BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH

KEEFEKTIFAN KOMBINASI TERAPI MASASE DENGAN KINESIO TAPING DALAM PEMULIHAN CEDERA PERGELANGAN KAKI DERAJAT 1 PADA PEMAIN SEPAK BOLA MERAPI PUTRA SLEMAN

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

PATOFISIOLOGI CEDERA

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

RUPTUR TENDO ACHILLES

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus.

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua kelompok yang akan saling bertanding, dimana setiap kelompok

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Written by Dr. Brotosari Wednesday, 02 September :18 - Last Updated Wednesday, 28 December :53

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berilah tanda silang ( x ) huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar!

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB I PENDAHULUAN. selalu menarik perhatian bagi seseorang fisioterapis, problem permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangkan kesempatan atlet profesional mendapatkan sumber. olahraga non-kontak yang memerlukan lompatan, perubahan cepat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN CEDERA PADA ATLET SEPAK TAKRAW

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

PENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI Oleh: Bambang Priyonoadi

Alat permainan. 1. Lapangan permainan

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel

CEDERA PADA PEMAIN SEPAKBOLA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bermobilisasi adalah kaki. Untuk melindungi bagian tubuh yang penting ini

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pada mulanya permainan bola voli diberi nama Minonette oleh penemu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok oleh dua tim dengan beranggotakan masing-masing lima orang

BAB I PENDAHULUAN. Pada olahraga bulutangkis terdapat teknik yang seringkali dilakukan untuk memasukkan kok/shuttlecock ke dalam bidang lawan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

Skripsi. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. A. Mujami

Rangkuman Materi Penjasorkes UTS Semester

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LATIHAN FLEKIBILITAS

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

PENERAPAN MODEL TERAPI LATIHAN UNTUK REHABILITASI CEDERA OLAHRAGAWAN. BM. Wara kushartanti, RL.Ambardini, Sumaryanti

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga


BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli

Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti

PENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang umumnya terjadi pada daerah siku (Setiawan, 2011). digunakan dalam permainan tenis dalam melakukan service, overhead

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

MODUL 6: BOLA VOLI Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mekanisme Terjadinya Kram Pada Otot dan Faktor Penyebabnya

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio tibiofibularis distal. Ketiga sendi ini berkerjasama untuk mengatur pergerakan bagian belakang kaki sehingga mampu bergerak plantarfleksi-dorsofleksi, inversio-eversio dan endorotasi-eksorotasi. Gabungan ketiga jenis gerakan tadi selanjutnya dapat membentuk gerakan pronasi (dorsofleksi-eversio-eksorotasi) dan supinasi (plantarfleksi - inversio - endorotasi). 6 Gambar 2.1 Sendi penyusun pergelangan kaki tampak dari belakang 7 a. Articulatio Talocruralis (Sendi Loncat Bagian Atas) Articulatio talocruralis dibentuk oleh ujung distal tulang tibia dan fibula serta bagian atas dari talus. Ligamentum pada articulatio talocruralis terdiri dari: 6 1. Ligamentum Mediale atau Deltoideum Ligamentum ini merupakan ligamentum yang kuat dengan puncaknya melekat pada ujung malleolus medialis. Sedangkan serabut dalamnya melekat pada permukaan medial corpus tali 4

serta serabut superficial yang melekat pada bagian medial talus, sustentaculum tali, ligamentum calcaneonaviculare plantare dan tuberositas ossis naviculare. 6 Gambar 2.2 Sendi pergelangan kaki (A) tampak medial (B) tampak lateral. 8 2. Ligamentum lateral Ligamentum lateral memiliki kekuatan yang lebih lemah dari ligamentum mediale dan tersusun dari tiga pita: - Ligamentum talofibulare anterior, berjalan dari malleolus lateralis ke permukaan lateral talus. - Ligamentum calcaneofibulare, berjalan dari ujung malleolus lateralis ke arah bawah dan belakang menuju permukaan lateral calcaneus. - Ligamentum talofibulare posterior, berjalan dari malleolus lateralis ke tuberculum posterior ossis tali. 6 b. Articulatio Subtalaris (Sendi Loncat Bagian Bawah) Sendi ini dibentuk oleh talus dan calcaneus, sendi ini memungkinkan tungkai bawah yang memiliki axis gerak berupa axis longitudinal melakukan gerakan endorotasi dan eksorotasi, gerakan pada tungkai bawah ini selanjutnya diteruskan pada kaki yang memiliki axis gerak berupa axis transversal yang sedikit miring sehingga memungkinkan terjadinya gerakan supinasi dan pronasi pada kaki. Articulatio subtalaris terdiri dari dua buah sendi yang dipisahkan oleh ligamentum talocalcaneare interosseum 5

