simple random sampling. Data was collected using questionnaires and interviews. From the results of data analysis known that class XI students at SMAN 3 Kediri found 24.8% of respondents who smoked, from 24.8% of respondents who smoked it found 28% of students included in the preparatory phase, 24% of students included in the initiation phase, 8% of students included the phase of becoming a smoker and 40% of students included in the maintaining phase of smoking. The conclusion that the stage of smoking behavior in class XI student at SMAN 3 Kediri, students who smoke as much as 24.8% from all the smoker, the most students who smoked in the maintaining of smoking phase (phase IV) are 40%. Key words: phase smoking behavior, high school students 1

Pendahuluan Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk, baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya (Soetjiningsih, 2004). Perilaku merokok kebanyakan terjadi saat individu berusia remaja dan berlanjut sampai ia memasuki dewasa, bahkan hingga usia lanjut. Perilaku merokok tersebut digunakan sebagian besar orang untuk mengatasi masalah emosional. Menurut Laventhal dan Clearly, ada empat tahap dalam perilaku merokok yaitu tahap preparatory, tahap initiation, tahap becoming a smoker, tahap maintaining of smoking. (Lisa, 2010). preparatory yaitu tahap dimana seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok, tahap initiation adalah tahap dimana seseorang mulai mengambil keputusan untuk melanjutkan merokok atau berhenti, tahap becoming a smoker yaitu seseorang yang mengonsumsi rokok lebih dari empat batang rokok cenderung menjadi perokok aktif, dan tahap maintaining of smoking yaitu tahap dimana merokok sudah menjadi bagian dari pola pengaturan diri. Menurut WHO, sejak tahun 1986 tercatat 3 juta kematian per tahun berkaitan dengan penyakit yang disebabkan karena merokok. Selain itu diperkirakan pada tahun 2025 nanti kurang lebih 10 juta kematian pertahun disebabkan oleh rokok, sehingga perlu adanya penanggulangan. Berdasarkan pernyataan WHO tersebut, di Indonesia tahun 1996 dikatakan 57.000 jiwa meninggal setiap tahun akibat merokok. Selain itu, terdapat 85 juta perokok berat di Indonesia dan 1112 juta perokok akan meninggal dini (Umi,2003). Menurut laporan riset kesehatan tahun 2007 Provinsi Jawa Timur, persentase perokok tiap hari sebesar 24,3% dengan karakteristik umur 12-18 tahun sebanyak 19,1% merupakan perokok aktif. Di Kabupaten Kediri dari hasil penelitian yang dilakukun Riskesdas 2007 menunjukan, remaja usia 12-18 tahun sebanyak 44,7% merupakan perokok aktif, sedangkan di Kota Kediri sendiri dengan karakteristik usia yang sama menunjukan 36,1% merupakan perokok aktif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 3 Kediri pada tanggal 26 November 2011, terdapat 7 dari 10 orang siswa mengatakan pernah merokok dan 3 diantaranya mengatakan tidak pernah merokok. Dari 7 siswa tersebut 5 diantaranya mengatakan menghabiskan rokok sekitar 3-6 batang perhari, sedangkan 2 sisanya mengatakan masih dalam tahap percobaan. Pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar dapat menimbulkan berbagai penyakit jika dilihat dari sisi kesehatan. Bahan kimia ini akan memacu kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis menstimulasi penyakit kanker dan juga berbagai penyakit lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru dan bronchitis kronis (dalam Komasari dan Helmi 2000). Bagi ibu hamil rokok menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan lahir dengan keadaan cacat, dan mengalami gangguandalam perkembangan (Davidson dan Neal dalam Komasari dan Helmi, 2000). Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi dan menyenangkan. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari merokok sangat berpengaruh bagi kesehatan. merokok bukanlah sebagai penyebab suatu penyakit, tetapi dapat menimbulkan suatu jenis penyakit sehingga dapat dikatakan merokok tidak menyebabkan suatu kematian, tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan karena merokok, dimulai dari penyakit dikepala sampai dengan penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran pernafasan, menurunkan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gangguan pembuluh darah, dan menyebabkan polusi udara dalam ruangan sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tengorokan. Upaya untuk mengatasi perilaku merokok harus dilakukan oleh berbagai pihak dan yang paling utama yaitu keluarga,diri sendiri dan lingkungan teman sebaya. Saran yang mungkin bisa dilakukan untuk mencegah seseorang berperilaku merokok, antara lain anggota keluarga tidak memberikan contoh merokok di depan anak, orang tua juga harus melakukan kontrol terhadap teman sebaya anak tentang pergaulannya Upaya lain yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan yaitu memberikan penyuluhan tentang

