ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang . Lisna Octa Rolina, 2013

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie ( ) suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB III METODE PENEITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. keadaan sebagaimana adanya dan pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap penelitian tidak akan pernah lepas dari objek yang ditelitinya, karena

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh

DAFTAR PUSTAKA. BUKU: Arifin, Zaenal Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Pabundu Tika (2005:4) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksploratif,

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berhasil tidaknya suatu penelitian. Arikunto (2006: 26) mengemukakan bahwa

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey dan analisis

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN PARONGPONG

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis bedasarkan bukti fisis, yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, menurut

III. METODOLOGI PENELITIAN. situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Sumadi Surya Brata, 2000: 18).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuannya (Moh. Pabundu Tika, 2005: 12).

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan

I. PENDAHULUAN. pangan dan papan. Selaju dengan perkembangan pembangunan dan pemenuhan manusia

DAFTAR PUSTAKA. Arianto dkk. (1988). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. suatu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian.

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

Journal of Mechanical Engineering Learning

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan

RESPON PENDUDUK KECAMATAN GEDEBAGE TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH GEDEBAGE SEBAGAI PUSAT PELAYANAN KOTA (PPK) DI KOTA BANDUNG

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai

HUBUNGAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 5 DUMOGA BARAT

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Transkripsi:

1 Antologi Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh : L. Octa Rolina *) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pertumbuhan penduduk Kecamatan Parongpong yang semakin tinggi, mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Hal itu mendorong terjadinya perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian. Menyempitnya lahan pertanian mengakibatkan penurunan jumlah petani dan terjadi pergeseran lapangan pekerjaan di bidang pertanian sehingga mengakibatkan terjadinya di kecamatan Parongpong. Perubahan itu dipengaruhi oleh factor usia, jenis kelamin, pendidikan, keterampilan, pendapatan dan Luas Pemilikan Lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif dengan alat pengumpul data berupa observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Dalam menganalisis data digunakan rumus Chi Square untuk mengukur terdapatnya pengaruh atau tidak. Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara usia pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,649). Terdapat pengaruh antara jenis kelamin pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,037) dan nilai kontingensi C (0,202) lemah. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,026) dan nilai kontingensi 0,175) lemah. Terdapat pengaruh antara keterampilan pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,004) dan nilai kontingensi C (0,327) lemah. Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,006) dan nilai kontingensi C (0,183) lemah. Tidak terdapat pengaruh antara luas pemilikan lahan dengan memiliki nilai signifikasi (0,876). Kata Kunci : Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Keterampilan, Pendapatan, Luas Pemilikan Lahan dan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian *) Penulis Penanggung Jawab

