BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK HUKUM KESELAMATAN PENERBANGAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU) JURNAL HUKUM OLEH: NAMA: PUSPITASARI DAMANIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. sekaligus untuk menghadapi persaingan global. sarana transportasi yang ideal digunakan adalah transportasi darat baik bus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pada sektor-sektor lain (ship follows the trade) pada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pilihan yang tidak dapat dielakkan, Indonesia adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. A.! Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia merupakan negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi akan terus bertambah seiring dengan semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1976 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI TOKYO 1963, KONVENSI THE HAGUE 1970, DAN KONVENSI MONTREAL 1971

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

akan transportasi antar daerah di Indonesia dalam menjalankan roda dari Miangas ke Pulau Rote, hal tersebut tentunya membutuhkan pola

UU 15/1992, PENERBANGAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:15 TAHUN 1992 (15/1992) Tanggal:25 MEI 1992 (JAKARTA) Tentang:PENERBANGAN

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang makin berkembang pesat di Indonesia dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem transportasi nasional yang keberadaannya memiliki posisi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan Cape Town Convention 2001,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau di dunia. Seperti diketahui bahwa Negara Indonesia merupakan tentang Wawasan Nusantara yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. mempererat hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional disatu sisi telah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan pembangunan Indonesia. transportasi yang efektif dan efisien serta terpadu antar moda transportasi,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dan strategis dalam cakupan upaya pencapaian

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nomor Pokok Mahasiswa :

PERANAN PENGANGKUTAN UDARADI INDONESIA DALAM MENUNJANG PENGIMPLEMENTASIAN WAWASAN NUSANTARA. Sri Sutarwati STTKD Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalamnya dan perlu pengaturan yang jelas dan pasti. Berbeda dengan

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas tempat duduk. 1. prioritas pelayanan di terminal; menyediakan fasilitas untuk penyandang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara merupakan suatu pilihan yang tidak dapat dielakkan, Indonesia adalah negara yang terdiri atas beberapa gugusan pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang bercirikan nusantara dan memiliki wilayah dan penyebaran penduduknya yang sangat luas yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka salah satu bidang kehidupan yang selalu diupayakan menjadi lebih baik adalah sektor transportasi. Manusia membutuhkan transportasi yang aman cepat dan teratur dalam menunjang mobalitas kehidupannya, baik dalam transportasi lokal, nasional maupun internasional. Manusia menghendaki transportasi kereta api, bus, kapal laut, pesawat dan lain-lain berjalan dengan aman, cepat teratur dan juga dengan biaya atau ongkos yang terjangkau. 1 Oleh karena itu, maka diperlukanlah sarana transportasi udara yang memiliki standar pelayanan dan keselamatan yang optimal, sehingga memiliki pengaruh yang sangat penting baik ditinjau dari segi persatuan dan kesatuan 1 Yaddy Supriadi, Keselamatan Penerbangan Teori & Problematika, (Tangerang: Telaga Ilmu Indonesia, 2012), hlm.57. 1

nasional kehidupan sosial budaya, ekonomi, roda administrasi pemerintahan maupun pertahanan dan keamanan, yang mendorong kearah pembangunan. Sedangkan pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus kearah tercapainya tujuan nasional. Adapun suatu proses perubahan yang teratur dan terarah akan terwujud, apabila terjalin hubungan timbal balik yang erat antara sektor ilmu pengetahuan dan teknologi kebijakan dan hukum. Penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan keselamatan dan keamanan yang optimal, perlu dikembangkan potensi dan peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi yang mantap dan dinamis. 2 Selain itu, berdasarkan tujuan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam mewujudkan wawasan nusantara serta memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem transportasi nasional yang mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan dan pembangunan wilayah, sekaligus mempererat hubungan antar bangsa, dan memperkukuh kedaulatan negara. 3 Transportasi udara merupakan alternatif sebagaisarana yang cepat, efisien, dan ekonomis bagi pengangkutan antar pulau dan antar daerah 2 Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbanga, Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956. 3 ibid 2