hubungan rokok dengan kesehatan dengan sasaran yang ingin dijangkau adalah sasaransasaran terbatas yaitu petugas kesehatan, pendidik, murid sekolah, anak dan remaja, wanita, terutama ibu hamil, kegiatan diutamakan pada pencegahan bagi yang belum merokok, menanamkan pengertian tentang etika merokok. Melihat dari pemaparan tersebut peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang Studi Perilaku Merokok pada Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri Tabel 2 Tabel responden berdasarkan tempat tinggal siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri Tempat Tinggal Frekuensi % Kos 8 7,9 Orang Tua 75 74,3 Keluarga 16 15,8 Lain-Lain 2 2 Terdapat 75 siswa yang tinggal bersama orang tua mereka. Metodologi Penelitian Rancangan atau desain penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa lakilaki kelas 2 di SMA Negeri 3 Kediri yang berjumlah 135 anak. Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner untuk mengetahui data demografi dan tahap perilaku merokok siswa laki-laki perokok di SMA Negeri 3 Kediri. Tabel 3 Responden berdasarkan uang saku per minggu siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri Uang Saku per minggu Frekuensi % < 50.000 45 44,6 50.000-100.000 35 34,7 100.000-200.000 15 14,9 >200.000 6 5,9 Siswa yang mempunyai uang saku lebih dari Rp 50.000,- sebanyak 45 Data Khusus Hasil Penelitian Data Umum Pada data umum menampilkan data responden berdasarkan umur, tempat tinggal, dan uang saku per minggu siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri. Tabel 1 Responden berdasarkan umur siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri Umur Frekuensi % 15 Tahun 4 4 16 Tahun 38 37,6 17 Tahun 58 57,4 18 Tahun 1 1 Siswa kelas XI di SMAN 3 sebagian besar berusia 17. Pada data khusus menampilkan data perilaku merokok dan tahap perilaku merokok pada siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri. Tabel 4 Perilaku merokok siswa Kelas XI di SMAN 3 Kediri Perilaku Merokok Frekuensi % Tidak Merokok 76 75,2 Merokok 25 24,8 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 101 responden didapatkan 76 responden (75,2%) tidak merokok dan 25 responden (24,8%) merokok Tabel 5 perilaku merokok Siswa Kelas XI di SMAN 3 Kediri merokok Frekuensi % preparatory 7 28 initiation 6 24 becoming a smoker 2 8 3

maintaining of 10 40 smoking Total 25 100 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 25 responden didapatkan 7 responden (28%) masuk dalam tahap preparatory, 6 responden (24%) masuk dalam tahap initiation, 2 responden (8%) masuk dalam tahap becoming a smoker, dan 10 responden (40%) masuk dalam tahap maintaining of smoking. Tabel 6 an Merokok preparatory initiation becoming a smoker maintaining of smoking Tabel rekapitulasi karakteristik tahapan merokok pada Siswa Kelas XI di SMAN 3 Kediri Karakteristik rata-rata data responden 1. Berusia 16 tahun 2. Tinggal dengan keluarga 3. Uang saku > Rp 200.000 1. Berusia 15 tahun 2. Tinggal di kos dan dengan keluarga 3. Uang saku > Rp 200.000 1. Berusia 17 tahun 2. Tinggal dengan keluarga 3. Uang saku Rp 50.000 Rp 100.000 1. Berusia 18 tahun 2. Tinggal dengan teman (lain-lain) 3. Uang saku > Rp 200.000 Berdasarkan tabel 6 diatas didapatkan bahwa tahap preparatory mempunyai karakteristik rata-rata data responden berusia 16 tahun, tempat tinggal dengan keluarga dan memiliki uang saku lebih dari Rp 200.000,-. initiation mempunyai karakteristik rata-rata responden berusia 15 tahun, tempat tinggal di kos dan dengan keluarga dan memiliki uang saku lebih dari Rp 200.000,-. becoming a smoker mempunyai karakteristik rata-rata responden berusia 17 tahun, tempat tinggal dengan keluarga, memiliki uang saku Rp 50.000-100.000 dan tahap maintaining af smoking mempunyai karekteristik rata-rata responden berusia 18 tahun, tempat tinggal dengan teman (dan lain-lain), dan memiliki uang saku lebih dari Rp 200.000,-. Pembahasan Studi Perilaku Merokok Pada Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri merokok didapatkan 7 responden (28%) masih dalam tahap preparatory. