BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

HALAMAN PENGESAHAN...

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Dalam publikasi United Nations Development Programme (UNDP) melalui Human

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. GBHN, bahwa penduduk merupakan modal dasar pembangunan yang potensial. kualitas sumber daya manusia yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Provinsi Riau. Vol. II, No. 02, (Oktober, 2015), 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), PENGANGGURAN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Nomor No.12 tahun 2008 (revisi UU no.32 Tahun

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDIKATOR KOMPOSIT IPM TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI BALI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karenanya, setiap negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang mulai berlomba-lomba melakukan pembangunan dalam bidang ekonomi. Tujuan dari pembangunan ekonomi tersebut meliputi, pendapatan perkapita rill yang tinggi dan mengurangi ketimpangan pendapatan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada serta mengurangi tingkat kemiskinan. Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan merupakan salah satu hambatan dalam melaksanakan pemerataan pembangunan pada setiap daerah. Sejak tahun 2001 dilaksanakan otonomi daerah di Indonesia, kebijakan otonomi daerah di bawah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 dengan prinsip otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab sehingga pemerintah daerah berperan sangat besar dalam menentukan arah kebijakan pembangunannya. Kedua undang-undang ini memberikan keleluasaan dan kewenangan yang semakin luas kepada daerah untuk memberdayakan potensi daerahnya sendiri (Artanayasa, 2014). Otonomi Daerah memberikan keleluasaan pada pemerintah daerah dalam mengelola potensi- potensi di daerahnya melalui pengaturan kebijakan. Hal ini bertujuan meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat, peningkatan 1

kemandirian daerah dalam pengelolaan daerah, pembangunan yang merata di tiap daerah serta pengurangan subsidi pemerintah akan suatu daerah. Menurut Oates, seperti dikutip Artanayasa (2014) kebijakan desentralisasi ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah daerah akan efisien dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan penyediaan akan barangbarang publik untuk memperlancar aktivitas perekonomian. Sejak diberlakukannya desentralisasi ini, semua daerah di Indonesia terus menerus melakukan pembangunan dan menerapkan kebijakan agar pembangunan daerahnya terus meningkat. Namun, masalah tetap dihadapi oleh seluruh daerah di Indonseia, termasuk Bali dalam hal kemiskinan. Kemiskinan telah menjadi masalah yang kompleks dan kronis baik di tingkat nasional maupun regional, sehingga penanggulangannya memerlukan strategi yang tepat dan berkelanjutan. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini telah memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini masih menjadi masalah yang berkepanjangan termasuk Bali yang merupakan daerah pariwisata tak luput akan masalah tersebut (BPS Bali, 2014). Berdasarkan Gambar 1.1 memperlihatkan jumlah penduduk miskin di Bali terus mengalami fluktuasi dan perkembangan jumlah penduduk miskin di Bali cenderung mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 2011. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 1,13 ribu orang atau bertambah sekitar 0,68 persen. Tahun 2014 jumlah penduduk miskin berkurang sampai 46,7 ribu orang jika dibandingkan pada tahun 2004. Namun, jika dibandingkan dengan 2

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) tahun 2013, jumlah penduduk miskin di Bali pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 25,31 ribu orang (15,82 persen) Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin ( Kota + Desa) di Provinsi Bali Tahun 2004-2014 (dalam ribu jiwa) 300 250 200 231.9 228.4 243.5 229.1 215.7 181.7 174.9 165.8 166.93159.89 185.2 150 100 50 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Sumber : BPS (Bali Dalam Angka,2014) Peningkatan jumlah penduduk miskin ini disebabkan adanya tingkat urbanisasi penduduk dari desa ke kota akibat kurangnya lapangan pekerjaan yang ada di desa (Tinjauan Perekonomian Bali 2014). Hal ini diperparah dengan kondisi penduduk yang kurang memiliki keterampilan sehingga tidak memperoleh pekerjaan di kota dan menambah angka kemiskinan yang ada di perkotaan. Pemerintah Bali sendiri telah menetapkan pengurangan jumlah penduduk miskin sebagai prioritas utama pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2008 2013, yang menargetkan penduduk miskin turun menjadi 174.510 orang atau setara dengan 4,38 persen dari total penduduk Bali. Meningkatnya kemiskinan di Bali, dapat disebabkan juga karena adanya ketimpangan pendapatan yang tinggi. Untuk mengurangi jumlah penduduk miskin menurut Santosa (2013) dapat dengan peningkatan pendapatan, walaupun tidak selalu diikuti oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi 3

merupakan tema sentral dalam suatu kehidupan ekonomi setiap negara di dunia. Berhasil tidaknya program program di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat output dan pendapatan nasional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. PDRB adalah nilai bersih suatu barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode (Sasana, 2006). Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut. PDRB yang tinggi menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di suatu daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Data menunjukkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh sebesar 5,02 persen melambat dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 5,58 persen (BPS, 2014). Secara umum Pertumbuhan Ekonomi Indonesia didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Sumatera dan Jawa yang tumbuh masing masing sebesar 4,66 persen dan 5,59 persen. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali pada kurun waktu 2013 mencapai angka 6,05 persen menurun dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 6,65 persen. Namun, terjadi peningkatan di semua sektor jasa dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor jasa-jasa yaitu sebesar 11,08 persen dan terendah 4