terutama antar daerah terpencil dan pulau-pulau besar. Guna memenuhi kebutuhan transportasi udara di Indonesia terdapat berbagai macam maskapaimaskapai penerbangan baik maskapai yang dikelola oleh pihak swasta maupun pihak pemerintah yang biasa disebut dengan Badan Usaha Milik Negara. Bila dilihat dari segi kecepatan waktu, kenyamanan dan jangkauan, maka transportasi udara dengan menggunakan pesawat terbang, nampaknya masih menjadi primadona moda sarana transportasi antara pulau satu dengan yang lainnya, ketimbang menggunakan kapal laut ataupun kapal ferry. Oleh karena itu, di Indonesia masih sangat diperlukan penerbang-penerbang baru untuk mengoperasikan pesawat yang tersedia. Transportasi udara adalah sistem penerbangan yang melibatkan banyak pihak. Dalam dunia penerbangan pemenuhan (compliance) terhadap safety standard (standar keselamatan) yang tinggi merupakan suatu keharusan yang mutlak. Penerapan keselamatan penerbangan (aviation safety) perlu dilaksanakan pada semua sektor, baik pada bidang transportasi / operasi angkutan udara, kebandar-udaraan, navigasi, perawatan dan perbaikan serta pelatihan yang mengacu pada aturan International Civil Aviation Organization (ICAO). 4 Adapun keselamatan merupakan prioritas utama didalam dunia penerbangan sehingga, diperlukannya suatu standar keselamatan yang optimal dengan mengacu pada standar penerbangan yang ada. Keselamatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kondisi fisik pesawat, kondisi awak pesawat, infrastruktur dan faktor alam. 4 http://lontar.ui.ac.id. Diunduh Pada Tanggal 2 Juni 2016 3

Namun demikian, kegiatan usaha di bidang penerbangan merupakan lahan yang nampaknya banyak pula diminati oleh para pencari kerja. Hal ini karena banyak perusahaan penerbangan yang membutuhkan penerbang atau pilot untuk mengoperasikan pesawatnya, di sisi lain, banyak pencari kerja yang melirik untuk bekerja sebagai pilot karena gajinya yang relatif besar. Hingga bisa mencapai gaji Rp.40.000.000,- (empat pulu juta rupiah) sebulan. Namun sebenarnya, gaji yang nampaknya menggiurkan tersebut kadang tidak seimbang dengan kewajiban yang harus dilakukan oleh pilot tersebut. Resiko kerja seperti kecelakaan pesawat, sering menghantui para pilot dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Selain itu jam terbang yang padat menyebabkan pilot umumnya tidak memiliki cukup waktu untuk dapat menjalani aktivitas sehari-hari bersama keluarga tercinta. Selain itu, kondisi ruang pilot yang relatif kecil juga terkadang menjadi penyebab munculnya gangguan kesehatan. Di ruang kemudi pilot yang relatif kecil, sang pilot dan co-pilot duduk berjam-jam dan harus konsentrasi penuh ke kontrol panel serta pandangan di hadapannya. Oleh karenanya penulis tertarik untuk melakukan penulisandengan judul: Kajian Hukum atas Hak dan Kewajiban Pilot dan maskapai penerbangan dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di pesawat. B. Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, makapermasalahan dalam penelitian ini adalah: 4

1. Bagaimanakah hak dan tanggung jawab pilot terhadap aspek kesehatan dan keselamatan kerja di dalam pesawat? 2. Bagaimana dengan tanggung jawab maskapai terhadap pilot yang mengalami kelelahan dalam bekerja (baik secara mental atau fisik) ditinjau dari kesehatan dan keselamatan kerja? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dan pokok permasalahan tersebut di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hak dan tanggung jawab pilot terhadap aspek kesehatan dan keselamatan kerja di dalam pesawat. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab maskapai terhadap pilot yang mengalami kelelahan dalam bekerja (baik secara mental atau fisik) ditinjau dari kesehatan dan keselamatan kerja. D. Definisi Operasional Beberapa definisi yang berkaitan dengan skripsi ini antara lain: 1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. 2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 5