menjadi articulatio subtalaris anterior dan subtalaris posterior. Ligamentum talocalcaneare interosseum berfungsi menahan pergeseran talus ke arah medial. Saat supinasi bagian depan ligamentum akan tegang dan saat pronasi ligamentum menjadi kendor. 6,9 c. Articulatio Tibiofibularis Distal Sendi ketiga yang membentuk pergelangan kaki ini merupakan pertemuan tibia dan fibula yang merupakan syndesmosis sehingga pergerakannya terbatas. Sendi ini distabilkan posisinya oleh membran interosseus yang tebal serta ligamentum tibiofibularis anterior et posterior. Syndesmosis articulatio tibiofibularis distal ini diperlukan untuk kestabilan bagian atap dari articulatio talocruralis. Cedera yang terjadi biasanya mengenai ligamentum tibiofibularis anterior inferior saat gerakan eversio. 6 A.2. Innervasi, Otot dan Pergerakan Sendi Pergelangan Kaki Persarafan pergelangan kaki berasal dari plexus lumbalis dan plexus sacralis. Persarafan otot yang berfungsi mengontrol pergerakan pergelangan kaki berasal dari n. tibialis, n. fibularis profundus dan n. fibularis superficialis. Sedangkan saraf sensorisnya berasal dari n. suralis dan n. saphenus. 6 Selain ligamentum, otot juga memiliki peranan dalam menjaga stabilitas sendi. Pada pergelangan kaki, m. fibularis longus dan m. fibularis brevis berfungsi mengontrol gerakan supinasi dan menjaga dari timbulnya sprain pada pergelangan kaki. Selain kedua otot tersebut, otot pada bagian anterior tungkai bawah seperti m. tibialis anterior, m. extensor digitorum longus, m. extensor digitorum brevis dan m. fibularis tertius juga berperan mencegah terjadinya sprain dengan berkontraksi saat terjadi gerakan supinasi, sehingga otot dapat memperlambat gerakan plantar-fleksi pada gerakan supinasi dan cedera dapat dihindari. Berikut ini merupakan penjabaran otot yang fungsinya berkaitan dengan 6

pergerakan sendi pergelangan kaki: a. m. tibialis anterior Terletak sepanjang permukaan anterior tibia dari condylus lateralis hingga bagian medial dari bagian tarsometatarsal. Setelah sampai duapertiganya otot ini merupakan tendo. Origonya berada pada tibia dan membrana interossea, sedangkan insersionya berada pada os. metatarsal I. Otot ini dipersarafi oleh n. fibularis profundus dan berfungsi melakukan dorsofleksi dan supinasi kaki. 10,11 b. m. extensor digitorum longus Terletak disebelah lateral m. tibialis anterior pada bagian proximalnya dan m. extensor hallucis longus di bagian distal. Origonya pada tibia dan membrana interossea, berinsersio pada phalanx medial dan distal digitorum II-V, dipersarafi oleh n. fibularis profundus. Fungsinya untuk dorsofleksi dan abduksi. 10,11 c. m. extensor hallucis longus Bagian proximalnya terletak dibawah m. tibialis anterior dan m. extensor digitorum longus, lalu pada bagian tengahnya berada di antara kedua otot tersebut hingga akhirnya pada bagian distal terletak di superfisial. Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio pada phalanx distalis digiti I. Dipersarafi oleh n. fibularis posterior dan berfungsi untuk dorsofleksi. 10,11 d. m. fibularis tertius Merupakan otot kecil yang terletak di lateral m. extensor digitorum longus. Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio pada os. metatarsal V. Dipersarafi oleh n. fibularis posterior dan berfungsi untuk dorsofleksi dan pronasi. 10,11 e. m. fibularis longus Terletak dibagian lateral tungkai bawah, origonya pada fibula dan berinsersio pada os. metatarsal I. Dipersarafi oleh n. fibularis superficialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, eversio dan 7

