Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

dokumen-dokumen yang mirip
Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Lingkungan Rumah Ideal

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Ruang Favorit dalam Rumah

Rumah Impian Mahasiswa

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Mushola di dalam Rumah

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Kuesioner. Petunjuk: Mohon berikan tanda silang pada kotak yang anda pilih.

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

Korespondensi Permasalahan dan Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang Terbuka Publik

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

MENARA SINAR MAS DI KAWASAN MEGA KUNINGAN, JAKARTA DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR AR 4099

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

Ketertarikan Publik terhadap Keberadaan Creative Space

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :

Teritori Ruang Dagang Bazar di Tangerang Selatan

Universitas Sumatera Utara. Gambar 1.2 Area parkir yang kurang memadai, akibatnya lobby menjadi area parkir. Sumber: (peneliti 2013)

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Rencana Pembelajaran

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Pengaruh Adaptasi Arsitektur Tropis pada Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Blang Mee Samudera Pase

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 206 Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi Bayu Andika Putra Program Studi Magister Arsitektur, Rancang Kota, Lansekap dan Program Doktoral Arsitektur ITB. Abstrak Bangunan pintar atau yang populer disebut sebagai smart building adalah salah satu bukti perkembangan teknologi mampu menjawab isu pemanfaatan dan efisiensi energi. Beberapa negara maju telah menerapkan sistem Bangunan Pintar. Indonesia pun saat ini tengah mempersiapkan platform Bangunan Pintar. Platform ini masih akan diaplikasikan dalam lingkup kecil, yaitu pada penerapan di gedung-gedung perkantoran. Sedangkan implikasinya terhadap masyarakat masih dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan ingin mengungkap temuan terkait persepsi masyarakat tentang konsep Bangunan Pintar sebagai usaha dalam penghematan energi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data teks (content analysis) berdasarkan kuesioner on-line yang disebar kepada masyarakat umum yang berisi pertanyaan terbuka mengenai usaha penghematan energi yang biasa dilakukan dan persepsi pribadi mengenai konsep Bangunan Pintar. Dari hasil penelitian didapat bahwa masyarakat sudah mengenal konsep Bangunan Pintar dan mengerti manfaatnya apabila diterapkan di tempat mereka masing-masing. Sektor pencahayaan menjadi sasaran utama dalam menghemat energi. Ditemukan pula pola perbedaan tingkat pemahaman berdasarkan latar belakang profesi. Kata-kunci : bangunan pintar, persepsi masyarakat, usaha hemat energi Pengantar Trend energi dunia saat ini telah memprediksi bahwa bangunan akan menjadi konsumen terbesar energi global pada tahun 2025 ke atas. Isu pemanfaatan dan efisiensi energi menjadi hal yang selalu diangkat apabila membicarakan mengenai pembangunan berkelanjutan. Kebutuhan energi dunia terus bertambah ber-samaan dengan kebutuhan yang berbeda-beda pula. Efisiensi energi adalah sebuah prinsip yang diharapkan dapat memanfaatkan energi dengan efisien sehingga mampu mengurangi pemborosan energi secara global. Bangunan pintar atau yang populer disebut sebagai Smart Building adalah salah satu bukti perkembangan teknologi mampu menjawab isu pemanfaatan dan efisiensi energi. Bangunan Pintar adalah sebuah konsep kombinasi antara arsitektur, interior, dan mekanikal elektrikal. Bangunan Pintar dapat meningkatkan mobilitas serta kemudahan kontrol dan akses dari mana pun dan kapanpun. Lewat otomatisasi dan komputerisasi, semua aktivitas yang dibutuhkan di dalam bangunan dapat berlangsung tanpa adanya interverensi manusia didalamnya, yang artinya walaupun penghuni sedang tidak berada di dalam bangunan maka bangunan masih bisa bekerja sesuai dengan perintah program yang telah kita buat. Dengan penerapan konsep Smart Building ini maka dimungkinkan banyak manfaat yang diterima antara lain: Akses cepat dari manapun dan kapanpun Informasi yang didapat akurat Meningkatkan mobilitas dan hemat waktu Mengurangi kebutuhan staff operasional jika pengaplikasian pada gedung kantor Mengefisienkan penggunaan energi Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 D 7