3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 4. Upah adalah hak pekerja/ buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada 5. Tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha. 6. K3 adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, berdasarkan ketentuan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan keselamatan Kerja. 7. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo,dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandara. 5 8. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan. 6 9. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. 7 5 Indonesia, Loc.cit 6 Ibid 7 Ibid 6

10. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. 8 11. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar Bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. 9 E. Metode Penelitian 1. Bentuk Penelitian. Dalam penulisan skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian kepustakaan (Library Research), adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. 2. Sifat penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, karena pengetahuan atau teori tentang obyek penelitian sudah ada dan penulis ingin memberikan gambaran mengenai obyek penelitian. 10 8 Ibid 9 Ibid 10 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), hlm.75. 7

3. Data Penelitian Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah melalui beberapa kegiatan studi dokumen (library research) terhadap data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari satu sumber yang sudah dikumpulkan oleh suatu pihak lain. Dalam hal ini penulis ingin melakukan penelusuran keputusan yang terdiri dari: 11 1) Bahan hukum primer Untuk ketentuan yuridis, penulis menggunakan ketentuan peraturan perundang-undangan seperti UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No.1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, PP No.3 Tahun2001 tentang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, Konvensi Chicago 7 Desembar 1944 Tentang Penerbangan Sipil Internasional menghasilkan ICAO, Konvensi Montreal Tahun 1999 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara dan Dokumen Angkutan, Konvensi Roma Tahun 1952 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Pada Pihak Ke-3, Konvensi Tokyo 1963 tentang Tindak Pidana di Pesawat Udara, yang semua dari hasil Konvensi ini telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai anggota PBB yang menaungi ICAO atau badan PBB yang mengurus mengenai Penerbangan yang otomatis secara Adhere (penundukan diri) meratifikasi hasil-hasil konvensi tersebut dan juga diperkuat dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 6 Tahun 2005 tentang Pengesahan Protocol on the Authentic 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjauan singkat, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1994), hlm. 33 38. 8

Six-Laungage Text of the Convention on International Civil Aviation, Chicago 1944 (Protokol Tentang Naskah Asli Bahasa Keenam Dari Konvensi Penerbangan Sipil Internasional, Chicago 1944) 2) Bahan hukum sekunder. Dalam penulisan ini penulis juga menggunakan berbagai buku ilmiah, artikelartikel atau surat kabar. F. Sistematika Penulisan. Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, penulis membagi ke dalam lima bab yang masing-masing dibagi menjadi sub bab yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Secara singkat urutan bab tersebut sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian serta sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA. Kajian ini dimulai dari pembahasan mengenai pengertian kesehatan dan keselamatan kerja. Dilanjutkan dengan hak dan kewajiban pemberi kerja dan tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Dan diakhiri dengan pembahasan mengenai akibat tidak dilaksanakannya Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 9

BAB III : TINJAUAN UMUM HAK DAN KEWAJIBAN PILOT DAN MASKAPAI PENERBANGAN. Kajian ini dimulai dari pembahasan mengenai hak dan kewajiban pilot secara umum. Dilanjutkan dengan hak dan kewajiban maskapai penerbangan secara umum. BAB IV : ANALISA TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN PILOT SERTA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PESAWAT Di dalam bab ini, penulis pertama akan membahas mengenai bagaimanakah hak dan tanggung jawab pilot terhadap aspek kesehatan dan keselamatan kerja di dalam pesawat. Kedua, penulis pada bab ini akan membahas mengenai bagaimana dengan tanggung jawab maskapai terhadap pilot yang mengalami kelelahan dalam bekerja (baik secara mental atau fisik ditinjau dari kesehatan dan keselamatan kerja. BAB V: PENUTUP Pada Bab terakhir dari penulisan skripsi ini berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir ini akan diberi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. 10