BAB VI PROFIL EKONOMI DAN KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

DAFTAR PERIZINAN YANG DITERBITKAN KABUPATEN LAHAT TOTAL PERIZINAN : 15

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JENISPERIZINAN PADA KP3M KAB. SOLOK PERATURAN BUPATI SOLOK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG PERIZINAN

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH. PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 10 "A TAI-lUri c2.017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI SINJAI BUPATI SINJAI,

PROSEDUR MAJA LABO DAHU IZIN GANGGUAN (HO) KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PEMERINTAH KOTA BIMA WUJUDKAN PELAYANAN PRIMA BEBAS KKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ruang lingkup pelayanan publik meliputi berbagai aspek kehidupan

BUPATI SODOARJO. Menimbang :

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Selain itu sektor industri juga merupakan salah satu sektor ekonomi

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Motto: Senyum Perizinan Page 1

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Rancangan Rencana Kerja (Renja) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

1 BAB I PENDAHULUAN. Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), Izin

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

Produk Domestik Bruto (PDB)

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Grafik Realisasi Investasi Kota Cilegon Tahun 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 24 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 24 TAHUN 2007 TENTANG

DATA DAN INFORMASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN (BPMP) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2016

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 4.1 Badan Perizinan dan Penanaman Modal Kota Bandar Lampung

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU BUPATI MADIUN,

WALIKOTA PAREPARE NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada sampai dengan

WALIKOTA BANDA ACEH PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 27 TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

Tahun-1 (2011) Tahun-2 (2012)

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTRAN SIUP DAN TDP SIMULTAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada. masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG DAN SEKSI

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang

BUPATI KARIMUN PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEDOMAN WAWANCARA. 4. Apa saja tugas dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu. 7. Bagaimana cara melakukan evaluasi kinerja pegawai di Badan

Statistik KATA PENGANTAR

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

Laporan Pelaksanaan Tugas BPPT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Sumbangan Pihak Ketiga Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

BAB VII INDUSTRI, PERDAGANGAN, KEUANGAN, KOPERASI DAN INVESTASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan pasar yang tidak menentu dan tingkat persaingan antar bank yang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

BUPATI BELITUNG TIMUR

Transkripsi:

BAB VI PROFIL EKONOMI DAN KEUANGAN 6.1. Industri dan Perdagangan Kegiatan sektor industri pengolahan di Sumba Barat terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Nilai tambah bruto yang diperoleh sektor industri pada tahun 2014 dengan kontribusi terhadap total PDRB sebesar 1,50% dan pertumbuhan sebesar 3,14%. Jumlah Perusahaan/Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan menurut kecamatan dan Golongan Industri di Kabupaten Sumba Barat dapat diamati pada tabel di bawah ini. Tabel 26 Jumlah Perusahaan/Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Menurut kecamatan dan Golongan Industri di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014 Besar dan Kecil dan Kerajinan Tenaga Kerja No. Kecamatan Sedang Rumah Tangga (Orang) 1. Lamboya - 10 20 2. Wanokaka - 4 9 3. Laboya Barat - 1 2 4. Loli - 6 15 5. Kota Waikabubak 1 27 110 6. Tana Righu - 2 4 Tahun 2013 1 47 155 Tahun 2014 1 220 783 Sektor industri dan perdagangan di Kabupaten Sumba Barat mendapat perhatian yang cukup serius dari ppemerintah karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, baik usaha kecil maupun menengah. Usaha industri kecil yang bertumbuh di Kabupaten Sumba Barat, misalnya makanan/minuman sebanyak 48 unit usaha mengalami peningkatan jumlah dibandingkan tahun 2013 sebanyak 33 unit, tekstil/pakaian jadi/kulit sebanyak 98 unit usaha mengalami peningkatan jumlah dibandingkan tahun 2012 sebanyak 84 unit usaha, dan usaha industri kayu/barang dari kayu/perabot rumah tangga mengalami penurunan jumlah dari 39 unit usaha ditahun 2012 menjadi 35 unit usaha ditahun 2013. Industri Barang galian Bukan Logam pada tahun 2013 sebanyak 38 unit usaha dengan urutan terbanyak secara berturut-turut terdapat pada wilayah kecamatan Laboya Barat Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015 97