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi komputerisasi pengelolaan gedung untuk menekan human error peningkatan pada kenyamanan dan keamanan Terdapat 9 sektor energi yang dijadikan target efisiensi dari penerapan konsep Bangunan Pintar, antara lain Energi, Pencahayaan, Sistem kebakaran, Kontrol harian, PEHV charging, Air, HVAC, Elevator, dan Keamanan. Sembilan sektor energi tersebut yang sebenarnya bisa dihubungkan satu sama lain menjadi suatu bentuk sistem bangunan pintar merupakan satu hal yang belum banyak di pikirkan pada konsep bangunan yang ada di negara indonesia. Beberapa negara maju telah lama menerapkan sistem smart building. Sistem yang memiliki keuntungan yang banyak ini sudah banyak diterapkan seperti di Korea Selatan dan Singapura. Indonesia pun saat ini tengah mempersiapkan platform Bangunan Pintar. Platform ini nantinya akan membuat pengelolaan gedung dan bangunan bertingkat menjadi lebih efisien, transparansi, dan produktif. Menurut data yang dikeluarkan BSRIA, pasar Smart Building (Bangunan Pintar) di Asia akan terus tumbuh dari US$ 427 miliar menjadi US$,036 miliar pada tahun 2020. Ini merupakan peluang besar PINS Indonesia se-laku penyedia solusi Smart Building untuk pasar Indonesia. 2 Kesiapan Indonesia dalam menyongsong dunia IoT ini diketahui dalam beberapa tahun ke depan masih akan diaplikasikan dalam skala kecil, yaitu pada penerapan di gedung-gedung perkantoran. Sebagaimana dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 38 Tahun 202 tentang bangunan gedung hijau yang diterbitkan pada April 202 yang menjadi dasar pengembangan dan penerapan solusi Bangunan Pintar di Indonesia. Peraturan ini bertujuan mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang mem- perhatikan aspek penghematan dan penggunaan sumber daya secara efisien. Lalu bagaimana dengan implikasinya terhadap masyarakat? Apakah masyarakat pun sudah sadar akan penghematan energi, efisiensi waktu dan cakap dengan teknologi baru yang mulai masuk? Penelitian ini bertujuan ingin mengungkap temuan terkait persepsi masyarakat tentang konsep Bangunan Pintar sebagai usaha dalam penghematan energi. Temuan ini memungkinkan melihat kecenderungan masyarakat dalam usahanya melakukan penghematan e-nergi jika konsep Bangunan Pintar ini diterapkan di tempat aktivitas mereka. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (Creswell, 2008) untuk mengumpulkan data teks yang sebanyak-banyaknya dan bersifat eksploratif (Groat & Wang, 2002) dengan harapan munculnya keberanekaragaman informasi yang diberikan mengenai persepsi masing-masing responden tentang pengaplikasian konsep bangunan pintar. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey, yaitu dengan menyebarkan kuesioner online kepada masyarakat umum secara pribadi maupun melalui media sosial yang berisi pertanyaan terbuka mengenai usaha penghematan energi yang biasa dilakukan dan persepsi pribadi mengenai konsep Bangunan Pintar. Adapun pengumpulan data dilakukan secara online atas dasar pertimbangan bahwa yang akan menjadi responden adalah yang berusia remaja hingga dewasa, yang sudah dianggap mempunyai pola pemikiran yang matang dan mampu untuk menjawab kuesioner melalui akses internet. Setiap pertanyaan dijawab oleh responden dengan bebas. http://arminmartajasa.blogspot.com/205/0/smartbuilding-adalah.html 2 http://marketeers.com/anak-usaha-telkom-kianserius-garap-smart-building/ D 8 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206

Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah analisis data teks (content analysis). Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai konsep Bangunan Pintar Analisis ini akan dilakukan dengan tiga tahapan yaitu open coding, axial coding dan selective coding (Creswell, 2006). Tahapan open coding dilakukan untuk mengidentifikasi kata kunci dari keseluruhan jawaban yang muncul dari responden.. Tahapan Open Coding, merupakan tahapan yang dilakukan dengan cara identifikasi kata-kata kunci dari keseluruhan jawaban yang telah diberikan oleh responden 2. Tahap Axial Coding, merupakan tahapan membuat kategori-kategori dari kata kunci yang didapat pada saat tahap pertama 3. Tahap Selective Coding, merupakan pembuatan propositions (or hypotheses) yang dibuat berdasarkan hubungan antar kategori. Adapun hubungan antar kategori dilakukan dengan distribusi frekuensi dan analisis korespondensi. Karakteristik Responden Secara keseluruhan responden berjumlah 00 orang, terdiri dari 53 laki-laki dan 47 perempuan dengan berbagai variasi usia, latar belakng pendidikan, dan profesi. Usia responden berada dalam rentang 9 hingga 34 tahun. Sebagian besar responden berusia di usia transisi dewasa awal di antara 23-28 tahun dengan jumlah 85 orang (85%). Adapun profesi dari responden yang dihimpun yaitu apoteker, arsitek, dokter, drafter, editor, freelancer, ibu rumah tangga, karyawan, kontraktor, mahasiwa, pelajar, pengajar, PNS, Polisi, Staff pemerintah, supervisor, wiraswasta, dan wirausahawan. Perempuan Bayu Andika Putra Gambar. Histogram responden berdasarkan jenis kelamin 34-40 29-33 23-28 7-22 Laki-laki 6 Jenis Kelamin Gambar 2. Histogram responden berdasarkan jenis kelamin Analisis dan Interpretasi Sebelum masuk ke tahap pertama terlebih dahulu untuk melihat data tempat dimana responden sering atau paling lama meghabiskan waktunya dalam satu hari. 47 53 0 20 40 60 8 Usia 85 0 20 40 60 80 00 Tempat Paling Lama Menghabiskan Waktu dalam Sehari Sekolah/Kampus Rumah Lain-lain Kantor 7 8 33 42 0 20 40 60 Gambar 3. Histogram responden berdasarkan tempat paling lama menghabiskan waktu dalam sehari Dari data di atas menunjukkan bahwa responden paling banyak menghabiskan waktu di Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 D 9

