I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. produk pangan. Pewarna merupakan ingridient penting dalam beberapa jenis

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Menurut definisi dari Wikipedia, gulai adalah sejenis makanan berbahan

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

P PENGARUH PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN PADA PENGOLAHAN MINUMAN SERBUK SIRSAK TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Pemikiran (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

Kajian Penambahan Dekstrin Terhadap Kadar Vitamin C Dalam Pengolahan Bubuk Sari Jeruk Instan dengan Metode foam-mat drying. Oleh : Tamrin 1.

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MURBEI (Morus Alba L.) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PENGERING

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan masyarakat perkotaan yang penuh dengan polusi, limbah, dan

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

Pengawetan pangan dengan pengeringan

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

METODE. Waktu dan Tempat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

OPTIMALISASI FORMULASI BUMBU NASI KUNING SERBUK DENGAN PROGRAM DESIGN EXPERT METODE MIXTURE D-OPTIMAL TUGAS AKHIR

I PENDAHULUAN. kelompok buah-buahan yang memiliki nilai sosial dan ekonomis yang tinggi bagi

I. PENDAHULUAN. satunya adalah buah kersen atau biasa disebut talok. Menurut Verdayanti (2009),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

seperti Niasin (vitamin B3), vitamin A, C, E, anthraquinon, serat, magnesium,

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

Key words : bubuk instan, sari buah, terung pirus, markisa, foam-mat drying. I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di

1. PROSPEK TEH HIJAU SEBAGAI INDUSTRI HILIR TEH

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I. PENDAHULUAN. populer di dunia, berasal dari Asia Tenggara, serta menjadi tanaman buah yang

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena saat ini menunjukkan bahwa penggunaan produk-produk alami

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

BAB II GAMBARAN UMUM JAPANESE ROLL CAKE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK PEWARNA BUAH SENDUDUK

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Era globalisasi membawa dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut membawa kemajuan yang pesat di bidang industri, baik yang berkaitan dengan aspek produksi pangan, sandang, papan, transportasi, serta bidang-bidang lainnya. Perkembangan di bidang produksi pangan ditandai dengan banyaknya industri makanan dan minuman instan baik skala besar maupun skala kecil. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan yang dikonsumsinya (Nur, 2014). Tingginya aktivitas masyarakat mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat saat ini cenderung lebih menyukai produk dengan kemasan dan penyajian yang lebih praktis sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkannya (Tiaraputri, 2012). Minuman serbuk instan merupakan produk pangan berbentuk butiran. Proses konsumsi minuman tersebut dilakukan dengan penyeduhan air panas atau air dingin. Keunggulan minuman instan ini lebih praktis, baik dari segi kemasan maupun penyajiannya serta dapat memperpanjang umur simpan karena dalam bentuk serbuk yang memiliki kadar air minimum dapat memperlambat kerja mikroorganisme, selain itu bentuk serbuk juga memiliki volumenya lebih kecil 1

sehingga dapat mempermudah dalam pengemasan dan pengangkutan (Purnamasari, 2016) Minuman serbuk instan dapat dibuat dari bahan rempah-rempah atau buahbuahan atau biji-bijian atau daun. Salah satu bahan baku yang digunakan dalam pembuatan minuman serbuk adalah buah black mulberry (Morus nigra L.). Black Mulberry (Morus nigra L.) merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Cina. Tanaman ini dibudidayakan karena daunnya merupakan makanan utama ulat sutera. Saat ini terdapat 45.085,5 hektar lahan black mulberry di Indonesia dan sekitar 9.000 hektar diantaranya terdapat di Bandung, Jawa barat (BPPT, 2005). Hingga tahun 2005 luas areal tanaman black mulberry di Jawa Timur mencapai 540 hektar dan diperkirakan selalu meningkat setiap tahunnya (Dirjen Perhutanan, 2005). Dilihat dari kenyataannya, tanaman ini mampu memberikan kontribusi produksi yang cukup besar tapi dari segi pemanfaatannya di dalam negeri masih sangat minim. Black Mulberry merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang tahun. Namun pemanfaatan black mulberry hanya sebatas daunnya saja sebagai pakan ulat sutera, sedangkan di Malang khususnya karena bukan daerah penghasil tekstil sutera maka black mulberry hanya dimanfaatkan sebagai tanaman kebun. Oleh karena itu black mulberry sangat potensial untuk dijadikan produk pangan dengan harga jual tinggi. Dilihat dari karakter fisiknya, black mulberry merupakan buah yang berasa segar manis berwarna merah hingga kehitaman, dan black mulberry memiliki kadar antosianin hingga 1993mg/100 g yang mana antosianin berperan sebagai sumber antioksidan (Astawan, 2008). 2

