I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis consumer good, khususnya makanan dan minuman

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Menurut prediksi para ekonom Indonesia, di tengah suasana. perekonomian negara yang masih belum menentu sejak tahun 1997,

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. mengandung susu tanpa lemak dan lemak susu.

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas jasa sudah menjadi standar yang dapat dengan mudah dan cepat ditiru dan dimiliki oleh siapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia dan di sisi lain, perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

I. PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai. spesifik disebut konsumen). Semakin ketatnya persaingan toko ataupun

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena

I. PENDAHULUAN. Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Bagi

LIKA WIDAYANTI B

BAB 1 PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian brand saat ini

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap produk makanan siap saji atau instant

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian, brand saat ini tak

BAB I PENDAHULUAN. hidup, pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat Indonesia ikut berubah dan

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung. alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan bisnis dalam era globalisasi makin dinamis dan

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah yang beraneka ragam. Yogyakarta sebagai salah satu sentra budaya

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan ingin berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan populasi manusia yang semakin meningkat telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis kategori makanan ringan (snack) cukup pesat di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melangsungkan hidup, manusia membutuhkan makanan dan. minuman. Hal ini dikarenakan makanan dan minuman merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu jembatan penghubung antara perusahaan dan customer-nya. Merek

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia semakin lama semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

BAB I PENDAHULUAN. Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Berawal dari kebutuhan manusia yang beraneka ragam, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Air Minum Dalam Kemasan saat ini merupakan salah satu produk. instan yang beredar dipasaran dengan menawarkan berbagai macam

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pasar yang begitu pesat telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada. umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia usaha yang semakin lama semakin berkembang selalu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah menyebabkan adanya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat karena setiap

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di berbagai bidang usaha saat ini semakin tajam, hal ini tampak

I. PENDAHULUAN. dan praktis semakin meningkat. Masyarakat cenderung memilih produk yang bisa

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, persaingan begitu ketat meningkatkan kesadaran para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

I. PENDAHULUAN. Mutu sudah menjadi isu penting dalam menciptakan keunggulan perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu komponen yang diperlukan dalam memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dengan memanfaatkan globalisasi serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan semakin bebas tanpa batas.akibatnya, persaingan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

I PENDAHULUAN. cepatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya efek global warming.

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran memiliki berbagai jenis merek beserta dengan keunggulan dan

BAB I PENDAHULUAN. Teh Hijau merupakan jenis teh tertua yang dalam pembuatannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis berusaha untuk bersaing secara kompetitif dengan menghadirkan produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis. baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis consumer good, khususnya makanan dan minuman secara umum di indonesia setelah melewati krisis moneter tahun 1997 terus berkembang, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pembangunan modern market di kota-kota besar seperti kota Bandung sebagai tempat penjualan yang siap menyerap produk-produk makanan dan minuman yang termasuk kategori makanan cepat saji maupun consumer good untuk dijual kepada konsumen akhir. Bisnis makanan dan minuman di Indonesia khususnya bisnis makanan ringan telah berkembang dengan sangat pesat, pemain sektor ini tidak hanya didominasi oleh para pemain lama yang memiliki reputasi besar di industri makanan dan minuman indonesia, tetapi juga diramaikan oleh pemain-pemain baru, produkproduk impor, bahkan kini makanan ringan hasil produksi industri rumah tangga atau yang dikenal dengan nama produk unit kecil menengah (UKM), distribusinya sudah masuk hingga modern market yang mana hal ini semakin membuat ramai dan padat sektor ini. Menurut catatan APTINDO dalam Bogasariflour (2004) 1, setidaknya ada sekitar 10.348 UKM yang memproduksi makanan ringan. Sedangkan UKM yang khusus memproduksi makanan ringan jenis snack seperti kripik, krupuk dan turunannya ada sekitar 30 UKM. Menurut Budiman 2, sampai pertengahan 2005 sedikitnya ada 124 perusahaan di Indonesia yang berkiprah di industri snack modern di Indonesia dengan total kapasitas produksi 144,4 ribu ton. 1 Http://www.bogasariflour.com. 2004. Flour Industry in Indonesia 2 Http://www.swa.co.id. 2006. Garudafood Perkuat Posisi di Bisnis Snack 1