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi rumah dengan jumlah 42 orang. Diikuti berturut-turut kantor (33), Sekolah/Kampus (8), dan Lain-lain seperti toko, restoran, peternakan, dan kamar kos (7). Tahap pertama yang dilakukan yaitu dengan menganalisa konten atau content analysis. Content analysis dilakukan dengan menyeleksi katakata kunci. Tahapan menyeleksi kata kunci ini adalah open coding pada pendapat yang diutarakan dalam kuesioner. Berikut adalah contoh open coding dari pendapat responden. Bangunan pintar adalah bangunan atau gedung yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan menyediakan fasilitas yg lengkap untuk menunjang kegiatan yang dilakukan. Selain itu juga, memiliki konsep atau tata ruang yang menyenangkan dan kreatif untuk membuat penggunanya betah saat berada dalam gedung tersebut. (Laki-laki, pengajar/guru, 34 tahun, responden 89) Smart Building adalah bangunan yang bisa mengakomodir kebutuhan dan kenyamanan penghuninya secara otomatis, efektif, dan efisien. Misal dalam pengaturan listrik, air, dll. (Laki-laki, editor, 32 tahun, responden 95) Berdasarkan pandangan tentang konsep bangunan pintar dari responden 89 di atas dapat dimunculkan kata kunci yaitu Gedung multifungsi, Interior kreatif, Menunjang kegiatan, dan Suasana menyenangkan. Kemudian pada responden 95 muncul kata kunci Mengakomodasi kebutuhan, otomatis, dan efisiensi energi. Dapat dilihat pada kata kunci kedua pendapat responden di atas memiliki kesamaan yang dapat disatukan dalam satu kategori. Persepsi menunjang kegiatan dan suasana menyenangkan dari responden 89 dengan persepsi mengakomodasi kebutuhan dari responden 95 adalah satu kategori yaitu humanis. Untuk selanjutnya, berdasarkan kata-kata kunci dan pengategoriannya tersebut dilakukan tahap analisa secara axial coding. Berdasarkan analisa axial coding diatas, didapatkan 0 kategori usaha hemat energi, dan 9 kategori bayangan tentang konsep bangunan pintar. D 20 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 Usaha Hemat Energi yang Biasa Dilakukan Modifikasi bangunan Usaha Hemat Energi Vegetasi Pencahayaan Listrik Lift/elevator HVAC Energi ramah Daur ulang Aplikasi bantu Air Gambar 4. Analisis distribusi usaha hemat energi yang biasa dilakukan Analisis distribusi mengenai usaha hemat energi yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada gambar. Dari diagram terlihat bahwa usaha hemat energi yang paling sering dilakukan terutama pada sektor pencahayaan, listrik, HVAC, dan air dengan angka tertinggi pada pencahayaan. Penghematan pada sector pencahayaan dengan jumlah 74 (40%). Disusul kemudian adalah penghematan dalam sektor penggunaan listrik dengan jumlah 5 (28%). Sektor penghematan yang paling kecil adalah vegetasi, modifikasi bangunan, dan energi ramah masing-masing adalah. Tabel. Axial Coding Usaha Hemat Energi yang biasa dilakukan dengan 2 nilai kategori terbesar 2 4 3 23 24 No Kategori Kata Kunci 50 Mematikan lampu 2 Pencahayaan Buka jendela 3 Pakai LED 4 Matikan alat elektronik 5 Cabut steker 6 Listrik Hemat listrik 7 Pakai mesiin hemat listrik 8 Pakai solar panel 74

Persepsi tentang Bangunan Pintar Persepsi Tentang Bangunan Pintar Kurang paham Teknologi canggih Ramah Lingkungan Pengelolaan energi Otomasi komputer Kecepatan beradaptasi Humanis Desain bangunan Biaya set up dan operasional Gambar 5. Analisis distribusi usaha hemat energi yang biasa dilakukan Kemudian dilakukan analisis distribusi mengenai persepsi masyarakat tentang konsep Bangunan Pintar. Pada diagram terlihat bahwa persepsi tertinggi tentang konsep Bangunan Pintar adalah sebuah konsep pengelolaan energi pada bangunan sebanyak 5 (28%). Disusul dengan Otomasi computer sebanyak 32 (7%), Humanis sebanyak 27 (5%), dan Teknologi canggih sebanyak 24 (3%). Terdapat satu responden yang mengungkapkan ketidakpahamannya mengenai konsep Bangunan Pintar. Tabel 2. Axial Coding Persepsi tentang Bangunan Pintar dengan 2 nilai kategori terbesar 5 4 6 4 24 27 32 No Kategori Kata Kunci 5 Source energi sendiri 2 Pengolahan sampah Pengelolaan 3 Recycle air energi 4 Hemat energi 5 Zero energi building 6 Otomatis Otomasi 7 Integrated komputer 8 Auto lighting Bayu Andika Putra Selanjutnya akan dianalisis hubungan korespondensi antara usaha hemat energi dan tempat dimana responden menghabiskan waktu. Visualisasi dari hasil korespondensi digambarkan dalam bentuk dendogram untuk melihat hubungan antara setiap kategori yang muncul terhadap tempat responden menghabiskan waktu. Air (24) Pencahayaan (74) HVAC (23) Rumah (78) Listrik (50) Kantor (59) Lain-lain (0) Daur ulang (4) Lift/elevator (3) Sekolah/Kampus (36) Aplikasi bantu (3) Energi ramah (2) Modifikasi bangunan (2) Vegetasi (2) Gambar 6. Dendogram hubungan kategori usaha penghematan energi dengan lokasi/tempat responden Dari dendogram di atas dapat terlihat keterkaitan antar kategori. Usaha penghematan pada sector energi air dan pencahayaan yang diikuti dengan HVAC paling dekat dengan Rumah. Hal ini membuktikan bahwa sector ini paling sering dikaitkan di lokasi rumah tinggal. Kemudian dari sector energi listrik berada setelahnya bersamaan dengan lokasi di kantor. Untuk usaha hemat energi pada 4 kategori terakhir, yaitu aplikasi bantu, energi ramah, modifikasi bangunan, dan vegetasi adalah sector yang jarang sekali dilakukan. Biaya set up dan operasional (5) PNS (7) Desain bangunan (4) Lain-lain (26) Otomasi komputer (32) Pelajar/mahasisw a (7) Teknologi canggih (24) Pengelolaan energi (50) Arsitek (28) Humanis (27) Karyaw an (35) Kecepatan beradaptasi (6) Ramah Lingkungan (4) Wirasw asta () Pengajar (5) Kurang paham () Gambar 7. Dendogram hubungan kategori Persepsi dengan profesi responden Selanjutnya adalah dendogram dari hubungan kategori persepsi Bangunan Pintar terhadap profesi/pekerjaan responden yang terlihat keter- Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 D 2

