BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

dokumen-dokumen yang mirip
1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. umumnya berbahan dasar sereal atau kacang-kacangan, memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. akan tetapi sering dikonsumsi sebagai snack atau makanan selingan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gizi

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

Pembuatan Snack Bar Bebas Gluten dari Bahan Baku Tepung Mocaf dan Tepung Beras Pecah Kulit

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG DAN PURE PISANG NANGKA PADA PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG SEBAGAI PANGAN DARURAT

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

Tabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Kota Bandung. Wisatawan Tahun mancanegara domestik jumlah

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bertanam selain itu sebagian masyarakat Indonesia hampir setiap hari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. gaya makanan junk food dan fast food yang tren di tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, pola hidup modern saat ini terutama di perkotaan sebagian besar masyarakat cenderung memilih makanan yang praktis dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya. Praktis dalam artian mudah diperoleh dan cepat saji sehingga siap untuk dikonsumsi (Subroto, 2008). Pola hidup masyarakat yang cenderung menyadari akan pentingnya kesehatan dan tingginya tingkat kesibukan masyarakat menyebabkan kebutuhan pangan tidak sebatas pada pemenuhan kebutuhan gizi konvensional bagi tubuh serta pemuas mulut dengan cita rasa enak, melainkan pangan diharapkan mampu berfungsi menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, aman dikonsumsi serta praktis dalam penyajiannya (Winarno dan Felicia,2007) Akhir-akhir ini tren konsumsi pangan mulai menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan tetapi juga memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh. Makanan baik produk segar maupun olahannya yang diperkaya dan ditingkatkan mutunya agar menguntungkan bagi kesehatan konsumen disebut makanan fungsional (Silalahi, 2006). Pangan fungsional merupakan pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Para ilmuwan Jepang menekankan pada tiga fungsi dasar pangan fungsional yaitu sensori (warna dan penampilan menarik serta citarasa yang enak), nutrisional (bergizi tinggi) dan fisiologikal (memberi pengaruh fungsi fisiologis bagi tubuh). (Rein, dkk. 2014). Salah satu produk pangan cepat saji bernilai fungsional yang sedang berkembang di berbagai negara adalah snack bar. Selain itu, konsumsi akan makanan bar di Indonesia masih sangat kecil dan beberapa orang bahkan belum

2 mengetahui. Hanya 34,5% masayarakat Indonesia yang mengetahui tentang bar ini. Snack bar merupakan makanan ringan yang berbentuk batangan berbahan dasar sereal atau kacang-kacangan, memiliki kandungan protein tinggi yang biasa dikonsumsi disela-sela waktu makan. Snack bar dapat memenuhi permintaan konsumen akan gizi, kenyamanan, dan rasa yang dapat memenuhi rasa lapar dalam waktu yang singkat sampai menuju makanan utama berikutnya disantap (Christian, 2011). Jenis produk ini dapat dibuat dengan menggunakan potensi lokal yang tersedia. Penelitian sebelumnya, telah membuat snack bar dengan berbagai macam bahan lokal seperti tepung sorghum, tepung tempe, ubi jalar, tepung bekatul, tepung jewawut, tepung kacang hijau dan pisang. Pada penelitian ini, snack bar yang akan dibuat dengan bahan baku lokal yaitu tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit dengan tambahan kacang merah yang akan dijadikan snack bar bebas gluten. Dikatakan bebas gluten pada snack bar ini karena untuk mengurangi terjadinya penyakit coeliac disease yang meningkat setiap tahunnya sepuluh kali lipat didunia, sehigga pasar produk pangan bebas gluten juga akan meningkat tajam (Gallagher dkk.,2004) dalam (Achmad Sarifudin.,dkk 2015) Gluten adalah zat yang hanya ada pada tepung terigu dan pada jenis tepung lainnya tidak ada, sifat dari zat ini adalah kenyal dan elastis. Banyak penelitian yang telah dilakukan dengan memanfaatkan tepung selain terigu sebagai pengganti gluten untuk produk roti dan adonan makanan ringan (snack) lainnya. Penghilangan gluten pada formula roti menyebabkan banyak masalah terkait tekstur roti yang kurang baik sehingga saat ini kebanyakan produk bebas gluten yang tersedia di pasar mempunyai kualitas rasa dan tekstur yang kurang disukai (Arendt dkk., 2002). Penelitian yang menggunakan tepung dari tanaman serealia seperti jagung, beras, serta tepung dari tanaman umbi-umbian seperti singkong, kentang, ubi jalar sebagai pengganti tepung terigu dalam produk roti-rotian telah banyak dilakukan (Arendt dkk., 2002). snack Tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit memiliki