Tidak mengherankan jika banyak produsen skala besar maupun UKM yang merambah ke industri makanan ringan, karena melihat industri ini sangat prospektif yang ditandai dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat perkotaan, serta tingginya permintaan makanan ringan. Tingginya permintaan makanan ringan disebabkan sebagian penduduk Indonesia di kota-kota besar dan pinggiran kota memiliki kebiasaan memakan makanan ringan sebagai camilan dan pelengkap menu makan, seperti makanan ringan jenis kerupuk, kripik, pilus dan kacang atom. Konsumen di Indonesia memakan makanan ringan biasanya lebih dari satu kali setiap harinya, baik itu saat bersantai, menonton acara olah raga hingga teman pada saat belajar atau saat berada di ruang kerja sambil mengerjakan laporan. Jenis makanan ringan yang ditawarkan oleh produsen sangat beraneka ragam, mulai dari jenis kripik, krupuk, kacang-kacangan, wafer, pilus. Menurut data yang tercantum dalam wikipedia (2008) 3, jenis snack yang ditawarkan di pasar terdiri dari 23 jenis yang dapat dikategorikan menjadi empat kelompok besar. Menurut laporan United States Departement of Agriculture (USDA) tahun 2004 no 4015, pasar makanan ringan Indonesia terus tumbuh setiap tahunnya, dan pada tahun 2007 diprediksi permintaan sektor ini mampu mencapai nilai hingga 6000 milyar rupiah lebih. Hal tersebut mendorong produsen dari luar negeri untuk ikut meramaikan pasar makanan ringan di Indonesia. Pangsa pasar makanan ringan di indonesia pada tahun 2002 berdasarkan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 1. 3 Http://www.wikipedia.org.id. 2008. Snack Food 2

Tabel 1. Pangsa Pasar Makanan Ringan di Indonesia Berdasarkan Bahan Baku Bahan baku Nilai (miliar rupiah) Persentase biji-bijian 130 4% beras 250 7% jagung 300 9% singkong 320 10% kentang 450 13% terigu 750 22% kacang 1200 35% Sumber : USDA 2004 Menurut data USDA tahun 2004, pasar makanan ringan di Indonesia masih didominasi oleh makanan ringan tradisional yang diproduksi oleh perusahaan skala kecil menengah atau industri rumahan. Tetapi masih sedikit produk makanan ringan hasil produksi industri rumahan yang masuk ke retail modern karena kelemahan finansial untuk membayar uang agar produk mereka dipajang di outlet retail modern tersebut. Produk makanan ringan yang diproduksi oleh industri rumahan umumnya adalah jenis kacang, crackers dan kripik, dimana industri rumahan ini menguasai hampir 70% pasar makanan ringan dan luas distribusi umumnya hanya kios-kios dan retail skala menengah serta target konsumen adalah golongan menengah bawah hingga menengah. Menurut USDA tahun 2004, peluang sektor makanan ringan sangat menggiurkan baik untuk produsen lokal maupun para importir, khususnya makanan ringan jenis modern snack. Modern snack adalah makan ringan yang diproses secara baik sesuai GMP (Good Manufacturinng Practices) dan dikemas dengan higienis sehingga mutu produk dapat terjaga. Di bawah ini ditampilkan beberapa alasan menariknya sektor makanan ringan jenis modern snack : Populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa, dimana diperkirakan 15-20 % merupakan golongan menengah dan menengah atas sehingga ada sekitar 30-40 juta jiwa yang mampu untuk menyerap produk modern snack berdasarkan kemampuan daya belinya. 3