Rolina 2 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal juga semakin bertambah. Ketika suatu kota sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan lahan untuk tempat tinggal maka akibatnya masyarakat akan cenderung mencari tempat tinggal di daerah pinggiran kota. Pertumbuhan penduduk yang berlebihan dapat menimbulkan masalah pokok seperti makanan, lapangan kerja, permukiman, pendidikan dan lain sebagainya. Kecamatan Parongpong sebagai salah satu daerah pinggiran merupakan daerah yang strategis karena letaknya yang berdekatan dengan kota Cimahi dan kota Bandung. Tidak jauh dari kecamatan ini terdapat banyak universitas seperti Polban, UPI, UNPAS, ST Pariwisata, Universitas Maranata, Poltekpos, dan lain-lain yang menjadikan kawasan tersebut menjadi penopang kawasan pendidikan. Begitupun dengan adanya akses jalan tol Cipularang yang pintu pertama untuk Kota Bandung dan Kota Cimahi berada di Baros dan Pasteur memudahkan orang-orang luar kota terutama Jakarta mengakses Kecamatan Parongpong. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan. Seperti perubahan harga lahan, perubahan struktur demografi, terjadinya konversi lahan, dan lain lain. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Parongpong pada mulanya banyak yang bermatapencaharian sebagai petani. Masyarakat pertanian yang kehidupannya bergantung pada tanah sebagai sarana produksi pada dasarnya belum melahirkan diversifikasi lapangan kerja. Jumlah penduduk kecamatan Parongpong yang semakin tinggi mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal juga semakin meningkat. Hal itu akan mendorong terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian. Banyak orang tertarik untuk membeli lahan di kecamatan parongpong baik yang masih sebagai lahan pertanian maupun lahan untuk tempat pemukiman. Jika yang diperjual beli itu berupa lahan pertanian maka penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani akan mengalami dua kemungkinan yaitu masih menjadi petani dengan asumsi membeli lahan baru di daerah yang masih murah namun menjauh atau sebagai buruh tani atau berganti mata pencaharian selain petani. Dalam kenyatannya mereka masih dapat menjadi petani karena yang berubah hanya status kepemilikan lahannya saja. atau jika suatu saat yang punya lahan ingin merubah lahan pertaniannya menjadi tempat pemukiman hal itu akan mengakibatkan mereka kehilanagan mata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan data monografi tahun 2011, kecamatan Parongpong mempunyai luas lahan pertanian sebesar 9,36 Km2 sedangkan berdasarkan data monografi tahun 2005 kecamatan Parongpong mempunyai luas lahan pertanian sebesar 13,54 km2. Dari data tersebut maka terlihat bahwa pada lima tahun terakhir telah terjadi pengurangan luas lahan pertanian dikecamatan Parongpong. Pertumbuhan penduduk yang cepat di kecamatan Parongpong, telah mengubah lahan-lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. sehingga lahan pertanian semakin berkurang bahkan dikhawatirkan akan habis. Dengan percepatan pembukaan lahan pertanian maka akan mempercepat pula pemerosotan jumlah orang yang bekerja sebagai petani. Jika lahan pertanian di Kecamatan Parongpong habis, maka petani akan kehilangan mata pencahariannya. Jika hal ini dibiarkan tanpa ada penanganan yang serius maka pengangguran akan semakin banyak.

3 Antologi Geografi, Volume 2, Nomor 3, Desember, 2015 RUMUSAN MASALAH Perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi non pertanian mengakibatkan pergeseran lapangan pekerjaan di bidang pertanian menjadi fenomena menarik, sehingga mengakibatkan terjadinya orientasi perubahan mata pencaharian di kecamatan Parongpong. Rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut: a. Adakah pengaruh antara usia dengan petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat? b. Adakah pengaruh antara jenis kelamin c. Adakah pengaruh antara pendidikan d. Adakah pengaruh antara keterampilan e. Adakah pengaruh antara pendapatan f. Adakah pengaruh antara luas pemilikan lahan METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Menurut Tika (1997:6), Metode deskriptif adalah metode penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan kondisi daerah penelitian kemudian dianalisis berdasarkan data primer dan data sekunder. PEMBAHASAN Pertumbuhan penduduk yang cepat di kecamatan Parongpong telah mengubah lahan-lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. dengan percepatan pembukaan lahan pertanian maka akan mempercepat pula pemerosotan jumlah orang yang bekerja sebagai petani. Dari fenomena seperti ini penulis ingin mengetahui mereka yang bekerja sebagai petani jika lahan pertanian yang biasa mereka gunakan untuk bertani suatu saat tak bisa lagi dimanfaatkan karena berpindahnya kepemilikan lahan atau berubahnya lahan pertanian menjadi permukiman yang sampai saat ini terus tumbuh dengan cepat. Faktor yang penulis soroti pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Usia/Umur Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi mata pencaharian, orang yang berusia muda cenderung memiliki orientasi perubahan mata pencaharian yang beragam, melihat kondisi fisik mereka yang masih sehat dan masih punya tenaga banyak sehingga mereka bisa memilih mata pencaharian apa saja yang menurut mereka cocok dan sesuai dengan kemampuan mereka. Sedangkan orang yang berusia lanjut, jenis mata pencaharian yang mereka pilih cenderung tidak beragam karena terbatas pada kemampuan fisik mereka yang sudah tidak sekuat waktu mereka muda. Dari hasil penelitian, petani yang berusia antara 20-30 tahun orientasi perubahan mata pencahariannya 50% menjadi buruh dan 50% nya lagi tidak memberikan jawaban, petani yang berusia 31-40 tahun 38,9% nya memilih mata pencaharian sebagai wiraswasta, dan yang