3 potensi yang baik untuk digunakan dalam pembuatan bar ini karena kandungan nilai zat gizi yang ada dalam tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit ini cukup tinggi. Dalam tepung mocaf yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi adalah kadar karbohidratnya yaitu 87,3% sedangkan untuk tepung beras pecah kulit yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi adalah serat yaitu 3,52 gr. Tepung mocaf (Modified Cassava Flour) yang dalam bahasa Indonesia disebut tepung ubi kayu dimodifikasi, dikatakan sebagai proses modifikasi sebab pada pembuatan mocaf dilakukan proses khusus yang disebut dengan fermentasi atau pemeraman yang menggunakan jasa mikrobia atau enzim tertentu, sehingga selama proses fermentasi berlangsung terjadi perubahan yang luar biasa dalam masa ubi baik dari aspek perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologis serta inderawi. Kandungan pati tepung mocaf yang tinggi dapat digunakan untuk substitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit.mocaf memiliki karakteristik mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti terigu atau campuran terigu 30 % 100 % dan dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu 20-30%. Dibandingkan dengan tepung ubi kayu biasa atau tepung gaplek, mocaf memiliki penampakan yang lebih baik yaitu lebih putih, lembut, dan tidak bau apek. Mocaf memiliki kandungan nutrisi yang berbeda dengan tepung terigu. Perbedaan kandungan nutrisi yang mendasar adalah, mocaf tidak mengandung zat gluten, zat yang hanya ada pada terigu yang menentukan kekenyalan makanan (Suarti,dkk 2015) Beras pecah kulit adalah gandum beras belum diasah yang dihasilkan dengan membuang sekamnya dengan menggunakan mortir dan alu atau karet gulungan. Warna beras pecah kulit ini cokelat, kemerahan atau keunguan. Embrio mungkin dibiarkan tetap utuh atau tidak utuh tergantung pada proses penggilingan. Beras pecah kulit memiliki serat makanan yang tinggi (obat cuci perut yang baik, mencegah penyakit gastro-intestinal dan baik untuk penderita diabetes); kaya akan vitamin B dan mineral (mencegah beri-beri); dan tinggi lemak (sumber energi). Beras pecah kulit juga mengandung asam fitat tinggi (antioksidan antikanker.); menurunkan kolesterol serum (mencegah penyakit kardio vaskular);

4 dan indeks glikemik makanannya rendah (rendah pati, karbohidrat kompleks tinggi yang menurunkan risiko diabetes tipe 2), (J.S. Garrow et al, 2000). Kacang merah memiliki kandungan gizi yang sangat baik, hal ini sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah secara baik dan benar. Kacang merah kering merupakan sumber protein nabati, karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat besi. Namun kelemahan dari kacang-kacangan adalah tingginya kandungan senyawa nirgizi yang sebagian besar didominasi oleh asam fitat (Astawan, 2009) dan tingginya bau langu yang mengakibatkan produk akhir menjadi kurang diterima masyarakat (Yodatama, 2011) dalam (Huda dan Titi,2015) Penggunaan tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit serta bahan tambahan kacang merah dalam pembuatan snack bar ini ini adalah sebagai sumber komponen utama gizi makro dan mikro yang harus ada dalam sebuah produk pangan fungsional ini. Dari ketiga bahan tersebut dapat diformulasi agar snack bar mampu memenuhi kecukupan kalori yang disyaratkan. Untuk sasaran dalam penelitian ini adalah orang umum agar mengurangi terjadinya penyakit coeliac disease. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan paparan pada latar belakang maka perumusan masalah pada penelitian ini disusun sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana daya terima snack bar bebas gluten dengan pemanfaatan bahan baku lokal tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit 1.2.2 Bagaimana kandungan gizi makro dan mikro snack bar bebas gluten berbahan baku tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit 1.2.3 Bagaimana analisis fisik dari segi tekstur dari snack bar bebas gluten berbahan baku tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit

5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan bahan baku lokal tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit dalam pembuatan snack bar bebas gluten. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui daya terima snack bar bebas gluten dengan bahan baku formulasi tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit dengan tambahan kacang merah b. Mengetahui kandungan gizi makro (karbohidrat,protein,lemak) analisis kadar air dan analisa kadar abu pada snack bar bebas gluten. c. Mengetahui hasil analisis fisik dari segi tekstur snack bar bebas gluten berbahan baku tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit 1.4 Hipotesis Ho : Penggunaan tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit tidak berpengaruh terhadap nilai gizi, mutu organoleptik dan daya terima snack bar bebas gluten. Ha : Penggunaan tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit berpengaruh terhadap nilai gizi, mutu organoleptik dan daya terima snack bar bebas gluten. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Masyarakat Dengan adanya snack bar bebas gluten ini diharapkan dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan dapat dimanfaatkan sebagai camilan praktis yang memberikan efek positif bagi tubuh, serta menambah pengetahuan baru kepada masyarakat menjadi variasi baru dalam menciptakan makanan bergizi.

6 1.5.2 Manfaat bagi Universitas Penulis berharap melalui penelitian ini dapat dijadikan inspirasi dalam hal kreatifitas untuk menciptakan produk makanan bergizi yang dapat terjangkau oleh lapisan masyarakat dengan memanfaatkan sumber hayati yang ada disekitar. 1.5.3 Manfaat Bagi Penulis Sebagai media latihan dalam melakukan penelitian menyusun skripsi dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dibidang teknologi pangan dalam hal snack bar bebas gluten dengan bahan baku tepung mocaf dan tepung beras pecah kulit dengan tambahan kacang merah. 1.6 Keterbaruan Penelitian Peneliti Publikasi Judul Keterangan Bahan yang digunakan adalah pisang nangka, tepung pisang Prosiding nangka, tepung kedelai, Seminar tepung ubi jalar, gula, Nasional margarin dan garam. Dari Penelitian Taufik Rahman, Optimasi Proses hasil penelitian dapat dan PKM Rohmah Pembuatan Food Bar diketahui bahwa waktu dan Sains, Luthfiyanti dan Berbasis Pisang suhu pemanggangan yang Teknologi Riyanti Ekafitri optimal pada proses dan pembuatan food bar yaitu Kesehatan, pada suhu pemanggangan UNISBA, 120 o C selama 40 menit dan 2011 suhu 140 o C selama 5 menit. Hasil analisa kimia

7 menunjukan produk food bar mengandung kadar air 18,02%, kadar abu 2,75 1,82%, kdar lemak 4,86%, kadar protein 8,74% dan kadar KH 63,27% Bahan yang digunakan adalah tepung pisang, puree pisang, telur ayam negri, gula pasir putih, garam, kismis, margarin, susu bubuk skim, kelapa parut Achmat Sarifudin, Riyanti Ekafitri, et al. Jurnal Agritech, 2015. Pengaruh Penambahan Telur Pada Kandungan Proksimat, Karakteristik Aktivitas Air Bebas (Aw) dan Tekstural Snack bar Berbasis Pisang (Musa Paradisiaca) kering, bubuk coklat. Penambahan telur pada produk snack bar berbasis pisang mampu meningkatkan sebagian komponen proksimat yaitu kadar air dengan kisaran 18,13-30,01 %bk, kadar lemak 15,08-17,89 %bk, kadar abu 3,00-3,11 %bk, kadar protein 3,91-6,95 %bk, sedangkan kadar karbohidrat cenderung tetap pada kisaran 45,51-50,04 %bk. Nilai aw dari snack bar tersebut juga meningkat

