BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Andri Wijanarko,SE,ME

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

LATIHAN KUANTITATIF PENGANTAR TEORI EKONOMI MAKRO

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

LATIHAN KUANTITATIF PENGANTAR TEORI EKONOMI MAKRO

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI

BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

ELASTISITAS PERMINTAAN. LECTURE NOTE AGRONIAGA By: Tatiek Koerniawati

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN

PEMBAHASAN SOAL UJI COBA PRA UN KABUPATEN

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. harga selama periode waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

KONSUMSI DAN TABUNGAN

Consumption - Saving - Investment

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI KEDELAI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

Fungsi Konsumsi Keynes

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid

Pengantar Ekonomi Mikro

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang yang diproduksi digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan (Mankiw, 2003): Fungsi konsumsi ialah : C = C + cy...(i) Di mana C adalah konstanta atau konsumsi rumah tangga ketika pendapatan adalah 0, c adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal di mana 0 < C < 1, di mana C adalah konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposibel dengan tabungan, yaitu konsep kecenderungan mengkonsumsi dan kecenderungan menabung. Kecenderungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan mengkonsumsi marginal dan kecenderungan mengkonsumsi ratarata. Kecenderungan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume), didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan (Raharja, et.al, 2004):

MPC= CC YYYY...(ii) Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposibel (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005): APC = CC YYYY...(iii) Kecenderungan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan menabung marginal dan kecenderungan menabung rata-rata. Kecenderungan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposibel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Raharja, et.al, 2004): MPS = SS YYYY...(iv) Kecenderungan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukkan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposibel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005): APS = SS YYYY...(v) 2.2. Teori Konsumsi 2.2.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual.

Pertama Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003): C = C 0 + cy, C > 0; 0 < C 0 < 1 Keterangan: C 0 = konsumsi Y = pendapatan disposibel c = kecenderungan mengkonsumsi marginal

Lebih lanjut penjelasan Keynes mengenai fungsi konsumsinya (Reksoprayitno, 2000), adalah sebagai berikut: 1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. 2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi (current national income). 3. Pendapatan absolut disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya. 4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus, sementara Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. Kurva fungsi konsumsi jangka pendek rumah tangga seperti analisa Keynes dapat digambarkan dalam sebuah grafik (Gambar 2.1). ` C C= C + cy a 45 Yd Gambar 2.1 Kurva Fungsi Konsumsi

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa sumbu vertikal menggambarkan garis konsumsi dan sumbu horizontal menunjukkan pendapatan disposibel. Titik a merupakan titik potong yang menunjukkan besarnya tingkat konsumsi walaupun pendapatan rumah tangga tidak ada (autonomous consumption) dan b adalah kemiringan yang disebut kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume). Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah kenaikan dalam mengkonsumsi perunit karena adanya kenaikan pendapatan. Garis dengan kemiringan 45 derajat dibentuk untuk mengetahui saat pendapatan sama dengan konsumsi. 2.3 Permintaan Menurut Sadono Sukirno (2005) permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan seorang konsumen akan suatu barang dapat dirumuskan sebagai : Dx = f ( Y, Px,Py, T, u ) (2.1 ) Dimana : Dx = Jumlah barang yang diminta Y = Pendapatan Konsumen Px = Harga Barang x P = Harga Barang y T = Selera U = Faktor-faktor Lainnya Persamaan tersebut berarti jumlah barang X yang diminta dipengaruhi oleh harga barang X, pendapatan konsumen, harga barang lain, selera dan faktorfaktor lainnya. Dimana DX adalah jumlah barang X yang diminta konsumen, Y adalah pendapatan konsumen, Py adalah harga barang selain X, T adalah selera konsumen dan U adalah Faktor-faktor lainnya. Dalam kenyataannya permintaan

akan suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri namun juga oleh faktor-faktor lain. 2.3.1 Kurva Permintaan Jika dimisalkan permintaan seseorang hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, maka setiap perubahan harga barang tersebut akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk menentukan berapa jumlah yang akan diminanya. Pada umumnya jika suatu barang naik mana jumlah barang yang diminta akan turun, ceteris paribus. Kurva permintaan adalah kurva yang menghubungkan antara tingkat harga suatu barang dengan jumlah yang diminta atas barang tersebut, ceteris paribus. Hubungan antar harga suatu komoditi dengan jumlah yang diminta dapat dilihat dalam grafik permintaan di bawah ini (Suryawati, 2005: 12) P D 0 P Gambar 2.2 Kurva Permintaan Seperti disebutkan di atas, kita harus dapat membedakan jumlah yang diminta dan permintaan. Perubahan harga akan mempengaruhi jumlah yang diminta, bukan permintaan. Sedangkan perubahan permintaan akan menyebabkan D