abduksi. 10,11 f. m. fibularis brevis Letaknya dibagian posterior dari m. fibularis longus. Berorigo pada fibula dan berinsersio pada tuberositas ossis metatarsal V. Dipersarafi n. fibularis superficialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, abduksi dan eversio. 10,11 g. m. gastrocnemius Merupakan otot paling luar pada bagian posterior tungkai bawah. Berbentuk seperti tanduk dan bersama dengan m. soleus membentuk triceps surae. Berorigo pada condylus femoralis dan berinsersio pada tuber calcanei melalui tendo Achilles. m. gastrocnemius adalah otot yang kuat dan fungsinya sebagai fleksi tungkai bawah serta plantarfleksi. 10,11 h. m. soleus Berada di bagian dalam dari m. gastrocnemius. Otot ini memiliki fungsi menghambat gerakan dorsofleksi sehingga gerakan yang dapat dilakukan adalah plantarfleksi. Origonya pada linea musculi solei tibiae et fibula, insersionya pada tuber calcanei serta dipersarafi oleh n. tibialis. 10,11 i. m. tibialis posterior Merupakan otot yang letaknya paling dalam pada bagian posterior tungkai bawah. Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio pada tuberositas ossis naviculare. Dipersarafi oleh n. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, supinasi dan mempertahankan arcus longitudinal. 10,11 j. m. flexor digitorum longus Otot ini berorigo pada facies posterior tibia, fascia cruris lembar dalam dan berinsersio pada phalanx distal digitorum II-V. Persarafannya berasal dari n. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, inversio dan adduksi. 9,10 8

k. m. flexor hallucis longus Origonya pada facies posterior fibula, fascia cruris lembar dalam dan membrana interossea cruris, insersionya pada phalanx distal digiti I. Dipersarafi oleh n. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, inversio dan adduksi. 9,10 A.3. Aspek Klinis Sendi Pergelangan Kaki a. Strain Strain merupakan cedera otot, termasuk cedera pada tendo dan jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang. Salah satu gerakan yang dapat menyebabkan strain adalah gerakan melompat. Saat melompat sendi pinggul akan melakukan gerakan ekstensi hingga hiperekstensi dipengaruhi oleh kontraksi m. gluteus maximus, m. gluteus minimus, m. biceps femoris, m. semimembranosus, m. semitendinosus, sendi lutut akan melakukan gerakan ekstensi karena kontraksi dari m. rectus femoris, m. vastus medialis, m. vastus lateralis, m. vastus intermedialis dan sendi pergelangan kaki akan melakukan gerakan plantarfleksi karena kontraksi m. gastrocnemius. Ketika mendarat setelah gerakan melompat, tendo pada pergelangan kaki dan otot beresiko mengalami strain. Tahanan yang terjadi saat mendarat dapat memaksa sendi pergelangan kaki bergerak diluar batas normalnya. Hal ini menyebabkan tendo Achilles tertarik secara tiba-tiba dan mengalami robek pada perlekatannya dengan tulang atau otot. Cedera ini dapat menyebabkan kelemahan otot bila tidak mendapat pengobatan secara intensif. Tendo pada m. tibialis anterior dan m. tibialis posterior juga merupakan bagian yang dapat mengalami strain. Cedera pada masing-masing tendo ini dapat berefek cukup serius karena fungsinya sebagai supinator kaki. Selain itu m. tibialis posterior juga memiliki fungsi mempertahankan arcus longitudinal pada kaki yang mengalami kelemahan atau saat mengalami tekanan yang 9

berlebihan. 10 b. Sprain Sprain merupakan akibat dari tarikan tiba-tiba atau terkilir pada pergelangan kaki atau biasa disebut sebagai keseleo. Cedera ini sering berhubungan dengan inversio berlebihan pada kaki sehingga ligamentum lateral mengulur atau robek, bahkan dapat menyebabkan terlepasnya ligamentum dari perlekatannya pada tulang. Cedera ligamentum pergelangan kaki dapat mengenai ligamentum calcaneofibularis, ligamentum talofibularis anterior dan ligamentum talofibularis posterior bahkan dapat mengenai ligamentum talocalcaneare interosseum. 10 c. Fraktur Fraktur atau patah tulang pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh tarikan atau terkilir seperti pada sprain. Namun pada fraktur penyebabnya adalah eversio berlebihan sehingga sering menyebabkan fraktur pada malleolus lateralis. Pada kasus yang berat dapat pula terjadi pemisahan tibia dan fibula sehingga sendi mengalami pelebaran. Pengobatan segera dan adekuat untuk mengembalikan persendian pada posisi semula penting untuk mencegah kerusakan permanen. 10 A.4. Analisis Anatomi Sendi Pergelangan Kaki Pergerakan sendi pergelangan kaki terbentuk dari gabungan beberapa sendi yang memungkinkan terjadinya gerakan dorsofleksi, plantarfleksi, inversio, eversio, abduksi, adduksi, supinasi dan pronasi. Pada articulatio talocluraris dapat terjadi gerakan dorsofleksi, yaitu gerakan dimana jari-jari menunjuk ke arah atas. Gerakan ini dilakukan oleh m. tibialis anterior, m. extensor hallucis longus, m. extensor digitorum longus, m. fibularis tertius dan dihambat oleh tegangnya tendo Achilles, serabut posterior ligamentum mediale serta ligamentum calcaneofibulare. Selama dorsofleksi articulatio talocruralis, bagian 10