Meningkatnya jumlah saluran perdagangan modern, sehingga membantu distribusi dalam bentuk ketersediaan produk di pasar. Banyaknya konsumen menengah dan menengah atas yang menyukai makanan ringan gaya barat seperti modern snack. Retail modern semakin banyak tumbuh dan efisien untuk saluran penjualan. Peningkatan perhatian akan kesehatan mendorong permintaan akan makanan ringan dengan kualitas tinggi. Konsumen di indonesia pada umumnya tidak loyal dalam mengkonsumsi makanan ringan, karena konsumen ini mencoba-coba jika ada produk baru dan memilih produk yang memiliki tampilan menarik, sehingga usaha-usaha dalam menarik konsumen seperti iklan dan kemasan yang menarik sangat menentukan keputusan konsumen dalam membeli produk makanan ringan tersebut. Konsumen Indonesia juga memiliki kecenderungan untuk membeli produk makanan ringan dari perusahaan yang sudah ternama seperti Indofood dan Garudafood, karena dibingungkan oleh banyaknya jenis makanan ringan yang dipajang di toko retail (USDA, 2004). Menurut USDA 2004, pasar makanan ringan di Indonesia saat ini didominasi oleh delapan perusahaan besar yaitu Indofood Frito-Lay Makmur, Siantar Top, Garudafood, Universal Robina Corporation (URC) Indonesia, ABC President, Pasific Food, Sumber Sari Pangan, dan Candi Jaya Amerta. Menurut survey Corinthian Infopharma Corpora pada 2005 4, pada 2004 ukuran pasar snack modern nasional sudah mencapai 59,5 ribu ton atau naik dari 2003 sebesar 53,6 4 www.swa.co.id. 2006. Garudafood Perkuat Posisi di Bisnis Snack 4

ribu ton, sedangkan nilai bisnis makanan ringan di Indonesia tumbuh mencapai Rp1,9 triliun pada tahun 2004 dengan tingkat pertumbuhan 13 persen, atau naik dari 2003 sebesar Rp1,7 triliun. Padahal, pada 2002 nilai bisnisnya baru Rp1,5 triliun. Kondisi persaingan pasar makanan ringan di Indonesia yang semakin ketat menuntut perusahaan-perusahaan makanan ringan yang bermain di dalam industri tersebut mampu menggunakan strategi yang tepat dan jitu untuk memenangkan persaingan. Keberhasilan suatu perusahaan memenangkan persaingan di pasar yang sangat kompetitif seperti industri makanan ringan ini banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam meramu elemen bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk, distribusi, harga, dan promosi serta kemampuannya dalam membangun ekuitas merek yang kuat. Salah satu bentuk strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam menghadapi iklim persaingan industri yang ketat adalah dengan merancang strategi yang berorientasi pada merek. Menurut Aaker (1991), persaingan pemasaran akan menjadi perang merek. Berbagai perusahaan dan investor akan mulai menyadari bahwa merek merupakan aset yang terpenting, sekaligus merupakan visi mengenai bagaimana mempertahankan dan memperkuat posisi perusahaan dalam pasar, sehingga satu-satunya jalan untuk dapat menguasai pasar adalah memiliki produk dengan merek yang dominan. Bertambahnya nilai dari sebuah produk karena pemberian merek dikenal sebagai ekuitas merek. Aaker (1991), mengemukakan bahwa ekuitas merek dapat menciptakan nilai bagi konsumen dan perusahaan. Ekuitas merek dapat mempengaruhi proses informasi konsumen, meningkatkan rasa percaya diri konsumen dalam keputusan 5