Pertumbuhan Ekonomi (%) pada sektor pertanian yaitu 1,40 persen. Gambar 1.2 menunjukkan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali selama 10 tahun terakhir. Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (Dalam Persen) 7 6 5 4 3 2 1 0 Pertumbuhan Ekonomi 6,49 6,65 5.56 5,92 5,97 5,83 6,05 4,62 5,03 5,33 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Sumber : Bali Dalam Angka Tahun 2014 (data diolah) Perkembangan pertumbuhan ekonomi Bali dapat dikatakan mengalami fluktuasi, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2 yang menunjukkan perkembangan pertumbuhan ekonomi Bali selama sepuluh tahun terakhir. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, sehingga fluktuasi atau besar kecilnya penurunan maupun peningkatan pada laju pertumbuhan kabupaten/kota akan sangat berpengaruh pada laju pertumbuhan secara keseluruhan di Provinsi Bali. Seperti yang terlihat pada tabel 1.1 yang menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kota di Provinsi Bali. 5

Tabel 1.1 Kabupaten / Kota Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kota di Provinsi Bali Tahun 2004-2014 (Dalam Persen) Pertumbuhan Ekonomi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jembrana 4.86 5.00 4.52 5.11 5.05 4.82 4.57 5.61 5.90 5.38 5.88 Tabanan 4.73 5.96 5.25 5.76 5.22 5.44 5.68 5.82 5.91 6.03 6.35 Badung 5.78 5.61 5.03 6.85 6.91 6.39 6.48 6.69 7.30 6.41 6.75 Gianyar 4.95 5.47 5.20 5.89 5.90 5.93 6.04 6.76 6.79 6.43 6.59 Klungkung 4.67 5.41 5.03 5.54 5.07 4.92 5.43 5.81 6.03 5.71 5.82 Bangli 4.03 4.46 4.25 4.48 4.02 5.71 4.97 5.84 5.99 5.61 5.67 Karangasem 4.49 5.13 4.80 5.20 5.07 5.01 5.09 5.19 5.73 5.81 5.85 Buleleng 4.98 5.60 5.35 5.82 5.84 6.10 5.85 6.11 6.52 6.71 6.73 Denpasar 5.83 6.05 5.88 6.60 6.83 6.53 6.57 6.77 7.18 6.54 6.77 Sumber : Bali Dalam Angka Tahun 2014 (data diolah) Pertumbuhan ekonomi tidak hanya dapat dilihat dari peningkatan pembangunan suatu daerah namun juga dapat melalui proses pembangunan manusia. Pembangunan manusia merupakan wujud serta tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia (masyarakat), bukan manusia di sekeliling pembangunan (Yunita, 2012). Untuk itu diperlukan pembangunan ekonomi yang terfokus pada pembangunan manusia secara kerakyatan dan berkesinambungan. Pembangunan ekonomi yang berbasis kerakyatan dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekaligus menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, artinya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga pertumbuhan ekonomi lebih merata dan dapat dirasakan oleh penduduk. Pada akhirnya akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan kualitas hidup penduduk secara keseluruhan. United Nations Development Programme (UNDP) mengembangkan suatu paradgima yang menyatakan pembangunan manusia merupakan suatu proses memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dengan demikian, pembangunan 6

masyarakat atau penduduk merupakan sarana untuk menggapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang secara tak langsung akan mengurangi tingkat kemiskinan yang ada. Untuk dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan manusia suatu daerah digunakanlah suatu indikator komposit yang disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM terdiri atas tiga indikator tunggal yang digunakan untuk memproyeksikan tingkat pembangunan di suatu wilayah. Indikator IPM meliputi, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata- Rata Lama Sekolah dan Kemampuan Daya Beli. Indikator IPM atau Human Development Indeks (HDI) merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia. IPM ini mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pambangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan syarat cukup yaitu pemerataan pembangunan. Dengan pemerataan pembangunan terdapat jaminan bahwa semua penduduk dapat menikmati hasil-hasil pembangunan (BPS Jakarta, 2008). Berdasarkan pengalaman pembangunan di berbagai negara diperoleh pembelajaran bahwa untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik 7