Rolina 4 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong paling sedikit diminati adalah jenis mata pencaharian pegawai swasta, petani daerah lain, supir, dan ada yang menjawab tidak akan kerja. Petani yang berusia antara 41-50 tahun 42,9% mereka tidak memberikan jawaban, namun diantara mata pencaharian yang akan mereka pilih jika terjadi perubahan lahan, pada golongan petani ini 28,6% mereka memilih menjadi sebagai wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah peternakan (4,8%), petani yang berusia antara 51-60 37,9% mereka tidak memberikan jawaban, 27,6% memilih pekerjaan sebagai buruh, 20,7 memilih pekerjaan sebagai wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah petani di daerah lain 6,9%, petani yang berusia antara 61-70 tahun 35% dari mereka tidak memberikan jawaban, 20% memilih menjadi petani daerah lain, 20% memilih menjadi wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah buruh (5%), petani yang berusia antara 71-80 tahun 33,3% tidak memberikan jawaban, 33,3% memilih tidak akan kerja dan 33,3% memilih. bekerja sebagai petani daerah lain. Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 11 orang nya berada pada usia antara 51-60 tahun. Untuk membuktikan ada tidaknya Hubungan antara Usia dengan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian di Kecamatan Parongpong, dilakukan uji statistik dengan menggunakan prosedur chi-square. Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 menunjukkan bahwa besar angka chi-square adalah 31,724 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,649 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Tidak terdapat pengaruh antara usia dengan orientasi perubahan mata pencaharian. b. Jenis Kelamin Jenis Kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian. Laki-Laki cenderung memiliki orientasi perubahan mata pencaharian yang lebih beragam dibanding wanita. Karena melihat dari tenaga yang mereka punya. Laki-laki dan wanita cenderung memiliki pemilihan mata pencaharian yang berbeda. Biasanya wanita lebih memilih jenis mata pencaharian yang lebih mengutamakan ketelitian. banyak yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani, dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban, petani yang berjenis kelamin wanita lebih dari setengahnya (62,5%) banyak yang tidak tahu akan bekerja sebagai apa jika tidak menjadi petani. Berbeda dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki, jika tidak menjadi petani, mereka punya banyak reperensi jenis pekerjaan lain. Namun pekerjaan yang paling banyak diminati petani yang berjenis kelamin laki-laki adalah wiraswasta. besar angka chi-square adalah 14 905 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,037 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan orientasi perubahan mata pencaharian,. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,202 dan besar Approx. Sig. adalah 0,052. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara jenis kelamin terhadap lemah.