anterior trochlea tali dipaksakan berada di antara malleolus medialis et lateralis sehingga menyebabkan sedikit terpisah dan tegangnya ligamentum tibiofibularis distal. Selain posisinya yang berada diantara malleolus bentuk talus yang lebar dibagian depan membuatnya menjadi tulang berbentuk baji. Bentuk dan posisi seperti ini membuat kestabilan sendi maksimal ketika dorsofleksi dan minimal ketika plantarfleksi. Gerakan plantarfleksi dilakukan oleh m.gastrocnemius, m.soleus, m. plantaris, m. fibularis longus, m. fibularis brevis, m. tibialis posterior, m. flexor digitorum longus dan m. flexor hallucis longus dan dihambat oleh tegangnya otot-otot yang berlawanan, serabut anterior ligamentum mediale serta ligamentum talofibularis anterior. Pada keadaan plantarfleksi maksimal ligamentum articulatio tibiofibularis distal kurang tegang sehingga memungkinkan gerakan rotasi, abduksi dan adduksi. Gerakan lain yang juga mampu dilakukan adalah inversio dan eversio, namun pergerakan ini dibatasi oleh ligamentum lateral dan ligamentum mediale. Pada sendi tarsal dapat terjadi gerakan dorsofleksi, plantarfleksi, supinasi dan pronasi. Otot yang membantu dorsofleksi sendi tarsal merupakan otot yang juga melakukan gerakan dorsofleksi pada articulatio talocruralis. Sedangkan pada gerakan plantarfleksi, otot yang berperan adalah m. tibialis posterior, m. flexor digitorum longus, m. flexor hallucis longus, m. fibularis brevis dan m. fibularis longus. Gerakan lainnya yaitu supinasi merupakan gabungan inversio dan adduksi, otot yang berperan yaitu m. tibialis anterior (saat dorsofleksi), m. tibialis posterior (saat plantarfleksi), m. flexor digitorum longus dan m. flexor hallucis longus. Pada saat pronasi (eversio dan abduksi) otot yang berkerja adalah m. fibularis longus, m. fibularis brevis, m. fibularis tertius dan m. extensor digitorum longus. 1,12 11

A.5. Analisis Mekanik Sendi Pergelangan Kaki Trochlea tali terjepit diantara kedua malleoli, tetapi sendi ini merupakan sendi yang fleksibel. Menurut bentuk facies articularis sendi ini merupakan articulatio trochlearis. Axis gerak adalah axis transversal yang melewati kedua malleoli. Gerakan yang terjadi adalah fleksi (dorsofleksi) dan ekstensi (plantarfleksi). Trochlea tali pada bagian distal (anterior) lebih lebar, sehingga pada waktu ekstensi malleolus lateralis agak terpisah dari tibia, dan ligamentum antara kedua tulang menjadi tegang. Capsula articularis pada sendi ini di sebelah depan dan belakang longgar sehingga memungkinkan fleksi dan ekstensi. Capsula articularis diperkuat oleh ligamentum yang berfungsi sebagai ligamentum collaterale. Saat berjalan gaya berat menarik tungkai bawah ke depan, untuk mencegahnya articulatio talocruralis mempunyai susunan khusus. Penampang lintang trochlea tali lebih besar pada bagian depan, kedua malleoli tidak terletak tepat disamping trochlea tetapi sedikit dibelakang. Sehingga trochlea tali yang merupakan ossa sesamoidea ini tidak bergeser ke belakang. Gerakan lain yaitu bergesernya kaki terhadap tungkai bawah dihalangi oleh oleh susunan ligamentum dari tibia atau fibula yang berjalan ke arah belakang melekat pada talus atau calcaneus. Susunan lain yang juga menjaga gerakan sendi ini adalah ujung distal tibia yang mempunyai perluasan ke bawah pada bagian posteriornya serta ligamentum tibiofibularis posterior yang terletak pada lekuk sendi di posterior trochlea tali kedua susunan ini mencegah bergesernya tungkai bawah ke depan. 9 B. CEDERA OLAHRAGA B.1. Definisi Cedera olahraga adalah kelainan pada tubuh yang berupa nyeri, panas, bengkak, maupun gangguan fungsi pada bagian tubuh meliputi otot, tendo, ligamentum, sendi hingga tulang akibat aktivitas olahraga yang kejadiannya disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk 12