Kandungan buah black mulberry segar dalam 112 gram yaitu energi 30 kkal, kadar air 88%, serat 1%, karbohidrat 7 gram, protein 1 gram, lemak 0 gram, Ca 27 mg, K 136 mg, dan F 27 mg. Menurut Utomo (2013), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kandungan air dalam buah black mulberry segar adalah 80,18%. Hal ini dikarenakan buah yang digunakan adalah buah yang sudah matang. Nilai ph buah black mulberry dari hasil penelitian yaitu 3,4. Nilai ph yang cukup rendah ini dipengaruhi oleh keberadaan komposisi buah black mulberry yang sebagian besar terdiri dari asam-asam penyusunnya, seperti asam linoleat, asam stearat, asam oleat dan terutama asam askorbat yang rata-rata kandungannya sebesar 5 mg/100 gram. Kandungan vitamin C yang terdapat pada buah black mulberry segar ini dari hasil penelitian yaitu sebesar 3,706 mg/100 gram. Black Mulberry mengandung antosianin, yakni sejenis antioksidan tinggi yang dapat membantu mempertahankan kekebalan tubuh, mencegah kanker, dan diabetes. Tingginya kadar vitamin C dan flavonoid merupakan suplemen yang baik untuk mengatasi penyakit flu dan kekebalan tubuh (Utomo, 2013) Black Mulberry bisa dimafaatkan untuk berbagai jenis makanan olahan sehingga bisa dikonsumsi dalam bentuk lain yang lebih bergizi dan bisa dikonsumsi dimasa yang akan datang tanpa mengurangi nilai gizinya, misalnya dengan cara mengawetkannya. Pembuatan minuman dalam bentuk serbuk dilakukan dengan pengeringan menggunakan metode freeze drying (pengeringan beku), spray drying (pengeringan semprot) dan foam mat drying (pengeringan busa). Permasalahan 3

yang umum terjadi pada pembuatan bubuk instan adalah kerusakan akibat proses pengeringan yang umumnya memerlukan suhu pemanasan tinggi (lebih 60 C) seperti hilangnya atau rusaknya komponen flavor serta terjadinya pengendapan pada saat bubuk dilarutkan dalam air, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dicari metode pengeringan yang baik dan penggunaan bahan pengisi yang berfungsi melapisi komponen bahan akibat proses pengeringan (Kumalaningsih, 2005) Menurut Karim dan Wai (1999), metode pengeringan busa memiliki kelebihan daripada metode pengeringan lain karena relatif sederhana dan prosesnya tidak mahal dibandingkan dengan spray drying dan freeze drying. Ratti dan Kudra (2006) mengemukakan bahwa metoda pengeringan foam-mat drying merupakan metode pengeringan yang cukup memberikan keuntungan, antara lain penghilangan air lebih cepat, memungkinkan penggunaan suhu lebih rendah, produk yang dihasilkan memiliki kualitas, warna, dan rasa yang baik serta lebih mudah larut dalam air. Foam-mat drying berguna untuk memproduksi produkproduk kering dari bahan cair yang peka terhadap panas atau mengandung kadar gula tinggi. Keunggulan lain foam-mat drying dibandingkan pengeringan tanpa penambahan zat pembuih yaitu waktu pengeringan relatif singkat yaitu sekitar 3 jam. Menurut Kumalaningsih dkk (2005) dalam Harni (2015) foam-mat drying merupakan cara pengeringan bahan berbentuk cair yang sebelumnya dijadikan foam atau busa terlebih dahulu dengan menambahkan zat pembuih dengan diaduk atau dikocok, kemudian dikeringkan. Bahan yang dikeringkan dengan metode 4