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi kaitan eratnya. Terlihat bahwa profesi arsitek mengatakan bahwa konsep Bangunan Pintar adalah sebuah konsep pengelolaan energi yang didalamnya bisa dijelaskan lebih lanjut dari kata kunci yaitu mengenai peng-hematan energi, source energi sendiri, dan zero energi building. Karyawan mengatakan konsep bangunan Pintar akan memberikan rasa humanis, yaitu kemudahan dan kenyaman. Pelajar dan mahasiswa memandang Bangunan Pintar adalah sebuah otomasi computer dimana semuanya akan serba otomatis Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat sudah mengenal dengan konsep Bangunan Pintar. Persepsi masyarakat tentang konsep Bangunan Pintar ini dipandang sebagai solusi dalam membantu pengelolaan energi di tempat mereka berada. Pengelolaan energi ini dimaksudkan untuk menghemat energi yang ada. Sektor energi yang menjadi sasaran utama yaitu pencahayaan. Daftar Pustaka Creswell, J.W. (2002). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Creswell, J.W. (2006). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing among Five Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Hanum, Meivirina. (20). Efisiensi Energi Pada Smart Building Untuk Arsitektur Masa Depan. Palembang: Seminar Nasional AVoER ke-3 Sinopoli, James M. (2009). Smart Buildings System for Architect, Owners and Builders. Butterworth- Heinemann Latar belakang profesi juga menunjukkan tingkat pemahaman akan tujuan sebenarnya dari konsep Bangunan Pintar ini. Dari kalangan arsitek dan pelajar/mahasiswa mengerti bahwa Bangunan Pintar adalah sebuah konsep untuk mengefisiensikan energi lewat jaringan teknologi canggih dengan system otomasi. Sektor energi yang menjadi target penghematan adalah air, pencahayaan, HVAC, dan listrik yang biasa dilakukan di rumah atau di kantor. Hanya sedikit yang melakukan daur ulang atau penghematan di sector penggunaan lift/elevator kecuali di sekolah/kampus. Penelitian eksploratif persepsi masyarakat tentang konsep Bangunan Pintar ini masih sangat terbatas. Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini dalam hal pengumpulan data dan hasilnya kiranya dapat disempurnakan pada penelitian lebih lanjut. Besar harapan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. D 22 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206