menahan atau menyesuaikan diri dengan gaya yang berlangsung pada tubuh baik dalam jangka waktu singkat maupun jangka panjang. 13-16 B.2. Penyebab Cedera Olahraga Cedera olahraga berdasarkan penyebabnya, dapat dikategorikan menjadi: 17 a. Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau ligamentum. Misalnya: traksi tendo Achilles saat melompat ataupun lari. b. Kompresi: jaringan mengalami tekanan oleh beban yang berlebih, misalnya sering melakukan gerakan loncat jongkok menekan sendi lutut ataupun penekanan oleh berat badan yang berlebihan. c. Torsi : jaringan mengalami putaran mendadak/tiba-tiba pada saat jaringan mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu melompat, lalu mendarat disertai perputaran arah tubuh sehingga menimbulkan kerusakan jaringan sekitar lutut. d. Bending: jaringan mengalami penekukan yang berlebihan oleh adanya gaya yang sangat kuat. Misalnya pada pemain voli ketika melakukan smash dengan meloncat dan mendarat dengan posisi pergelangan kaki menekuk, sehingga mengakibatkan robeknya ligament talofibulare. e. Stress geser: adanya gaya saling menggeser berlawanan arah, sehingga dapat merusak permukaan sendi. Misalnya lari cepat mengejar bola berhenti tiba-tiba, badan condong ke depan dan lutut menekuk. f. Pembebanan berulang-ulang walaupun kecil dapat mengakibatkan cidera, misalnya pada lari jarak jauh, pemain tenis dan pemain sepeda. 13

B.3. Macam Cedera Olahraga Cedera olahraga dapat berupa cedera ringan hingga cedera berat yang dapat mengganggu aktivitas penderitanya, berikut ini merupakan beberapa cedera yang sering dialami ketika melakukan aktivitas olahraga: a. Memar Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan yang mengakibatkan perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Luka memar yang disebabkan oleh cedera bukan merupakan keadaan serius dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Meskipun demikian luka memar di bagian kepala mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala (tulang kepala retak dengan perdarahan di bagian otak). Bila luka memar timbul dengan spontan, maka mungkin merupakan tanda gangguan perdarahan. 17,19 b. Sprain Sprain adalah cedera yang terjadi pada sendi, dengan terjadinya penguluran atau robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak, atau penggunaan yang berlebihan pada sendi yang membungkus tulang-tulang yang berdampingan seperti pada gerakan berotasi. Sprain dapat menyebabkan terjadinya dislokasi yaitu keadaan bergesernya persendian sehingga terjadi deviasi antara dua tulang pembentuk sendi. Sebagai akibatnya stabilitas sendi dapat terganggu pada kerusakan ligamentum yang berat. Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian serabut ligament putus, sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak dan pada sprain berat seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan dan perdarahan 14

dalam sendi. 17,19 c. Strain Strain adalah kerusakan pada jaringan otot maupun tendo karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading) pada saat otot terulur dan berkontraksi secara mendadak. Gejala pada strain otot akut dapat berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi, sedangkan strain kronis pada umumnya disebabkan karena penggunaan berlebihan atau tekanan berulang-ulang hingga akhirnya menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendo). 17,18 d. Fraktur Fraktur atau patah tulang adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan karena trauma langsung seperti benturan dan dapat berupa trauma tidak langsung seperti pada kasus jatuh dengan bertumpu pada satu anggota tubuh. Trauma tajam yang dalam dapat menyebabkan luka terbuka hingga jaringan tulang terlihat, sehingga disebut fraktur terbuka. Sedangkan jika terjadi fraktur namun jaringan tulang tidak tampak dari luar maka disebut fraktur tertutup. Pada kasus dengan patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dan menyebabkan pergeseran antara tulang pembentuk sendi maka disebut fraktur dislokasi. 19 e. Perdarahan Perdarahan adalah pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma yang menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari tubuh. 17 15

C. CEDERA OLAHRAGA BOLA VOLI Cedera pada pemain bola voli dapat dibedakan berdasarkan lokasi dan jenis cederanya 3 1. Berdasarkan lokasi cedera dari urutan yang paling sering mengalami cedera yaitu: a. Pergelangan kaki b. Lutut c. Bahu d. Punggung e. Hamstring f. Selangkangan g. Jari, tangan dan bagian tubuh lainnya 2. Berdasarkan jenis cederanya meliputi: a. Cedera otot b. Cedera ligamentum c. Cedera tendo d. Patah tulang e. Memar dan lain-lain 16

D. SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA PEMAIN BOLA VOLI D.1. Mekanisme Sprain Pergelangan Kaki (Ankle-Sprain Injury) Mekanisme ankle-sprain injury diawali dengan gerakan melompat lalu mendarat dengan posisi kaki inversio, plantar fleksi, endorotasi dan supinasi. Pada posisi ini articulatio talocruralis berada pada posisi yang tidak stabil. Gerakan inversio dan supinasi kaki disertai eksorotasi tibia akan menyebabkan cedera pada ligamentum lateral. Cedera pada ligamentum ini juga dapat terjadi pada gerakan plantarfleksi. Cedera articulatio talocruralis pada awalnya mengenai ligamentum talofibularis anterior kemudian bila terjadi cedera berulang maka akan mengenai ligamentum calcaneofibularis hingga akhirnya mengenai ligamentum talofibularis posterior. 20 robek robek robek Gambar 2.3 Mekanisme Sprain Pergelangan Kaki 21 17

D.2. Manifestasi Klinis Pada diagnosis cedera ligamentum atau sprain pergelangan kaki dapat ditemukan adanya nyeri saat melakukan gerakan inversio, pembengkakan pada sisi lateral persendian, dan memar. Cedera sprain pada pergelangan kaki dapat dikategorikan menjadi 3 derajat yaitu Gambar 2.4 Derajat Sprain Pergelangan Kaki 21 Tabel 2.1 Derajat Sprain Pergelangan Kaki 4 Derajat Cedera Gejala dan Tanda Derajat I/ Ringan - Tidak ada instabilitas postural - Kekakuan karena proses inflamasi minimal - Gangguan fungsi minimal - Cedera ligamentum hanya terlihat pada pemeriksaan mikroskopik Derajat II/ Sedang - Ketidakmampuan menyelesaikan test stabilitas postural - Pembengkakan dan kekakuan sedang - Gangguan sedang pada pergerakan sendi - Cedera dapat terlihat secara makroskopik namun ligamentum masih menyatu Derajat III/ Berat - Ketidakstabilan postural sejak awal tes - Pembengkakan hebat, kekakuan serta perdarahan - Terputusnya ligamentum 18

D.3. Faktor Risiko Sprain Pergelangan Kaki: 22 Faktor intrinsik: a. Riwayat sprain pergelangan kaki sebelumnya. b. Bentuk anatomi kaki. c. Keseimbangan yang buruk. Faktor ekstrinsik: a. Posisi permainan. b. Penggunaan brace dan tape. c. Lama berlatih. d. Kurangnya kegiatan pemanasan dan peregangan sebelum olahraga. E. HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI E.1. Lama Berlatih Olahragawan yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dari pada yang berpengalaman karena perbedaan penguasaan teknik permainan serta kesadaran akan cedera. E.2. Posisi Permainan Pada permainan bola voli dilaporkan bahwa cedera yang terjadi disebabkan oleh gerakan spiking (33,70%), blocking (24,15%), diving (17,41%), setting (11,23%) and others (14,04%). Dari data tersebut maka spiking dan blocking merupakan penyebab yang terbesar. Mekanisme cedera karena gerakan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: penyerang pada umumnya memulai lompatan untuk menyerang jauh dari net dan menuju ke arah depan untuk menyentuh bola sehingga posisi penyerang mudah bersentuhan dengan garis tengah dan berkontak fisik dengan blocker lawan. Selanjutnya penyerang akan mendarat lebih awal dari blocker dengan posisi mendarat pada daerah garis tengah, hal ini memungkinkan blocker mendarat di atas kaki penyerang sehingga 19

mengakibatkan cedera pada penyerang. Selain aktivitas di garis tengah antar lawan main, gerakan multiple blocking merupakan gerakan lain yang dapat menyebabkan cedera. Blocker dapat mengalami bodycontact antar pemain atau mendarat pada kaki teman satu timnya. 3,23 Gambar 2.5 Gerakan smash yang beresiko menyebabkan cedera.cedera berawal dari penyerang yang melompat dengan cepat dan lebih rendah untuk mendekati arah net sehingga menyebabkan penyerang mendarat pada atau melewati garis tengah, hal ini menyebabkan blocker lawan beresiko mendarat pada kakinya (b), Situasi ini dapat dicegah dengan cara penyerang mengambil langkah panjang ke depan untuk meraih bola (a). 23 E.3. Riwayat Sprain Pergelangan Kaki Sebelumnya Pada cedera berupa sprain, ligamentum akan mengalami peregangan sehingga kekuatannya untuk menstabilkan sendi akan melemah. Risiko kejadian cedera berulang diketahui meningkat pada 6 hingga 12 bulan setelah cedera akut. 22,24,25 20