foam-mat drying mempunyai ciri khas yaitu struktur remah, mudah menyerap air dan mudah larut dalam air. Bahan penunjang utama pada proses pembuatan minuman serbuk dengan metode foam-mat drying adalah pembuih (Foaming Agent). Pembuih (foaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan yang berbentuk cair atau padat. Jenis pembuih yang diizinkan antara lain gom xanthan (Xanthan gom), selulosa mikrokristalin (Microcrystalline celullose), etil metil selulosa (Methyl ethyl celullose), Putih telur (Albumin) (Permenkes, 2012). Adanya lapisan busa pada metode foam-mat drying akan mempercepat proses pengeringan dari pada lapisan tanpa busa pada kondisi yang sama, hal ini disebabkan cairan lebih mudah bergerak melalui struktur busa dari pada melalui lapisan padat pada bahan yang sama. Konsentrasi busa yang semakin banyak akan meningkatkan luas permukaan dan memberi struktur berpori pada bahan dan memungkinkan terjadinya pemanasan disemua bagian sehingga proses penguapan air dari bahan lebih cepat (Andriastuti, 2003). Pada proses pembuatan minuman serbuk buah ini diperlukan bahan baku utama berbentuk cair yang didapatkan dari sari buah. Bahan baku cair ini akan mempermudah pada proses terbentuknya busa yang dilakukan dengan cara dikocok. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 5

1. Adakah pengaruh jenis pembuih (foam agent) terhadap karakteristik minuman serbuk black mulberry? 2. Adakah pengaruh konsentrasi sari buah terhadap karakteristik minuman serbuk black mulberry? 3. Adakah pengaruh interaksi antara jenis pembuih (foam agent) dan konsentrasi sari buah terhadap karakteristik minuman serbuk black mulberry? 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pembuih (foaming agent) yang tepat dalam pembuatan minuman serbuk black mulberry. Selain itu, penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh penambahan konsentrasi sari buah black mulberry terhadap karakteristik minuman serbuk black mulberry yang akan dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis pembuih (foam agent) terpilih dan konsentrasi sari buah yang tepat, serta mengetahui perlakuan penelitian terhadap minuman serbuk black mulberry yang dihasilkan, baik secara respon kimia, respon fisik maupun respon organoleptik. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan tentang pemanfaatan buah black mulberry sebagai bahan minuman serbuk. 2. Dilihat dari segi ekonomi akan membantu petani dan pedagang yang berminat mengolah buah black mulberry serta membantu pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan baru. 6

3. Penelitian ini dapat dijadikan informasi tentang inovasi terbaru tentang minuman serbuk black mulberry kepada masyarakat yang banyak mengandung nilai gizi yang sehat. 1.5. Kerangka Pemikiran Minuman sebuk instan dapat dibuat dari bahan dasar yang dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu empon-empon, buah-buahan, biji-bijian dan daun. (Marlinda 2003 dalam Ramadina 2013). Menurut SNI (1995), bubuk instan sari buah adalah produk yang merupakan campuran ekstrak sari buah, gula pasir dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Menurut Verral (1984), minuman sebuk dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah daripada minuman cair, tidak atau sedikit mengandung air dengan bobot dan volume yang rendah, memiliki kualitas dan stabilitas produk yang lebih baik, memudahkan dalam transportasi, cocok untuk konsumsi dalam skala besar serta cocok sebagai pembawa zat gizi seperti vitamin dan mineral yang lebih mudah mengalami kerusakan jika digunakan dalam minuman berbentuk cair. Salah satu metode yang sering digunakan dalam pembuatan produk pangan berbentuk serbuk adalah pengeringan busa (foam-mat drying). Foam-mat drying merupakan cara pengeringan bahan berbentuk cair yang sebelumnya dijadikan busa terlebih dahulu dengan menambahkan zat pembuih dengan diaduk atau dikocok, kemudian dituangkan di atas loyang atau wadah. Selanjutnya, dikeringkan dengan oven blower atau tunnel dryer sampai larutan kering dan 7