8 seiring peningkatan konsentrasi telur yang digunakan, dengan kisaran aw-nya 0,72-0,82. Pembuatan snack bar menggunakan bahan baku berupa brondong beras (coklat, merah, dan hitam). Ketiga snack bar beras warna Annisa Sekar L, Fitriyono Ayustaningwarno Journal of Nutrition College, 2013. Analisis Kandungan Zat Gizi Makro dan Indeks Glikemik Snack bar Beras Warna Sebagai Makanan Selingan Penderita Nefropati Diabetik memiliki kandungan protein dan lemak yang rendah sedangkan kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan kandungan zat gizi makanan selingan penderita nefropati diabetik. Snack bar beras hitam memiliki indeks glikemik (42,20%) dan beban glikemik (14,23) yang paling rendah diantara ketiga jenis snack bar. Pemanfaatan Tepung Bahan yang digunakan adalah Sorghum (Sorghum tepung sorghum, selai nanas, Skripsi Bicolor L. Moench) garam, air, gula, telur, minyak Ummi Rufaizah IPB,2011. pada Pembuatan goreng. Hasil menunjukkan Snack bar Tinggi bahwa formula snack bar Serat Pangan dan berpengaruh nyata (p<0.05)

9 Sumber Zat Besi Untuk Remaja Puteri pada semua hasil analisis kimia produk snack bar. Nilai Bioavailabilitas zat besi pada snack bar terpilih sebesar 8.61%. Hasil menunjukkan bahwa formula snack bar berpengaruh nyata (p<0.05) pada semua hasil analisis kimia produk snack bar. Formula snack bar tidak berpengaruh (p>0.05) pada tekstur, rasa dan keseluruhan snack bar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa formula snack bar berpengaruh nyata (p<0.05) pada mutu warna dan mutu tekstur snack bar, dan tidak berpengaruh (p>0.05) nyata terhadap mutu aroma dan mutu rasa pada snack bar yag dihasilkan. 1.7 Tempat Penelitian Pembuatan snack bar bebas gluten ini dilakukan di Laboratorium Kuliner Universitas Esa Unggul. Analisis zat gizi snack bar dilakukan di Laboratorium Saraswanti Indo Genetech, Bogor. Untuk uji tekstur dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan PascaPanen Pertanian, Bogor. Dan uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Esa Unggul.

10 1.8 Identifikasi Masalah Kini makanan ringan (snack) merupakan bagian yang tidak dapat ditinggalkan dari kehidupan sehari-hari oleh semua kalangan masyarakat. Salah satunya adalah snack bars (Christian,2011). Makanan padat (snack bar) merupakan salah satu alternatif bentuk makanan yang dapat dikembangkan dengan kecukupan kalori, protein, lemak dan nutrisi lainnya. Dalam penelitian ini, bahan baku untuk pembuatan snack bars ini memilih bahan pangan lokal seperti tepung mocaf, tepung beras pecah kulit dan kacang merah guna untuk mengembangkan potensi bahan pangan lokal yang ada di Indonesia ini. Dari ketiga bahan baku yang digunakan diharapkan snack bars bebas gluten ini dapat menjadi camilan praktis atau snack yang tidah hanya untuk mengenyangkan bagi masyarakat tetapi juga dapat memberikan efek positif bagi tubuh dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya. Bahan baku pembuatan snack bar ini mempunyai keunggulannya masing-masing. Keunggulan dari tepung mocaf ini mempunya nilai karbohidrat yang cukup tinggi. Keunggulan dari tepung beras pecah kulit ini mempunya nilai zat gizi mikro yaitu vitamin B yang cukup tinggi dan serat yang tinggi. Keunggulan dari kacang merah ini mempunyai nilai protein yang cukup tinggi.