kurva permintaan bergeser ke kanan dan ke kiri (Gambar 2.1). Pegeseran kurva permintaan berarti jumlah yang diminta akan berubah di setiap tingkat harga. Kurva permintaan mempunyai slope yang menurun ke kanan (berslope negatif ) yang berarti jika harga suatu barang naik (asumsi yang lain tetap- ceteris paribus) maka konsumen akan cenderung untuk menurunkan permintaanya atas barang tersebut, begitu pula sebaliknya dan hal ini disebut Hukum Permintaan Suryawati (2005:13) 2.3.2 Permintaan Pasar Permintaan pasar merupakan jumlah total suatu barang yang ingin dibeli oleh setiap konsumen pada setiap tingkat harga, atau dengan kata lain merupakan penjumlahan permintaan individual. Permintaan individual adalah jumlah suatu barang yang dibeli oleh konsumen pada setiap tingkat harga. Suryawati (2005 : 15) Permintaan Pasar = f ( Px,Ii ) = f ( Px, Ia) + ( Px,Ib ) Dimana : Px adalah harga barang x Ii adalah pendapatan konsumen A dan B Ia adalah pendapatan konsumen A Ib adalah pendapatan konsumen B. 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Suryawati (2005:15), ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa suatu permintaan konsumen terhadap suatu barang berubah : 1. Harga barang itu berubah sedang faktor yang lain tetap Perubahan ini hanya menyebabkan pergerakan di sepanjang kurva permintaan. 2. Salah satu atau lebih faktor-faktor lain berubah (tidak ada lagi ceteris paribus)

Perubahan ini menyebabkan terjadi pergeseran seluruh kurva permintaan. Kenaikan permintaan akan menyebabkan kurva permintaan bergerak naik ke kanan. Sebaliknya jika permintaan turun makan kurva permintaan akan bergesr turun ke kiri. Adapun faktor-faktor pembentuk keadaan ceteris paribus adalah : a. Pendapatan Bila pendapatan konsumen naik maka permintaan akan naik dan sebaliknya, Namun untuk kasus barang inferior peningkatan pendapatan justru akan mengurangi permintaan suatu barang. b. Jumlah konsumen di pasar Peningkatan konsumen akan meningkatkan permintaan suatu barang di pasar. c. Selera atau preferensi konsumen Bila selera konsumen terhadap suatu barang naik, maka kurva permintaan akan bergeser ke kanan, yang berarti di setiap tingkat harga konsumen akan menambah konsumsinya. 2.3.4 Elastisitas Permintaan Elastisitas merupakan suatu hubungan kuantitatif antar variabel-variabel, misal antara jumlah yang diminta dengan harga barang tersebut. Sesuai dengan hukum permintaan komoditi tersebut. Besar perubahan permintaan akibat perubahan harga tersebut akan berbeda dari satu keadaan ke keadaan lain. Secara teori ekonomi dikenal istilah elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand) sebagai suatu konsep yang menghubungkan perubahan kuantitas pembelian/ permintaan optimal atas suatu komoditi dengan perubahan harga relatifnya (Miller dan Meiner, 2000,111)

Menurut Sukirno (2003, 102) pengukuran elastisitas permintaan sangat bermanfaat bagi pihak swasta dan pemerintah. Bagi pihak swasta pengukuran elastisitas permintaan dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun kebijakan perekonomian yang akan dil.aksanakannya seperti misalnya kebjakan impor komoditi yang akan mempengaruhi harga yang ditanggung rakyatnya. Pengukuran elastisitas permintaan kerap dinyatakan dalam ukuran koefisien elastisitas permintaan. Koefisien permintaan merupakan ukuran perbandingan persentase perubahan harga atas barang tersebut (Sukirno, 2003,104). Koefisien elastisitas permintaan dapat di rumuskan sebagai berikut.: 1. Elastis Barang dikatakan elastis sempurna bila kurva permintaan mempunyai koefisien elastisitas lebih besar daripada satu. Hal ini terjadi bila jumlah barang yang diminta lebih besar daripada persentase perubahan harga barang tersebut. 2. Elastisitas Uniter Barang dikatakan elastis uniter bila kurva permintaan mempunyai koefisien elastisitas sebesar satu. Persentase perubahan harga direspon proporsional terhadap persentase jumlah barang yang diminta. 3. Tidak elastis Barang dikatakan tidak elastis bila persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil daripada persentase perubahan harga sehingga koefisien elastisitas permintaannya antara nol dan satu.

2.4 Perdagangan Internasional 2.4.1 Pengertian Ekspor Impor Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah Pabean. sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor tersebut disebut dengan Importir. Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen. "Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilaksanakan para pedagang antar negara yang berbeda, mengakibatkan timbulnya akan valuta asing yang mempengaruhi neraca perdagangan negara yang bersangkutan. Perdagangan luar negeri berarti perdagangan barang dari suatu negeri ke lain negeri di luar batas negara". Menurut laporan dari pada Sekjen PBB, yang telah diajukan untuk memenuhi Resolusi Sidang Umum No.2102/XX/tertanggal 20 Desember 1965, yang diartikan dengan Hukum Dagang Internasional (International Trade Law) adalah : "Keseluruhan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan-hubungan dagang yang bersifat Hukum Perdata dan mencakup berbagai negara". (The Body Of Rules Governing commercial relationship of private law nature involving different countries).