pembelian dan pencapaian kepuasan konsumen. Ekuitas merek juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan untuk melakukan merger dan akuisisi, meningkatkan respon pasar saham, dan menentukan perluasan nama merek. Selain itu, ekuitas merek juga meningkatkan peluang pemilihan merek, keinginan untuk membayar harga premium, keefektifan komunikasi pemasaran, kesempata lisensi merek dan menurunkan kerapuhan terhadap tindakan-tindakan pemasaran pesaing. Dari sudut pandang manajerial, ekuitas merek memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Lebih lanjut, Rangkuti (2002), mengemukakan bahwa pada saat ini terdapat tiga teori mengenai ekuitas merek yang banyak digunakan, yaitu teori ekuitas merek yang dikaitkan dengan nilai uang (financial value), teori ekuitas merek yang dikaitkan perluasan merek (brand extension), dan teori ekuitas merek yang diukur dari perspektif pelanggan (customer-based brand equity). Pada penelitian ini penulis memfokuskan kajian tentang ekuitas merek berdasarkan perspektif pelanggan (customer-based brand equity). Karena menurut Lassar et al (1995), dengan melihat perilaku pengambilan keputusan pembelian (konsumen), maka manajemen perusahaan dapat menentukan seberapa jauh persepsi ekuitas merek yang dimiliki oleh pelanggan terhadap suatu merek. 1.2 Rumusan Masalah Pada tahun 2006 Garudafood meluncurkan produk dengan merek baru yaitu Leo. Pada saat produk tersebut diluncurkan, pasar makanan ringan sangat kompetitif dan menurut laporan USDA tahun 2004 pasar makanan ringan di Indonesia sebagian besar masih didominasi oleh industri rumahan. Langkah 6

inovasi dilakukan oleh PT Garudafood dengan menggandeng UKM-UKM atau industri rumahan sebagai mitra dalam produksi kripik merek Leo. Target yang dibebankan kepada merek ini menurut Sudhamek 5, adalah mampu meraih 10 persen pangsa pasar makanan ringan pada tahun 2008 dan mampu mengikuti jejak produk terdahulu dari PT. Garudafood yaitu kacang Garuda, Okky Jelly dan Gery yang berhasil meraih Indonesia Best Brand Award (IBBA) dengan kategori Golden Brand. Target tersebut dibidik kerena keoptimisan Garudafood berdasarkan pengalaman sukses dalam membesarkan ukuran pasar snack kacang hingga 30 persen dari total pasar snack nasional dan merasa dengan potensi yang ada, target 10 persen pasar snack nasional pada merek Leo dapat dicapai pada tahun 2008 3. Untuk dapat mencapai target tersebut, tentunya Garudafood harus bekerja keras dalam membangun merek Leo, apalagi pasar makanan ringan terdiri dari beraneka ragam jenis, sehingga untuk meraih posisi 10 persen pangsa pasar makanan ringan, persaingan yang terjadi tidak hanya dengan sesama produk kripik atau krupuk, tetapi juga dari produk substitusi sesama makanan ringan. Menurut Durianto et al (2004), semakin kuat suatu ekuitas merek suatu produk, maka semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya akan menggiring konsumen untuk melakukan pembelian berulang sehingga mengantarkan perusahaan untuk meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Karena itu, pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek dan pengukurannya sangat diperlukan untuk menyusun langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. 5 www.swa.co.id. 2006. Garudafood Perkuat Posisi di Bisnis Snack 7