sebanyak 20 unit; Loli 10 unit; Kota 5 unit; Tana Righu 3 unit. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya pada tahun 2013 sebanyak 242 unit usaha mengalami peningkatan dibandingkan keadaan tahun 2012 yaitu sebanyak 187 unit usaha. Sehingga perkembangan penyerapan tenaga kerja pada usaha industri kecil juga turut mengalami fluktuasi perkembangan yang cukup positif,yang mana pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 783 orang mengalami peningkatan sebanyak 886 orang seiring dengan bertambahnya unit usaha industri kecil. Usaha Kerajinan rumah tangga yang bertumbuh di Sumba Barat, misalnya : industri makanan/minuman dan tembakau pada tahun 2012 sebanyak 33 unit usaha berkembang menjadi 48 unit usaha, industri tekstil/pakaian jadi dan kulit pada tahun 2012 berjumlah 84 unit usaha berkembang menjadi 98 unit usaha pada tahun 2014, industri kayu/barang dari kayu/perabot rumah tangga pada tahun 2012 sebanyak 39 unit usaha mengalami penurunan jumlah menjadi 35 unit usaha ditahun 2013. Industri Barang galian Bukan Logam pada tahun 2014 sebanyak 9 unit usaha dengan urutan terbanyak secara berturut-turut terdapat pada wilayah kecamatan Loli sebanyak 4 unit; Laboya Barat 2 unit; Kota 2 unit; Tana Righu 1 unit. Perkembangan penyerapan tenaga kerja pada usaha Kerajinan rumah tangga mengalami perkembangan yang negatif, yang mana pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 783 orang mengalami penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 644 orang, kondisi ini berbanding terbalik dengan bertambahnya unit usaha kerajinan rumah tangga. Tabel 27 Nama-nama Sentra Industri Kecil Yang dibina, Dirinci menurut Tenaga Kerja, Tahun Pembinaan dan Lokasi/Kecamatan No. Nama Sentra Industri Tenaga Kerja Tahun Pembinaan Lokasi/Kecamatan 1. Tahu dan Tempe 30 2011-2014 Loli,Kota 2. Pertenunan 100 2010-2014 6 Kecamatan 3. Perbengkelan 242 2011-2014 6 Kecamatan 4. Pertukangan 96 2011-2014 Loli,Kota Usaha sektor perdagangan berdasarkan jenisnya terbagi atas perdagangan besar, perdagangan sedang dan perdagangan kecil. Jumlah usaha sektor perdagangan besar belum ada pada tahun 2012-2014 di Sumba Barat, sedangkan jumlah perdagangan sedang dan perdagangan kecil di tahun 2012-2014 tidak mengalami perubahan jumlah masing-masing sebanyak 25 usaha perdagangan sedang dan Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015 98

66 usaha perdagangan kecil. Demikian pula dengan Perkembangan perusahaan di Kabupaten Sumba Barat menurut bentuk usaha pada tahun 2013-2014, dimana tidak mengalami perkembangan jumlah usaha dengan jumlah masing-masing: Perseroan Terbatas sebanyak 2 usaha; CV sebanyak 59 usaha; Perusahaan Perorangan sebanyak 27 usaha dan Badan usaha lainnya sebanyak 3 usaha. 6.2. Investasi Kondisi yang kondusif (aman dan tertib) suatu wilayah merupakan salah satu syarat untuk menarik investasi disamping prosedur dan proses perijinan yang tepat waktu. Menurunnya angka kriminalitas dan jumlah demo serta lebih singkatnya waktu penyelesaian perijinan diharapkan dapat mendukung iklim investasi di Kabupaten Sumba Barat. Upaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Kabupaten Sumba Barat, karena menyangkut beberapa peraturan baik di tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan menyikapi perbaikan dibidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi. Kondisi iklim investasi di Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014, dapat dilihat pada data di bawah ini: 6.2.1. Penanaman Modal Asing Tabel 28 Penanaman Modal Asing No. 1 2 Nama Perusahaan Nomor Dan Tanggal SP PT. INDONESIA ADVENTURE SPORTS 5/II/PMA/1997 08 APRIL 1997 PT. SUMBA NAUTIL RESORT 195/I/PMA/1999 06 APRIL 1999 Bidang Usaha JASA AKOMODASI JASA AKOMODASI DAN REKREASI Sumber : Bidang Ekonomi - Bappeda Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014 Lokasi Proyek KAB. SUMBA BARAT (KEL. HOBAWAWI - KEC. WANUKAKA) KAB. SUMBA BARAT (KEC. LAMBOYA) Investasi (US$) 9.800.000 360,000 Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015 99

6.2.2. Penanaman Modal Dalam Negeri No. 1 2 3 Nama Perusahaan Nomor Dan Tanggal SP PT. TIMOR MITRA NIAGA 719/I/PMDN/1991 20 NOVEMBER 1991 PT. ARENA MAJU BERSAMA, TAHUN 2009 PT. USAHA TANI LESTARI APRIL 2015 Tabel 29 Penanaman Modal Dalam Negeri Bidang Usaha Lokasi Proyek Investasi PERKEBUNAN COKLAT TENAGA KELISTRIKAN TENAGA KELISTRIKAN Sumber : Bidang Ekonomi - Bappeda Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014 KAB. SUMBA BARAT (KEC. LABOYA BARAT) KAB. SUMBA BARAT KEC. WANOKAKA) KAB. SUMBA BARAT (KEC. LAMBOYA ) 5.000.000.000 30.000.000.000 30.000.000.000 Tabel 30 Nilai Sentra Industri Kecil Yang dibina, Dirinci menurut Nilai Investasi, Nilai Produksi dan Nilai Bahan Baku (Rp. 000) No. Nama Sentra Industri Nilai Investasi Nilai Produksi Nilai Bahan Baku 1. Pengolahan Pangan 129.364.315 5.135.000 1.546.500 2. Pengolahan Kayu 77.186.000 4.735.178 765.800 3. Jasa Foto Copy 1.500.000 400.000 102.500 4. Jasa Perbengkelan 89.618.000 1.225.000 177.450 5. Pertenunan 1.515.916 885.678 113.765 6. Penjahitan 84.500 23.575 5.675 6.3. Lembaga Keuangan Perkembangan Keuangan di Kabupaten Sumba Barat ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan yang ada di Sumba Barat, salah satunya adalah bank. Adapun nama bank yang ada dalam wilayah Kabupaten Sumba barat seperti tertera pada tabel di bawah ini : Tabel 31 Lembaga Keuangan (Bank) di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014 No. Nama Bank Status Keterangan 1. BRI Cabang Bank Pemerintah 2. BNI Cabang Bank Pemerintah 3. Bank NTT Cabang Bank PEMDA NTT 4. Bank Danamon Cabang Bank Swasta Sumber : Sumba Barat Dalam Angka Tahun 2014 Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015 100