5 Antologi Geografi, Volume 2, Nomor 3, Desember, 2015 c. Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian. Pendidikan dapat memberikan cara pandang yang berbeda bagi seseorang, orang yang berpendidikan tinggi umumnya mempunyai cara pandang yang lebih luas dibanding dengan orang yang berpendidikan rendah. pendidikan juga dapat memberikan peluang atau kesempatan dalam hal kemudahan untuk mendapat pekerjaan. Mereka akan memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan bekal pendidikan yang mereka punya, yang berpendidikan SD 41,4% dari mereka tidak memberikan jawaban, 22,9% memilih jenis pekerjaan wiraswasta, 18,6% memilih jenis pekerjaan buruh, dan yg paling sedikit diminati adalah jenis pekerjaan pegawai swasta. Petani yang berpendidikan SMP 26,7% dari mereka memilih jenis pekerjaan wiraswasta, 20% memilih menjadi petani daerah lain, dan yang paling sedikit diminati adalah supir (6,7%), petani yang berpendidikan SMA lebih dari setengahnya (57,1%) dari mereka memilih jenis pekerjaan wiraswasta, petani yang berpendidikan Perguruan Tinggi orientasi perubahan mata pencahariannya adalah menjadi petani didaerah lain. Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 29 orang nya berada pada tingkat pendidikan SD. Petani yang tingkat pendidikannya SMP kebanyakan sudah mengetahui akan bekerja sebagai apa nantinya jika tidak menjadi petani. petani yang tingkat pendidikannya SMA juga banyak yang sudah tau akan bekerja sebagai apa jika tidak menjadi petani. besar angka chi-square adalah 35,292 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,026 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,175 dan besar Approx. Sig. adalah 0,093. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap orientasi perubahan mata pencaharian tingkatannya lemah. d. Keterampilan Keterampilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi mata pencaharian. jenis pekerjaan yang akan mereka pilih biasanya disesuaikan dengan keterampilan yang mereka punya. banyak yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 28 orang nya adalah petani yang tidak mempunyai keterampilan lain selain bertani. Sedangkan petani yang mempunyai keterampilan selain bertani rata-rata sudah mempunyai orientasi pekerjaan lain seperti wiraswasta, supir, buruh, dan lain-lain. besar angka chi-square adalah 20,729 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,004 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara keterampilan terhadap orientasi perubahan mata pencaharian. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,327 dan besar Approx. Sig. adalah 0,001 Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh

Rolina 6 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong antara keterampilan dengan orientasi perubahan mata pencaharian tingkatannya lemah. e. Pendapatan Pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian, petani yang memiliki pendapatan rendah biasanya akan memilih jenis pekerjaan selain petani karena merasa pendapatan yang mereka dapat tidak bisa mencukupi kehidupan sehari-hari mereka. yang mempunyai pendapatan <1.500.000 42,4% dari mereka tidak memberikan jawaban, 22,7% memilih jenis pekerjaan buruh, 19,7% memilih wiraswasta, 7,6% petani daerah lain, yang paling sedikit diminati adalah supir (1,5%), dan pegawai swasta (1,5%). Petani yang mempunyai pendapatan antara 1.500.001-3.000.000 35% dari mereka memilih jenis mata pekerjaan wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah buruh (1,5%). Petani yang mempunyai pendapatan antara 3.000.001-4.500.000 lebih dari setengahnya (60%) memilih jenis pekerjaan wiraswasta, petani yang mempunyai pendapatan >4.500.000 orientasi perubahan mata pencahariannya adalah menjadi petani didaerah lain (50%) dan wiraswasta (50%). Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 28 orang nya berada pada petani yang mempunyai pendapatan yang mempunyai pendapatan < 1.500.000. Sedangkan petani yang mempunyai pendapatan 1.500.001-3.000.000, 3.000.001-4.500.000, dan >4.500.000 cenderung sudah mempunyai orientasi mata pencaharian lain selain bertani. besar angka chi-square adalah 40,510 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,006 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,183 dan besar Approx. Sig. adalah 0,079. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara tingkat pendapatan terhadap orientasi perubahan mata pencaharian tingkatannya lemah. f. Luas Pemilikan Lahan Luas Pemilikan Lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian. petani yang mempunyai luas lahan pertanian > 1 ha biasanya akan memilih jenis pekerjaan yang sama yaitu sebagai petani. Karena luas lahan yang mereka miliki cukup luas maka saat lahan pertanian mereka dijual, hasil dari penjualannya bisa untuk membeli lahan pertanian lagi diluar kecamatan parongpong sehingga mereka bisa tetap menjadi petani. yang mempunyai luas lahan <0,5 ha nya banyak yang tidak memberikan jawaban (37,5%), namun diantara mata pencaharian yang akan mereka pilih jika terjadi perubahan lahan, pada golongan petani ini cenderung banyak memilih menjadi buruh (15,9%), jenis pekerjaan yang sedikit sekali diminati adalah pegawai swasta, peternakan dan supir. petani yang mempunyai luas lahan 0,5-1 ha, 50% mereka cenderung memilih pekerjaan menjadi buruh, 25% menjadi petani kembali, 25% memilih menjadi supir. petani yang memiliki luas lahan >1 ha semuanya memilih pekerjaan wiraswasta.

