BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Pada dasarnya Bank adalah lembaga keuangan yang melayani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah salah satu lembaga keuangan negara yang keberadaannya. sangat penting dalam perekonomian sebuah negara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penukaran uang. Pada dasarnya bank merupakan lembaga keungan yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULAN. dikatakan sebagai jantung perekonomian negara. Kegiatan ekonomi suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran bunga secara periodik. Menurut Abdul Halim (2015 : 9) obligasi

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

yang mampu mempunyai profitabilitas yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF. Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN. perorangan maupun badan usaha adalah untuk mengangkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan rasio ROA, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan melihat efisiensi dari penggunaan modalnya. Perhitungan profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terhadap produk-produk syariah, pada bulan oktober 2014 jumlah Bank

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Bank Pada dasarnya Bank adalah lembaga keuangan yang melayani kebutuhan masyarakat, baik untuk menyimapan uang, meminjam uang dan jasa pelayanan lalu lintas pembayaran baik dalam negeri maupun luar negeri. Bank merupakan lembaga keuangan yang terpenting yang mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksnakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap maata uang, bertindak sebagai tempat penyimpan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan, dan lain-lain (A. Abdurrahman, 1993). Menurut pasal 1 huruf 1 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan definisi dari bank itu sendiri yang dinyatakan dalam pasal 1 huruf 2 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 8

9 Pada Pasal 1 (butir 3) UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Ada dua cara yang dapat ditempuh oleh bank dalam menjalankan usahanya, yaitu a. Secara konvensional. Bank menggunakan cara-cara yang biasa dipraktekkan dalam dunia perbankan pada umumnya, yaitu menggunakan instrumen bunga (interest). Bank akan memberikan jasa bunga tertentu kepada penabung, deposan, atau giran, di sisi lain bank akan mengenakan jasa atau biaya bunga juga kepada debitur, tentunya dengan tingkat yang lebih tinggi. b. Prinsip Syariah Pada butir 13 Pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 1998 ini, dijelaskan bahwa Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau

10 pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina). Dengan adanya prinsip syariah ini, tentunya memberikan keleluasaan bagi dunia perbankan nasional dalam memobilisasi dana masyarakat. Sedang bagi masyarakat yang ingin menyimpan dana di bank, maka prinsip syariah ini merupakan alternatif pilihan lain. 2. Negara Rumpun Melayu dan Timur Tengah Di dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan kumpulan negara menjadi dua rumpun yaitu rumpun negara Melayu yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, kemudian rumpun negara Timur Tengah yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Qatar, Yordania, Iraq, Iran, dan Lebanon. Negara dikelompokkan berdasarkan letak geografis, suku, bahasa, dan agama. Negara-negara yang dipilih adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Dilihat dari letak geografisnya rumpun negara Melayu yang terdiri dari negara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam sama-sama terletak di Asia Tenggara. Di setiap negara tersebut juga terdapat suku melayu. Negara-negara tersebut juga menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa daerah dari masing-masing negara. Mayoritas penduduk dari negara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam adalah beragama islam. Penduduk beragam islam di Indonesia sebesar

11 87,18% yaitu 222.711.510 jiwa, Malaysia sebesar 61,3% yaitu 18.927.478 jiwa, dan Brunei Darussalam sebesar 75,1% yaitu 295.422 jiwa. Sedangkan rumpun Timur Tengah yang terdiri dari negara Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Qatar, Yordania, Iraq, Iran, dan Lebanon sama-sama terletak di Asia Barat. Di setiap negara terdapa suku arab. Negara-negara tersebut juga menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa arab. Mayoritas penduduk dari negara Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Qatar, Yordania, Iraq, Iran, dan Lebanon adalah beragama islam. Penduduk beragam islam di negara Bahrain sebesar 81,2% yaitu 1.463.449 jiwa, Kuwait sebesar 74,1% yaitu 3.100.090 jiwa, Saudi Arabia sebesar 93% yaitu 29.314.918 jiwa, United Arab Emirates sebesar 76,9% yaitu 7.041.733 jiwa, Qatar sebesar 67,75 yaitu 1.549.603 jiwa, Yordania sebesar 97,2% yaitu 7.382.340 jiwa, Iraq sebesar 99% yaitu 35.644.506 jiwa, Iran sebesar 99,5% yaitu 78.660.521 jiwa, dan Lebanon sebesar 59% yaitu 2.459.120 jiwa. 3. Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book maupun trading book. (Veithzal, 2006). Risiko ini dapat timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk.