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masih dalam tahap preparatory adalah siswa berusia 16 tahun, tempat tinggal dengan keluarga, uang saku >Rp 200.000 per minggu. preparatory adalah tahap dimana individu mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai rokok (Lisa, 2010). Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk masuk dalam tahap preparatory yaitu adanya tekanan dari teman sebaya, banyaknya iklan rokok di televisi, ketertarikan dari diri sendiri untuk mengetahui dan mencoba rokok (Soekidjo, 2007). Meskipun pengaruh temanteman sebaya adalah penting dalam pengambilan keputusan yang dilakukan para remaja untuk menggunakan suatu zat, namun mereka yang memiliki rasa efektivitas diri yang tinggi menjadi kurang terpengaruh oleh temanteman sebaya mereka. (Stacy dkk dalam Davison dkk, 2006). Pola asuh adalah faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa perilaku merokok berhubungan dengan pola asuh permisif dan rendahnya tingkat kelekatan. Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok orang tua mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku merokok remaja. Conrad, Flay, dan Hill (dalam Richardson dkk, 2002) Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti ternyata ada 28% siswa di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap preparatory. Orang tua memegang peranan terpenting dalam perilaku merokok. Remaja yang tinggal dengan orang tua atau keluarga biasanya cenderung lebih takut untuk mencoba rokok merokok didapatkan 6 responden (24%) masih dalam tahap initiation. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap initiation adalah siswa berusia 15 tahun, tinggal di kos dan keluarga, uang saku > Rp 200.000 per minggu. 4

initiation adalah tahap ketika seseorang benar-benar merokok untuk pertama kalinya. ini merupakan tahap kritis bagi seseorang untuk menuju tahap becoming a smoker (Komalasari dan Helmi, 2000). Pada tahap ini, keputusan siswa untuk melanjutkan atau berhenti merokok sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Soekidjo, 2007). Dampak yang sering muncul pada siswa yang masuk tahap initiation ini antara lain timbulnya gejala batuk pada saat pertama kali mencoba rokok (Aula, 2010). Dari hasil pengamatan peneliti di SMAN 3 Kediri ditemukan bahwa ada 24% siswa yang masuk dalam tahap initiation. 24% siswa yang masuk dalam tahap initiation ini masih dapat diberikan penyuluhan supaya mereka dapat lepas dari kebiasaan merokok. 24% siswa ini dalam proses pengambilan keputusan dimana mereka akan mencoba merokok pertama kalinya atau tidak. merokok didapatkan 2 responden (8%) masuk dalam tahap becoming a smoker. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap becoming a smoker adalah siswa berusia 17 tahun, tinggal dengan keluarga, uang saku Rp 50.000-100.000 per minggu. becoming a smoker pada tahap ini, menyatakan bahwa merokok empat batang rokok sudah cukup membuat orang untuk merokok pada masa dewasa dan dapat membuat mereka jadi tergantung melalui percobaan berulang dan pemakaian secara teratur (Lisa, 2010). Faktor lingkungan keluarga meliputi struktur keluarga, riwayat, pola hubungan orang tua-anak, pola asuh, dan perilaku merokok orang tua. Struktur keluarga memainkan peran yang cukup signifikan dalam hal ini, misalnya dalam sebuah penelitian terungkap bahwa perceraian orang tua meningkatkan resiko perilaku merokok (Gil dkk dalam Gullota & Adams, 2005). Di samping struktur keluarga, riwayat keluarga juga memainkan peran yang tidak kalah pentingnya. Pada tahap ini jika tidak ada kesadaran dalam diri sendiri untuk berhenti merokok, maka akan sulit bagi seorang siswa untuk berhenti dari kebiasaan merokok (Komalasari dan Helmi, 2000). Dari hasil pengamatan peneliti ditemukan sebanyak 8% siswa di SMAN 3 Kediri masuk dalam tahap becoming a smoker. Hal ini berarti 8% siswa tersebut beresiko untuk terkena berbagai penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi rokok. merokok didapatkan 10 responden (40%) masuk dalam tahap maintaining of smoker. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap maintaining of smoker adalah siswa berusia 18 tahun, tinggal dengan teman(lain-lain), uang saku > Rp 200.000 per minggu. Pada tahap ini merokok sudah menjadi bagian dari cara pengaturan diri seseorang dalam berbagai situasi dan kesempatan. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan (Lisa, 2010). Dalam tahap ini remaja sudah memiliki pola kebiasaan merokok, dimana seorang remaja mulai merasa ketergantungan terhadap efek dari merokok. Mereka mulai menjadikan aktifitas merokok sebagai suatu aktifitas yang wajib dilakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Soekidjo, 2007). Kebutuhan untuk diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima kelompoknya (Komalasari & Helmi, 2000). Rachiotis dkk (2008) dalam penelitian lain menemukan bahwa usia yang semakin tua, jenis kelamin pria, tempat tinggal yang jauh dari orang tua, tingkat pendidikan orang tua yang semakin rendah, dan ketersediaan uang saku yang cukup banyak pada masa remaja berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok saat ini. Perilaku merokok juga dapat disebabkan oleh pengaruh kelompok sebaya (peer group) (Richardson dkk, 2002). Hasil pengamatan peneliti didapatkan bahwa 40% siswa di SMAN 3 Kediri masuk dalam keadaan dimana mereka mulai kecanduan terhadap rokok. Seorang siswa yang masuk dalam tahap maintaining of smoking telah menjadi perokok aktif dan seorang pecandu rokok. Kesimpulan Siswa kelas XI SMAN 3 Kediri yang perokok didapatkan 40% tahap maintaining of smoking, hal ini menunjukkan perilaku merokok merupakan pola hidup seharihari.sedangkan siswa yang masuk tahap preparatory (coba-coba) sebesar 28%. 5

Saran Daftar Pustaka STIKES RS. Baptis Kediri diharapkan dapat meningkatkan program pengabdian masyarakat yang sudah ada di institusi STIKES RS. Baptis Kediri dengan melibatkan mahasiswa dan akivitas dalam kegiatan kemasyarakatan yang diarahkan pada remaja yang merokok. Kegiatan tersebut dapat berupa penyuluhan tentang bahaya merokok. Sedangkan bagi Institusi SMAN 3 Kediri dapat diketahui bahwa ternyata terdapat 13 siswa yang masuk dalam tahap perilaku merokok preparatory dan initiation. 13 siswa ini masih dapat diselamatkan agar tidak masuk dalam tahap yang lebih lanjut dengan cara memberi gambaran yang positif tentang hidup sehat tanpa rokok melalui penyuluhan atau health education secara rutin. Selain itu ditemukan pula sebanyak 12 siswa yang masuk dalam tahap becoming a smoker dan maintaining of smoking. 12 siswa ini perlu diberikan tindakan berupa sanksi yang tegas kepada siswa yang diketahui merokok agar siswa tersebut jera. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi profesi perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan pada remaja yang merokok dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya bahaya merokok sejak usia dini terhadap timbulnya berbagai macam penyakit yang merusak organ tubuh manusia. Diharapkan siswa dapat memahami bahaya merokok sehingga mereka dapat mengurangi perilaku merokok sedikit demi sedikit, supaya mereka dapat hidup sehat tanpa rokok. Dengan hasil penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian tentang perilaku merokok dengan metode lain. Karena dalam perilaku merokok masih banyak sekali hal yang menarik untuk diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bersama bahwa perilaku merokok sangat berbahaya bagi kesehatan dan peran serta profesional keperawatan diperlukan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan tentang bahaya merokok. Selain itu dukungan dan dorongan dari pihak-pihak terkait juga sangat diperlukan untuk pencegahan perilaku merokok pada remaja. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan. Aula, Lisa Ellizabeth, (2010). Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali). Yogyakarta : Graha Ilmu Davison, Gerald C.; at all. 2006. Psikologi Abnormal (Edisi ke-9). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Gullotta, Thomas P. & Adams, Gerald R. 2005. Handbook of Adolescents Behavioral Problems: Evidents- Based Approaches to Prevention and Treatmen. New York: Springer science Leventhal, Howard & Clearly, Paul D. 2008. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin. Komasari, Dian & Helmi, Alvin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Ogden, Jane. (2005). Health Psychology. Buckingham : Open University Press.. Richardson, at all. 2002 Diferentiating Stages of Smoking Intensity Among Adolescents: Stage-Spesifik Psychologycal and Social influences. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 6