7 Antologi Geografi, Volume 2, Nomor 3, Desember, 2015 Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban semuanya berada pada petani yang mempunyai luas lahan < 0,5 ha. Sedangkan responden yang mempunyai luas lahan 0,5-1 ha dan > 1 ha cenderung sudah mempunyai orientasi mata pencaharian lain selain bertani besar angka chi-square adalah 8,243 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,876 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara luas pemilikan lahan pencaharian KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: a. Tidak terdapat pengaruh antara usia pencaharian, Hal ini terlihat dari besaran taraf nyata sebesar 0,649. b. Terdapat pengaruh antara jenis kelamin pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,202. c. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,175. d. Terdapat pengaruh antara keterampilan pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,327. e. Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,183. f. Tidak terdapat pengaruh antara luas pemilikan lahan dengan orientasi perubahan mata pencaharian. Hal ini terlihat dari besaran taraf nyata sebesar 0,876. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, terdapat saran atau rekomendasi yang mungkin bisa dipertimbangkan, karena lahan semakin berkurang maka petani akan merubah mata pencahariannya, dalam proses perubahan tersebut petani harus sudah memiliki rencana atau alternatif pekerjaan lain disesuaikan dengan keterampilan yang mereka punya, dan untuk yang belum punya keterampilan pemerintah atau pihak terkait lainnya diharapkan dapat membekali petani dengan berbagai macam keterampilan supaya dapat tetap berpenghasilan walaupun tidak dari bertani. DAFTAR PUSTAKA.1981. Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta. Abdurachmat, Idris. 1997. Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi UPI. Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu.Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta

Rolina 8 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2011 Statistik Kecamatan Parongpong Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2011. Kecamatan Parongpong dalam Angka Tahun 2011. Daldjoeni. 1987. Seluk Beluk Masyarakat Kota. PT Alumni: Bandung Daldjoeni. 1998. Geografi Kota dan Desa. PT Alumni: Bandung. Depdikbud. 1983. Usaha Tani. Depdikbud: Jakarta. Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. PT Citra Aditya Bakti: Bandung. Handayani, Nita. 2004. Hubungan Perubahan Kepemilikan Lahan Pertanian dengan Pergeseran Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan Margacinta. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Mohammad Pabundu Tika. 1997. Metode Penelitian Geografi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Monografi Kecamatan Parongpong 2011 Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian edisi III. LP3ES: Jakarta Mulyawan, Rizqi. 2006. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Pada Masyarakat Desa. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan Nugraha, E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Permadi. Salamun, dkk. 2003. Orientasi Nilai Budaya (Relasi, Konsumsi, Dan Penggunaan Waktu) Di Kalangan Pemuda Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Kementrian Kebudayaan da Pariwisata Yogyakarta. Santosa, Purbayu Budi. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. ANDI:Yogyakarta. Sayogyo dan Pudjiwati. 1999. Sosiologi Pedesaan: Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta:Bandung. Sulaiman, Wahid. 2002. STATISTIK NON- PARAMETRIK contoh kasus dan pemecahannya dengan SPSS. ANDI: Yogyakarta. Sumaatmadja, Nursid. 1986. Metode Penelitian Geografi. Bandung: Alumni. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni. Sutaryani, Yeni. 2011. Orientasi Penduduk Usia Produktif dalam Memilih Lapangan Kerja di Desa Cihea Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Nazsir, Nasrullah. 2008. Teori dan Sejarah Pertumbuhan Masyarakat Kota. Bandung : Widya Padjajaran.