12 Kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Penilaian risiko kredit merupakan hal yang penting bagi bank dan lembaga keuangan lainnya, karena kredit yang tidak tertagih khususnya akan menekan modal bank bersangkutan. Risiko kredit adalah risiko karena peminjam tidak membayar utangnya (Hardanto, 2006). Risiko kredit timbul dari beberapa kemungkinan sebagai berikut : a. Debitur tidak dapat melunasi utangnya b. Obligasi yang dibeli bank, tidak membayar kupon dan/atau pokok utangnya c. Terjadinya non-performance (gagal bayar) dari semua kewajiban antara bank dengan pihak lain. Misalnya, kegagalan untuk membayar kontrak derivatif 4. Z-Score Čihák dan Hesse (2010) meneliti stabilitas keuangan menggunakan Z-Score di bank syariah dan konvensional di 20 negara selama periode 1994-2004, mengelompokkan bank kecil atau besar. Menurut hasil mereka, bank-bank Islam kecil cenderung lebih stabil secara finansial dari bank komersial kecil, bank-bank komersial besar yang lebih baik dalam mengelola risiko kredit dari bank syariah besar, dan mengejutkan, bank-bank syariah kecil secara finansial lebih kuat dari bank syariah besar. (Čihák dan Hesse, 2010) berpendapat bahwa ini karena sistem

13 pemantauan risiko kredit di bank syariah menjadi lebih kompleks ketika dioperasikan pada skala yang lebih besar. Selanjutnya (Beck, Kunt, dan Merrouche, 2013) membandingkan orientasi bisnis, efisiensi dan stabilitas bank konvensional dan syariah, dengan rata-rata Z-Score yang menunjukkan bahwa bank syariah memiliki risiko kredit secara signifikan lebih rendah. Menurut (Čihák dan Hesse, 2010) Z-Score adalah ukuran yang objektif karena Z-Score berfokus pada risiko kebangkrutan, yaitu pada risiko dimana bank (baik komersial, Islam, atau lainnya) kehabisan modal dan cadangan. Z-Score berlaku sama untuk bank yang menggunakan risiko tinggi atau strategi high return dan menggunakan risiko yang rendah. Dalam pengertian ini, Z-Score memberikan ukuran yang objektif. Membandingkan dengan teknik berbasis pasar untuk mengukur risiko default, perhitungan Z-Score lebih mudah karena memerlukan sedikit informasi akuntansi. Selain itu, teknik ini lebih unggul dari langkah-langkah akuntansi lain seperti NPL. Z-Score merupakan pengukuran risiko kredit yang berbasis akuntasi. Z-Score dapat dirangkum sebagai z=( k + μ) / σ. Dimana k adalah modal dan cadangan sebagai persen dari aset,μ adalah rata-rata pengembalian sebagai persen dari aset, dan σ adalah standar deviasi pengembalian aset sebagai proxy untuk volatilitas return. Z-Score mengukur jumlah deviasi standar sebuah realisasi pengembalian yang harus jatuh untuk menguras ekuitas, di bawah asumsi normalitas pengembalian bank. Sebuah Z-Score lebih tinggi maka bank tersebut

14 jauh dari kebangkrutan. 5. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Finance (NPF) merupakan rasio pembiayaan yang bermasalah di suatu bank. Apabila pembiayaan bermasalah meningkat maka resiko terjadinya penurunan profitabilitas semakin besar. Apabila profitabilitas menurun, maka kemampuan bank dalam melakukan ekspansi pembiayaan berkurang dan laju pembiayaan menjadi turun. Resiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank (Muhammad, 2005). NPL merupakan rasio yang menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. NPL disebut juga sebagai kredit yang bermasalah. (Mahmoeddin, 2002) mendefinisikan NPL menjadi dua lingkup yang berbeda, yaitu : a. Pengertian secara umum, yaitu bahwa NPL adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan. b. Pengertian secara khusus, yaitu bahwa suatu kredit dianggap NPL apabila debitur tidak memasukkan laporan yang dijanjikannya,