IPM yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Korea Selatan sebagai contoh sukses, tetap konsisten melakukan dua hal tersebut. Sebaliknya, Brazil mengalami kegagalan karena memiliki distribusi pendapatan yang timpang dan alokasi belanja publik yang kurang memadai untuk pendidikan dan kesehatan (UNDP, BPS, Bappenas, 2004). Menurut Lilya (2014), tingkat pembangunan manusia yang tinggi sangat menentukan kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola sumbersumber pertumbuhan ekonomi. Provinsi Bali merupakan salah satu daerah yang berhasil melakukan peningkatan IPM. Gambar 1.3 menunjukkan angka IPM Provinsi Bali dan pertumbuhannya dalam kurun waktu 2001-2013. Gambar 1.3 76 74 72 70 68 66 64 62 60 65.57 65.5 0 Perkembangan Laju Pertumbuhan IPM Provinsi Bali kurun waktu 2001 2013 2.44-0.11 67.1 3.03 73.49 74.11 72.28 72.84 69.13 69.78 70.07 70.53 70.98 71.52 0.94 0.42 0.66 0.64 0.76 1.06 0.77 0.89 0.84 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 IPM Pertumbuhan IPM (%) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0-0.5 Sumber : Bali Dalam Angka Tahun 2014 (data diolah) Gambar 1.3 menunjukkan bahwa IPM di Bali terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan IPM tertinggi terjadi pada tahun 2004. Pertumbuhan IPM tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,84 persen dari tahun 2012. Meskipun angka IPM mengalami peningkatan, tetapi pertumbuhan IPM masih mengalami fluktuasi selama 13 tahun terahkir. Perkembangan IPM dari tahun 2001 sampai 8

2013 masih berada pada tingkat menengah, hal ini tidak sebanding dengan keadaan ekonomi Bali yang terus meningkat serta, menghasilkan devisa yang besar melalui sumbangsih sektor pariwisata. Rata-rata pertumbuhan IPM Provinsi Bali cenderung rendah atau masih di bawah angka 1 persen. Disamping itu, menurut BPS (Bali Dalam Angka, 2015) IPM Provinsi Bali sebesar 74,11 di atas IPM Indonesia sebesar 73,81. Posisi IPM Provinsi Bali memang berada di atas IPM Indonesia, namun pemerintah Provinsi Bali perlu melakukan pengembangan mutu modal manusia dalam hal kesehatan, pendidikan, pendapatan maupun daya beli masyarakat secara berkelanjutan agar pertumbuhan IPM mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pertumbuhan IPM di Bali sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPM di tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali. IPM tiap tiap daerah menggambarkan bagaimana pembangunan manusia yang ada disana. Tabel 1.2 Perkembangan IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali kurun waktu 2009 2013 No Kabupaten/Kota IPM Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 1 Jembrana 72,45 72,69 73,18 73,62 74,29 2 Tabanan 74,26 74,57 75,24 75,55 76,19 3 Badung 74,49 75,02 75,35 75,69 76,37 4 Gianyar 72,43 72,73 73,43 74,49 75,02 5 Klungkung 70,19 70,54 71,02 71,76 72,25 6 Bangli 70,21 70,71 71,42 71,80 72,28 7 Karangasem 66,06 66,42 67,07 67,83 68,47 8 Buleleng 70,26 70,69 71,12 71,93 72,54 9 Denpasar 77,56 77,94 78,31 78,80 79,41 Prov. Bali 71,52 72,28 72,84 73,49 74,11 Sumber : Bali Dalam Angka Tahun 2014 (data diolah) 9

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan IPM di tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali dalam kurun waktu 2009 2013 semuanya mengalami peningkatan. Namun, nilai IPM di beberapa kabupaten masih menunjukkan angka di bawah rata - rata IPM Provinsi Bali secara keseluruhan. IPM terendah berasal dari Kabupaten Karangasem dengan 68,47 selama periode 2009 hingga tahun 2013, sedangkan IPM tertinggi diperoleh Denpasar dengan 79,41. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan pembangunan yang cukup jauh. Ketidakmerataan ini dapat disebabkan karena kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang ada di Kabupaten Karangasem, terlebih lagi Kabupaten Karangasem memiliki banyak permasalahan dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Selain itu, permasalahan yang tengah dialami pemerintah daerah di Bali saat ini adalah masalah pengangguran dan kemiskinan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM) tidak selalu diikuti dengan penurunan pengangguran dan kemiskinan (Santosa, 2013). Berdasarkan Gambar 1.3, IPM Bali selama kurun waktu 2001 2013 terus mengalami peningkatan, namun jumlah penduduk miskin pada tahun tertentu juga meningkat misalnya, pada tahun 2012 persentase penduduk miskin meningkat sekitar 1,13 ribu orang atau bertambah sekitar 0,68 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, penduduk miskin di Provinsi Bali meningkat secara cukup signifikan sekitar 25,31 ribu orang atau bertambah sekitar 15,82 persen dari tahun sebelumnya. Padahal, pada tahun yang sama kualitas pendidikan dan kesehatan penduduk terus meningkat. 10