E.4. Bentuk Anatomi Kaki Penelitian yang dilakukan dengan pengambilan foto rontgen kaki menyebutkan bahwa semakin lebarnya jari-jari talus dan semakin kecilnya bagian tibia yang menutupi bagian talus menyebabkan susunan sendi yang lebih tidak stabil sehingga meningkatkan resiko terjadinya sprain pergelangan kaki. 26 E.5. Keseimbangan yang Buruk Keseimbangan yang buruk diketahui berhubungan dengan risiko sprain pergelangan kaki berulang setelah cedera akut. Ada tidaknya keseimbangan yang buruk dapat diketahui dengan melakukan tes keseimbangan berdiri dengan satu kaki dan tidak diperkenankan bergerak atau menyentuh organ tubuh lainnya. Seseorang yang mampu bertahan paling tidak 15 detik dikatakan berstabilitas postural normal (memiliki keseimbangan yang baik), sedangkan seseorang yang tidak dapat mempertahankan posisi awalnya berarti memiliki stabilitas postural abnormal (memiliki keseimbangan yang buruk). Sprain pergelangan kaki mengenai lebih banyak orang dengan stabilitas postural abnormal. 23,27,28 E.6. Penggunaan Brace, Ankle Disk dan Tape. Brace diperkirakan memberikan dukungan mekanis pada articulatio talocruralis. Sedangkan latihan dengan menggunakan ankle-disk dapat membantu menurunkan instabilitas pada sendi pergelangan kaki. Penggunaan alat bantu lainnya yaitu tape diketahui menurunkan risiko cedera berulang pada pemain dengan riwayat cedera ligamentum sebelumnya. 22 E.7. Pemanasan Pemanasan sebelum aktivitas olahraga pada dasarnya merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk memproduksi energi. Proses memproduksi energi ini berkaitan erat dengan otot sebagai transducer 21

(mesin) utama untuk mengubah energi kimiawi menjadi energi mekanis. Di dalam otot terdapat ATP (Adenosine Triphosphate) sebagai sumber cadangan energi kimia utama yang bersifat konstan, serta cadangan energi lain yaitu phospocreatin, glycogen, trigliserid dan enzim. Ketika terjadi proses produksi energi, ATP akan dipecah untuk menghasilkan energi dan ADP (Adenosine Diphosphate), selanjutnya apabila energi yang dibutuhkan telah tercukupi maka ADP dapat menerima fosfat untuk kembali membentuk ATP sehingga siklus ini menyebabkan ATP bersifat konstan. Namun apabila energi masih terus dibutuhkan dan cadangan ATP telah habis maka proses produksi energi akan melibatkan phospocreatin lalu diikuti oleh pemecahan glycogen dan trigliserid. Bila kebutuhan energi masih belum juga terpenuhi sistem asam laktat akan mulai bekerja memecah glycogen menjadi energi, asam piruvat dan asam laktat. Asam laktat yang tertimbun dalam darah dan otot kemudian akan menyebabkan kelelahan otot, sehingga energi yang dihasilkan hanya bertahan 2-3 menit. Sistem lain yang juga berperan dalam produksi energi adalah sistem energi aerobik yang terdiri dari glikolisis aerobik, siklus Krebs dan sistem transport elektron. Sistem ini memiliki keunggulan berupa resintesis ATP secara besar tanpa terbentuknya hasil samping yang dapat menyebabkan kelelahan otot. 9 Selain berfungsi untuk menghasilkan energi pemanasan juga berfungsi menghasilkan panas. Panas yang diproduksi berperan penting dalam aktivitas olahraga karena panas dapat mengurangi viskositas jaringan (capsula, ligamentum) sehingga dapat mengurangi resistensi terhadap gerakan. Panas juga dapat meningkatkan ekstensibilitas fibra otot dan ligamentum sehingga fleksibilitasnya akan meningkat. Pemanasan pada akhirnya mampu mengurangi kejadian cedera olahraga bila dilakukan secara bertahap menyesuaikan kondisi tubuh, pemanasan dianjurkan dilakukan selama 15-30 menit. 9,29 22

F. OLAHRAGA BOLA VOLI F.1. Sejarah Permainan Bola voli Permainan bola voli diciptakan oleh William G Morgan pada tahun 1895 di Holyoke (Amerika bagian timur). Permainan ini terdiri dari 2 tim yang saling berlawanan dengan masing-masing tim terdiri dari 6 pemain. Pada tahun 1974 bola voli dipertandingkan di Polandia dengan peserta yang cukup banyak. Tahun 1984 didirikan The Fédération Internationale de Volleyball (FIVB) yang waktu itu beranggotakan 15 negara dan berkedudukan di Paris. Permainan bola voli masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda (sesudah tahun 1928). Sejak Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-2 tahun 1952 di Jakarta sampai sekarang permainan bola voli termasuk salah satu cabang olahraga yang resmi dipertandingkan. 22 Januari 1955 didirikan Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI). 30,31 F.2. Teknik Dasar Permainan Bola Voli a. Passing Passing terdiri dari passing atas dan passing bawah. Passing bawah adalah gerakan yang dilakukan para pemain jika bola datangnya rendah, baik untuk dioperkan kepada teman seregunya maupun untuk dikembalikan ke lapangan lawan melewati atas jaring atau net. Passing atas adalah cara pengambilan bola atau mengoper dari atas kepala dengan jari-jari tangan. Bola yang datang dari atas diambil dengan jari-jari tangan di atas, agak di depan kepala. 30,31 Gambar 2.6. Tahapan teknik passing atas 32 Gambar 2.7. Tahapan teknik passing bawah 32 23

b. Servis Servis adalah cara melakukan pukulan permukaan dari petak serviis dengan memukul bola dengan tangan dari bawah sebagai usaha menghidupkan bola dalam permainan. Pada servis bawah gerakan dilakukan dengan tangan bawah, siku diluruskan dan ayunan tangan dari belakang ke depan melalui samping badan, salah satunya tangan memegang bola dan bola tersebut dilambungkan baru dipukul. Sedangkan pada servis samping gerakan dilakukan dengan melakukan pukulan permulaan dari daerah servis dengan sikap berdiri menyamping dan berat badan berada di kaki kanan (bagi yang tidak kidal), telapak tangan menghadap ke atas. 30,31 Gambar 2.8 Tahapan teknik servis bawah 32 Gambar 2.9 Tahapan teknik jump service 33 c. Smash (Spiking) Smash atau spiking adalah gerakan memukul bola yang dilakukan dengan kuat dan keras serta jalannya bola cepat, tajam dan menukik serta sulit diterima lawan apabila pukulan itu dilakukan dengan cepat dan tepat. 31 Gambar 2.10 Tahapan teknik smash 34 24

d. Membendung (Blocking) Membendung (Blocking) adalah bentuk gerakan seseorang atau beberapa orang pemain yang berada didekat net/ pemain depan bertujuan untuk menutupi atau membendung datangnya bola dari lapangan lawan, caranya dengan menjulurkan kedua tangan ke atas dengan ketinggian tangan lebih tinggi dari tepian atau bibir net. 31 Gambar 2.11 Tahapan teknik blocking 35 25

G. KERANGKA TEORI Faktor intrinsik: 1. Kesehatan (riwayat sprain sebelumnya) 2. Bentuk anatomi kaki 3. Keseimbangan yang buruk Macam Cedera: 1. Sprain 2. Strain 3. Fraktur 4. Perdarahan Faktor ekstrinsik: 1 Penggunaan brace dan tape 2 Lama berlatih 3 Kurangnya kegiatan pemanasan dan peregangan sebelum olahraga. 4. Posisi permainan Cedera Olahraga Lokasi cedera: 1. Pergelangan kaki 2. Lutut 3. Bahu 4. Punggung 5. Hamstring 6. Selangkangan 7. Jari Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti H. KERANGKA KONSEP Olahraga Bola Voli Cedera olahraga berupa Sprain pergelangan kaki Faktor risiko: 1. Lama berlatih 2. Riwayat sprain pergelangan kaki sebelumnya 3. Penggunaan non-rigid brace 4. Penggunaan tape 5. Kurang pemanasan 26

I. HIPOTESIS a. Ada hubungan antara lama berlatih dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada pemain bola voli. b. Ada hubungan antara riwayat sprain pergelangan kaki sebelumnya dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada pemain bola voli. c. Ada hubungan antara kurangnya pemanasan dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada pemain bola voli. d. Ada hubungan antara penggunaan non-rigid brace dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada pemain bola voli. e. Ada hubungan antara penggunaan tape dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada pemain bola voli. 27