15 misalnya laopran keuangan bulanan, laporan keuangan tahunan, laoporan produksi dan persediaan bulanan, dan sebagainya. Bank Indonesia membagi NPL di Indonesia menjadi tiga golongan, yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Menurut (Thomas dkk., 2003), kolektibilitas kredit adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali kredit yang disalurkan. Menurut (Misra dan Dhal, 2010) bank-bank besar lebih cenderung memiliki tingkat kredit macet lebih tinggi karena kendala neraca, bank-bank kecil bisa menunjukkan lebih manajerial efisiensi dari bank-bank besar dalam hal penyaringan pinjaman dan pemantauan pasca pinjaman, yang menyebabkan tingkat kegagalan lebih rendah. Pernyataan ini ditegaskan oleh penelitian yang dilakukan oleh (Kurnia, 2013) menemukan hasil bahwa ukuran berpengaruh positif terhadap NPL. (Kurnia, 2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara ukuran dengan NPL. Kemudian (Beck, Kunt, dan Merrouche, 2013) menggunakan NPL sebagai proxy untuk kualitas aset, dan menemukan bahwa NPL bank syariah memiliki nilai konsisten lebih rendah, dan menunjukkan risiko kredit yang lebih rendah di bank syariah. NPL digunakan sebagai pengukuran memiliki pengaruh terhadap risiko kredit. B. PERUMUSAN HIPOTESIS Selain menggunakan informasi pasar, risiko kredit juga dapat dihitung menggunakan informasi akuntansi. Z-Score adalah salah satu pengukuran

16 risiko kredit dengan menggunakan dasar akuntansi. Menurut (Čihák dan Hesse, 2010) Z-Score adalah ukuran yang obyektif karena Z-Score berfokus pada risiko kebangkrutan, yaitu pada risiko dimana bank (baik komersial, Islam, atau lainnya) kehabisan modal dan cadangan. Peneliti (Kabir, Worthington, dan Gupta 2015) menggunakan Z-Score untuk membandingkan risiko kredit di bank konvensional dan bank syariah, hasilnya adalah bank konvensional memiliki risiko kredit lebih rendah dari pada syariah. Maka dari itu peneliti merumuskan hipotesis yaitu H1a: Terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional di negara rumpun melayu menggunakan pengukuran Z-Score. Bank syariah memiliki risiko kredit lebih besar dari pada bank konvensional. H1b: Terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional di negara timur tengah menggunakan pengukuran Z-Score. Bank syariah memiliki risiko kredit lebih besar dari pada bank konvensional. NPL adalah kredit bermasalah yang merupakan salah satu untuk menilai kualitas kinerja bank. NPL merupakan pengukuran risiko kredit berdasarkan dasar akuntansi. (Beck, Kunt, dan Merrouche, 2013) menggunakan NPL sebagai proxy untuk kualitas aset, dan menemukan bahwa NPL bank syariah memiliki nilai konsisten lebih rendah, dan menunjukkan risiko kredit yang lebih rendah di bank syariah. Tetapi peneliti lain (Kabir, Worthington, dan Gupta 2015) menggunakan NPL untuk pengukuran risiko kredit dan hasilnya adalah bank syariah yang memiliki risiko kredit lebih besar dari pada bank

17 syariah. Maka dari itu peneliti merumuskan hipotesis yaitu H2a: Terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional di negara rumpun melayu menggunakan pengukuran NPL. Bank syariah memiliki risiko kredit lebih besar dari pada bank konvensional. H2b: Terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional di negara timur tengah menggunakan pengukuran NPL. Bank syariah memiliki risiko kredit lebih besar dari pada bank konvensional. C. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasar pada uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu perbandingan risiko kredit yang terdapat di bank konvensional dan bank syariah menggunakan pengukuran Z-score dan NPL serta untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari variabel kontrol yaitu Total Asset, Asset Growth, dan Cost to Income. Kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : BANK KONVENSIONAL Z-Score NPL BANK SYARIAH Z-Score NPF Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

18 Variabel 1. Z-Score 2. NPL Variabel kontrol Variabel-variabel spesifik yang terdapat di bank 1. Total Asset 2. Asset Growth 3. Cost to Income