Secara teoritis, upaya pengentasan kemiskinan mensyaratkan adanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas akan mewujudkan kebijakan perluasan kesempatan kerja (mengurangi tingkat pengangguran) dan memaksimalkan investasi yang produkif di berbagai sektor ekonomi (Jonaidi, 2012). Teori neo klasik menerangkan pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pembentukan modal menghasilkan kemajuan teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan spesialisasi sumber daya manusia sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, yang menjadi persoalan saat ini adalah terjadinya ketimpangan dalam pembangunan ekonomi di Bali, di mana kenyataannya masih banyak permasalahan yang terjadi di tengah tengah masyarakat. Berdasarkan data BPS terlihat meskipun laju pertumbuhan ekonomi di Bali berfluktuasi dan cenderung meningkat, namun jumlah penduduk miskin juga meningkat seperti yang terjadi pada tahun 2012 dan 2014. Kenaikan pertumbuhan ekonomi ini ternyata belum mampu menciptakan lapangan kerja dan menyerap tambahan angkatan kerja yang ada. Belum optimalnya pembangunan manusia mengakibatkan rendahnya produktivitas tenaga kerja kaum miskin, ini dapat disebabkan oleh rendahnya akses untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan. Pada akhirnya, seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, sehingga dapat keluar dari jeratan kemiskinan. Peningkatan IPM Provinsi Bali selama ini belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat secara riil 11

dan mengurangi kemiskinan yang ada, sehingga menjadi sebuah pertanyaan mengapa peningkatan pertumbuhan IPM di Provinsi Bali tidak mampu mengurangi angka kemiskinan yang ada di Provinsi Bali. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jonaidi (2012), menyatakan terdapat hubungan dua arah yang kuat antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan, terutama di daerah perdesaan yang banyak terdapat kantongkantong kemiskinan. Sebaliknya, kemiskinan juga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui peningkatan akses modal, kualitas pendidikan (peningkatan melek huruf dan lama pendidikan) dan derajat kesehatan (peningkatan harapan hidup) penduduk miskin diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dalam berusaha. Selain itu menurut Peacock dan Wiseman (dalam Mangkoesoebroto, 1993;173), pertumbuhan ekonomi menyebabkan pungutan pajak semakin tinggi. Apabila pertumbuhan ekonomi semakin tinggi maka tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah akan semakin tinggi, sehingga tingkat kesejahteran daerah semakin tinggi pula dan dapat mengurangi kemiskinan yang ada. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Widodo, dkk (2011) menunjukkan bahwa alokasi pengeluaran pemerintah sektor publik tidak secara langsung mempengaruhi IPM ataupun kemiskinan, namun secara bersama-sama (simultan) pengeluaran sektor publik dan IPM dapat mempengaruhi kemiskinan. Hal tersebut berarti bahwa pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan tidak bisa berdiri sendiri sebagai variabel independen dalam mempengaruhi kemiskinan, 12

namun harus berinteraksi dengan variabel lain (variable komposit IPM). Konsep pembangunan manusia adalah memperluas pilihan manusia terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diteliti lebih lanjut dari masing-masing komponen indeks pembangunan manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan. Maka dari itu berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut penelitian Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indikator Komposit IPM Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bali Tahun 2004 2013 diharapkan mampu memberikan analisis tentang beberapa masalah yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini. 1) Apakah pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, rata rata lama sekolah, angka melek huruf dan pengeluaran perkapita berpengaruh secara simultan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004 2013? 2) Apakah pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, rata rata lama sekolah, angka melek huruf dan pengeluaran perkapita berpengaruh secara parsial terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004-2013? 13

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, rata rata lama sekolah, angka melek huruf dan pengeluaran perkapita secara simultan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004 2013? 2) Menganalisis pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, rata rata lama sekolah, angka melek huruf dan pengeluaran perkapita berpengaruh secara parsial terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004-2013? 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, yaitu: 1. Kegunaan Teoritis a) Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menerangkan konsep konsep teori yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan seperti teori pertumbuhan ekonomi, teori kesejahteraan dan teori kemiskinan. b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi dan indikator komposit IPM terhadap kemiskinan. 2. Kegunaan Praktis a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah, swasta dan masyarakat luas terkait peningkatan pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia serta penanggulangan kemiskinan di Provinsi Bali. 14

b) Sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam mengentaskan kemiskinan yang ada di Provinsi Bali. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai beberapa konsep yang meliputi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, rata- rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita serta pembahasan penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam merumuskan hipotesis atau dugaan sementara. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. 15

Bab IV Data Dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum daerah penelitian, deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian. Bab V Simpulan Dan Saran Bab ini menguraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh agar nantinya dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. 16