Perkembangan Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) pada Bank-bank di Waikabubak pada tahun 2013 jumlah nasabah KIK belum terfasilitasi dan jumlah nasabah KMKP yang terfasilitasi adalah sebanyak 27 nasabah, dengan nilai nominal sebesar Rp.11.655.000.000,-, Sedangkan perkembangan pada tahun 2014, jumlah nasabah KIK yang terfasilitasi adalah sebanyak 1 nasabah, dengan nilai nominal sebesar Rp.890.000.000,-. Sedangkan nasabah KMKP belum terfasilitasi. Perkembangan Giro Perbankan pada bank-bank di Waikabubak pada tahun 2013 sebesar Rp.153.250.584.000,-, dan pada tahun 2014 sebesar Rp.186.259.579.000,- mengalami peningkatan yang cukup signifikan di bandingkan keadaan tahun 2013. Salah satu lembaga keuangan yang cukup merakyat dan sangat membantu daerah dalam menggerakkan roda perekonomian rakyat Sumba Barat adalah Koperasi. Pengembangan Koperasi merupakan salah satu program prioritas daerah yang tetap selalu mendapat perhatian pemerintah secara rutin dari tahun ke tahun.perkembangan Koperasi Unit Desa dan Koperasi lainnya menurut statusnya (Berbadan Hukum atau Belum Berbadan Hukum) di Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2012-2014, cenderung tidak mengalami perubahan seperti yang dapat disajikan pada tabel di bawah ini. NO. Tabel 32 Kopersasi Unit Desa dan Koperasi Lainnya Menurut Status Di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014 Kecamatan Koperasi Koperasi Unit Desa Jumlah Lainnya Total BH BBH BH BBH Jumlah Total Jumlah Seluruhnya 1. Lamboya 1-1 2-2 3 2. Wanokaka 1-1 4-4 5 3. Laboya Barat - - - 1-1 1 4. Loli 1-1 14-14 15 5. Kota Waikabubak - - - 39-39 39 6. Tana Righu 1-1 2-2 3 Tahun 2014 4-4 62-62 66 Tahun 2013 4-4 62-62 66 Banyaknya anggota koperasi unit desa pada tahun 2013 adalah sebanyak 749 orang, tidak mengalami perubahan jumlah di tahun 2014. Demikian juga koperasi lainnya tidak mengalami perubahan jumlah anggotanya yaitu sebanyak 3.932 orang. Jumlah total keseluruhan warga masyarakat Sumba Barat yang hidup berkoperasi adalah sebanyak 4.681 orang. Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015 101

6.4. Pelayanan Perizinan Dengan hadirnya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (one top services) di Kabupaten Sumba Barat, merupakan salah satu wujud tekad Pemerintah Kabupaten Sumba Barat untuk memberantas KKN melalui penataan kelembagaan, bertujuan melakukan pelayanan prima kepada masyarakat sehingga masyarakat/pelanggan merasa puas dengan pelayanan publik yang cepat, mudah, transparan, tepat waktu, pasti dan terjangkau sekaligus mendorong tumbuhnya iklim investasi, dengan sasaran meningkatkan pertumbuhan Industri Kecil Menengah (IKM) dan penurunan pengaduan terhadap kinerja pelayanan pemerintah, khususnya dalam bidang perizinan. Adapun Jenis dan Mekanisme Pelayanan Perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sumba Barat, maka izin yang ditangani BPPT Kabupaten Sumba Barat adalah : 1) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 2) Izin Advice Plan / Rekomendasi Ruang 3) Izin Gangguan (HO) 4) Izin Tempat Usaha (SITU) 5) Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 6) Izin Usaha Industri (SIUI) 7) Tanda Daftar Industri (TDI) 8) Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 9) Tanda Daftar Gudang (TDG) 10) Izin Penyelenggaraan Reklame (Izin Reklame) 11) Izin Fiskal 12) Izin Usaha Penjualan Minuman Beralkohol (SIUP-MB) 13) Izin Trayek Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015 102