Perdagangan Internasional tidak jauh berbeda dengan perdagangan dalam negeri, hanya saja perdagangan internasional lebih rumit sehingga membutuhkan keahlian khusus untuk menanganinya, disebabkan oleh faktor-faktor berikut : 1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan (geopolitik) 2. Barang yang harus dikirim atau diangkut dari suatu Negara ke Negara lain melalui bermacam-macam peraturan seperti peraturan pabean yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah. 3. Antara satu Negara dengan Negara lainnya tidak jarang terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang, takaran hukum dan kebiasaan dalam perdagangan dan lain-lain. 2.5 Penelitian Terdahulu 1. Fitria Dewi Raswatie. 2008. Faktor-Faktor yang mempengaruhi impor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia. Variabel Y adalah Impor Textil, X1 adalah Harga Impor TPT (PM), X2 adalah Harga Domestik TPT Indonesia (PD), X3 adalah Nilai Tukar (R), X4 adalah Tarif Impor, X5 adalah Pendapatan Perkapita (Y). Menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data 2003-2007. Koefisien regresi pada variabel harga impor menunjukkan nilai elastisitas volume impor TPT dari harga impor sebesar 0,73. Artinya peningkatan harga impor sebesar 1 persen akan meningkatkan volume impor TPT sebesar 0,73 persen. Nilai elastisitas yang lebih kecil dari satu memperlihatkan bahwa impor TPT Indonesia tidak responsif terhadap perubahan harga impor. Harga domestik TPT Indonesia memiliki nilai koefisien regresi positif dan berpengaruh nyata

terhadap impor TPT. Tanda variabel harga domestik TPT Indonesia sesuai dengan hipotesis dan memiliki nilai elastisitas sebesar 0,8. Koefisien regresi variabel kurs riil adalah sebesar -392,9 dan nilai elastisitasnya adalah -392,9. Nilai elastisitasnya menjadi -392,9 0,00039 atau sama dengan -0,15. Artinya, setiap peningkatan nilai tukar (depresiasi rupiah) sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor TPT sebesar 0,15 persen. Nilai elastisitasnya menjadi - 0,022 21,01 atau sama dengan -0,46. Artinya, setiap peningkatan tarif impor sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor TPT sebesar 0,46 persen. Berdasarkan hasil estimasi diketahui pendapatan perkapita memiliki koefisien regresi sebesar - 0,12. Tanda yang terdapat pada variabel pendapatan perkapitabernilai negatif, artinya pendapatan perkapita berhubungan negatif dengan impor. 2. Prihartini (2004) dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil Indonesia ke Singapura, menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan menggunakan data dari tahun 1979-2001 untuk data ekspor benang tekstil dan tahun 1978-2001 untuk data ekspor kain tenunan kapas. Secara uji serempak, variabel-variabel yang diduga yang meliputi harga riil di Indonesia, harga riil di Singapura, pendapatan per kapita Singapura, nilai tukar riil Indonesia Singapura dan variabel dummy berpengaruh secara nyata terhadap ekspor benang tekstil dan kain tenunan kapas ke Singapura. Sedangkan secara parsial, harga riil di Indonesia dan dummy tidak nyata mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura namun variabel harga riil di Singapura, pendapatan per kapita Singapura dan nilai tukar riil Indonesia Singapura mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura secara nyata. Sementara itu, variabel harga

riil di Indonesia, harga riil di Singapura dan nilai tukar riil tidak nyata mempengaruhi ekspor kain tenunan kapas namun variabel pendapatan per kapita Singapura dan dummy mempengaruhi ekspor kain tenunan kapas Indonesia ke Singapura secara nyata. 3. Khairunisa (2009) meneliti Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat. Analsis dilakukan dengan menggunakan model analisis OLS (Ordinary Least Square) meneliti variabel dependen volume ekspor kemeja pria yang dimaksud dan variabel independen nya GDP riil AS, harga ekspor, nilai riil, dummy kuota dan dummy krisis global. Variabel yang berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor yaitu GDP rill AS, dummy kuota dan dummy krisis global. Variabel yang berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor adalah harga ekspor dan nilai tukar rill. Variabel dummy kuota dan dummy krisis global tidak sesuai dengan teori ekonomi karena mempunyai pengaruh yang positif sehingga walaupun Indonesia sudah tidak menikmati fasilitas kuota atau kepastian pasar dan terjadinya krisis pada negara impor, permintaan ekspornya justru lebih besar sedangkan variabel GDP rill AS, harga ekspor, dan nilai tukar rill terhadap permintaan ekspor sesuai dengan teori ekonomi.

2.6 Kerangka Konseptual X1 (PDRB/Kapita) X2 (HARGA) X3 (KURS) Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Tekstil Impor di Sumatera Utara 2.7 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. 1. PDRB/Capita berpengaruh positif terhadap jumlah impor tekstil di Sumatera Utara. 2. Harga berpengaruh negatif terhadap jumlah impor tekstil di Sumatera Utara 3. Kurs berpengaruh negatif terhadap jumlah impor tekstil di Sumatera Utara Y (JUMLAH KONSUMSI TEKSTIL IMPOR SUMATERA UTARA)