proses berikutnya adalah penepungan untuk menghancurkan lembaran-lembaran kering (Darniadi, 2011). Foam-mat drying adalah teknik pengeringan produk berbentuk cair dan peka terhadap panas melalui teknik pembusaan dengan menambahkan zat pembuih (Kumalaningsih., dkk, 2005). Lapisan pada pengeringan busa lebih cepat kering daripada lapisan tanpa busa pada kondisi yang sama. Hal ini disebabkan cairan lebih mudah bergerak melalui struktur busa daripada melalui lapisan padat pada bahan yang sama. Keuntungan lain pengeringan metode foammat drying adalah mempercepat proses pengeringan (Andriastuti, 2003). Menurut Karim dan Wai (1999), metode pengeringan busa memiliki kelebihan daripada metode pengeringan lain karena relatif sederhana dan prosesnya tidak mahal. Selain itu suhu yang digunakan relatif rendah sehingga warna, aroma, dan komponen gizi produk dapat dipertahankan. Menurut Kumalaningsih dkk (2005), dengan adanya bahan pembentuk busa maka akan mempercepat proses penguapan air walaupun tanpa suhu yang terlalu tinggi, produk yang dikeringkan menggunakan busa pada suhu 50 O C 80 O C dapat menghasilakan kadar air 2-3%. Bubuk hasil dari metode foam-mat drying mempunyai densitas atau kepadatan yang rendah (ringan) dan bersifat remah. Monogliserida atau protein kedelai yang dimodifikasi dengan metil selulosa, ester-ester, tween 80 dan protein putih telur merupakan bahan yang berperan dalam pembentukan foam. Putih telur memiliki harga yang relatif murah dan mudah diperoleh (Tranggono, 1990). 8

Putih telur berperan penting dalam pembuatan minuman serbuk instan, karena albumin merupakan bahan pembuih utama. Menurut Kamsiati (2006) penambahan busa putih telur dapat meningkatkan total padatan pada bahan sesuai dengan pernyataan Nakai dan Modler (1996) bahwa putih telur mengandung 86,7 % air sehingga sisanya adalah total padatan. Peningkatan total padatan dapat meningkatkan berat produk akhir yang berakibat pada naiknya rendemen. Konsentrasi busa yang semakin banyak akan meningkatkan luas permukaan dan memberi struktur berpori pada bahan sehingga akan meningkatkan kecepatan pengeringan. Adapun hasil penelitian Rajkumar dkk., (2007) menunjukkan komposisi terbaik dalam proses pengeringan mangga dengan metode foam-mat drying dengan variasi foaming agent berupa putih telur 5%, 10%, dan 15%, ketebalan lapisan pengeringan divariasi 1 mm, 2 mm, dan 3 mm, sedangkan untuk suhu pengeringan adalah 60 o C, 65 o C, 70 o C, dan 75 o C, diketahui kondisi terbaik pada pengeringan tersebut terdapat pada komposisi telur 10%, dengan ketebalan 1 mm dan suhu pengeringan 60 o C. Ovalbumin dapat membentuk buih paling baik pada ph sekitar 3,7 sampai 4,0 sedangkan protein yang lain dapat membentuk buih paling baik pada ph sekitar 6,5 sampai 9,5. Peningkatan ph putih telur dari 5,5 menjadi 11,0 akan meningkatkan volume buih dari 688% menjadi 982% (Sirait, 1986). Salah satu pengemulsi sintetik yang sudah dikenal luas adalah tween 80. Pengemulsi ini memiliki nilai HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance) 15. Nilai HLB menunjukkan tingkat kekuatan zat pengemulsi terhadap air dan minyak. 9

Nilai HLB yang besar menyebabkan tween 80 sangat cocok digunakan sebagai pengemulsi pada sistem emulsi minyak dalam air. Tween 80 dalam konsentrasi tertentu juga dapat berfungsi sebagai pendorong pembentukan foam (busa), namun dalam konsentrasi berlebihan justru akan memecahkan foam (busa) (Kumalaningsih et al, 2005). Tween 80 dapat membantu memperbanyak terbentuknya busa serta menurunkan tegangan permukaan antara dua fasa (Prasetyo, 2005). Busa yang terbentuk tersebar sebagai lembaran tipis dan terkena aliran udara panas sampai dikeringkan ke tingkat kelembaban yang dibutuhkan (Rajkumar, 2007). Tween 80 berperan sebagai emulsifying agent. Tween 80 yang dicampurkan pada bahan dapat membentuk campuran emulsi. Selain itu, penambahan Tween 80 mendorong pembentukan busa. Busa yang terbentuk memudahkan penyerapan air saat pengocokan dan pencampuran sebelum dikeringkan. Penggunaan Tween 80 (Polisorbat 80) dalam memproduksi bubuk adonan minuman menurut Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 20 Tahun 2013 tentang bahan tambahan makanan pengemulsi, batas maksimum penggunaannya adalah 3000 mg/kg minuman. Menurut Utomo (2013), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kandungan air dalam buah black mulberry segar adalah 80,18%. Hal ini dikarenakan buah yang digunakan adalah buah yang sudah matang. Nilai ph buah black mulberry dari hasil penelitian yaitu 3,4. Nilai ph yang cukup rendah ini dipengaruhi oleh keberadaan komposisi buah black mulberry yang sebagian besar terdiri dari asam-asam penyusunnya, seperti asam linoleat, asam stearat, asam oleat dan terutama asam askorbat yang rata-rata kandungannya sebesar 5 mg/100 10

gram. Kandungan vitamin C yang terdapat pada buah black mulberry segar ini dari hasil penelitian yaitu sebesar 3,706 mg/100 gram. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti dkk (2014), menunjukkan bahwa nilai perlakuan terbaik minuman serbuk markisa menurut parameter fisik dan kimia diperoleh dari perlakuan konsentrasi tween 80 1% dan suhu pegeringan 50⁰C. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliawaty (2015), komposisi terbaik dalam pengaruh lama pengeringan dan konsentrasi maltodekstrin terhadap karakteristik fisik dan organoleptik minuman instan daun mengkudu dengan variasi jenis penstabil yaitu maltodesktrin dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15%. Hasil perlakuan terbaik berdasarkan parameter fisik dan kimia menunjukkan konsentrasi maltodektrin sebesar 5%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhia (2012), komposisi terbaik dalam pembuatan tepung lidah buaya dengan metode foam mat drying terhadap karakteristik fisik dan organoleptik minuman instan daun mengkudu dengan variasi jenis penstabil yaitu maltodesktrin konsentrasi 5%, 10%, dan 15%. Hasil perlakuan terbaik berdasarkan parameter fisik dan kimia menunjukkan konsentrasi maltodektrin sebesar 15%. Waktu dan suhu pengeringan dengan metode foam-mat drying tergantung pada produk yang dikeringkan, tidak dapat ditentukan secara pasti. Sari buah jambu biji serbuk memerlukan ±2jam pada suhu 50 O C 60 O C dan udara pengering mengandung 2% uap air dengan konsentrasi albumin 10% (Kumalaningsih dkk, 2005). 11

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harni (2015), komposisi terbaik dalam pembuatan minuman serbuk instan terong belanda dengan metode foam-mat drying menunjukkan jenis pembuih yang terpilih yaitu albumin dengan konsentrasi 10% dan konsentrasi sari buah terong belanda yaitu 67%). 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut: 1. Diduga jenis pembuih (foaming agent) mempengaruhi terhadap karakteristik minuman serbuk black mulberry. 2. Diduga konsentrasi sari buah black mulberry mempengaruhi terhadap karakteristik minuman serbuk black mulberry. 3. Interaksi jenis pembuih (foaming agent) terpilih dan konsentrasi sari buah berpengaruh terhadap karakteristik minuman serbuk black mulberry. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No 193, Bandung. Waktu penelitian yang direncakan adalah mulai bulan November 2016 hingga selesai. 12