Pada penelitian ekuitas merek ini, penulis mempertimbangkan bahwa usaha-usaha pemasaran seperti harga, produk, promosi dan distribusi sangat berkontribusi terhadap pembentukan ekuitas merek. Yoo et al (2000), menyatakan bahwa usaha-usaha strategi pemasaran yang merupakan perwujudan dari strategi bauran pemasaran adalah sebuah antecedents dari ekuitas merek yang memberikan kontribusi, baik positif maupun negatif, terhadap pembentukan ekuitas merek. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan atau kontribusi usaha-usaha pemasaran terhadap pembentukkan ekuitas merek Kripik Leo melalui dimensidimensi ekuitas merek (brand awareness and brand association, brand perceived quality, dan brand loyalty). Potensi industri makanan dan minuman termasuk makanan ringan di Indonesia memang sangat menjanjikan bagi produsen hal tersebut banyak diutarakan oleh berbagai lembaga dan media seperti majalah-majalah bisnis dan laporan-laporan USDA, tetapi bukan berarti pertumbuhan tersebut tanpa hambatan, pada tahun 2007 6, pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman cenderung mengalami stagnasi, hal ini dikarenakan adanya berbagai isu tentang bahan tambahan makanan yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi penjualan. Menurut Hartono Atmadja 7 Managing Director PT Garudafood, perusahaan ini mengalami penurunan pertumbuhan penjualan, dari 24 persen tahun 2006 menjadi 17 persen tahun 2007. Penurunan tersebut terjadi dikarenakan kenaikan harga bahan baku dan isu-isu bahaya bahan tambahan makanan. Untuk mengetahui keinginan konsumen akan atribut-atribut 6 Http://www.suarakarya-online.com. 2007. Pertumbuhan Industri Mamin Tidak Signifikan. 7 Http://www.suarakarya-online.com. 2007. Pertumbuhan Industri Mamin Tidak Signifikan. 8

produk maka diperlukan survei mengenai atribut-atribut produk yang menjadi perhatian konsumen berdasarkan tingkat kepentingannya dan penilaian kinerja atribut-atribut produk merek Leo, sehingga perusahaan dapat memperbaiki atribut-atribut produk merek Leo berdasarkan prioritas perbaikan atribut menurut hasil analisa di lapangan. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perilaku pembelian dan konsumsi kripik di Kota Bandung? 2. Bagaimana perilaku pembelian dan konsumsi kripik Leo di Kota Bandung? 3. Bagaimana kontribusi yang diberikan oleh usaha-usaha pemasaran terhadap ekuitas merek kripik Leo secara keseluruhan melalui pembentukan masing-masing dimensi ekuitas mereknya? 4. Bagaimana tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut-atribut kripik? dan bagaimana konsumen menilai kinerja dari kualitas produk kripik Leo melalui atribut-atributnya? 5. Bagaimana implikasi manajerial untuk usaha meningkatkan ekuitas merek melalui usaha-usaha pemasaran untuk mencapai target pangsa pasar yang telah ditetapkan oleh perusahaan serta memperbaiki masalah kualitas produk berdasarkan isu-isu keamanan pangan yang yang terjadi melalui perbaikan atribut-atribut? 9

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis perilaku pembelian dan konsumsi makanan ringan jenis kripik di kota Bandung. 2. Menganalisis perilaku pembelian dan konsumsi kripik Leo di kota Bandung. 3. Menganalisis kontribusi yang diberikan oleh usaha-usaha pemasaran dalam membentuk ekuitas merek secara keseluruhan melalui dimensi ekuitas merek yang terdiri dari brand awareness and brand association, brand perceived quality, dan brand loyalty. 4. Menganalisis tingkat kepentingan terhadap atribut-atribut kripik dan kinerja kualitas merek kripik Leo, melalui atribut-atributnya 5. Merumuskan implikasi manajerial berkaitan dengan usaha meningkatkan ekuitas merek melalui usaha-usaha pemasaran yang pada akhirnya diharapkan mampu mencapai target pangsa pasar yang telah ditetapkan serta memperbaiki atribut-atribut kualitas produk untuk merespon isu-isu keamanan pangan. 1.4 Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Pihak-pihak yang mungkin mendapatkan manfaat lebih dari penelitian ini adalah pihak Garudafood, Penulis dan kalangan akademis lainnya sebagai bahan referensi. 10

Ruang lingkup yang dikaji dalam penelitian ini adalah terbatas pada daerah kota Bandung, propinsi Jawa Barat yang terdiri dari : Cibeunying, Bojonegara, Tegalega, Karees, Ujungberung dan Gedebage. 11

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB