Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung. ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2. Landasan Teori

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

ANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

THEORY OF REASONED ACTION

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA

Studi Mengengenai Intensi dan Determinan Intensi Perilaku Berkendara Pada Anak dan Remaja di Kecamatan Coblong Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

STUDI MENGENAI INTENSI KARYAWAN DI PLAZA MANDIRI YANG MEMILIKI KENDARAAN PRIBADI UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANSJAKARTA KE TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam kebutuhan, dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB I PENDAHULUAN. & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian ini. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Intensi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB V PENUTUP. yang terdiri dari dimensi pengetahuan lingkungan dan sikap terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku merokok hampir di setiap sudut kota, baik di ruang - ruang publik

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

1. Pendahuluan FAKTOR KONTROL PERILAKU MEROKOK PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Green product atau juga dikenal dengan istilah ecological product atau environmental

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.

HUBUNGAN BEHAVIOUR INTENTION TENTANG PERILAKU PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN STATUS KEPESERTAAN DALAM KELUARGA BERENCANA

Abstrak. Kata kunci : intensi berwirausaha. Fak. Psikologi - Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Nani Dewi S, Widiastuti: Analisis Intensi Mahasiswa Dalam Memilih Universitas Darma Persama (UNSADA) & Ardi Winata Jakarta

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Theory of Planned. dikemukakan oleh Bandura (2000) tentang seberapa baik dan

Asriana Issa Sofia Haris Herdiansyah

PENDAHULUAN. terhadap efisiensi dan efektifitas organisasi (Simamora, 2006). Mesin-mesin atau

BAB I PENDAHULUAN. menggolongkan perbedaan antara jenis obat psikotropika dan obat narkotika, serta

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung 1 Arifianisa, 2 Endah Nawangsih 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 arifianisaa@gmail.com, 2 Nawangsihendah@yahoo.com Abstrak. Masalah lingkungan merupakan satu dari berbagai macam masalah yang mempengaruhi kehidupan manusia. Permasalahan lingkungan ini dipandang sebagai sesuatu yang disebabkan oleh perilaku manusia yang maladaptif. Seiring berjalannya waktu bermunculanlah program-program hijau yang mendukung mengatasi permasalahan lingkungan. Peneliti terdahulu menunjukan bahwa orang yang lebih tinggi tingkat pendidikan lebih peduli tentang kualitas lingkungan dan termotivasi untuk terlibat langsung dalam upaya kelestarian lingkungan. Unisba merupakan salah satu kampus hijau yang mendukung kelestarian lingkungan. Namun, hal itu tidak begitu saja membuat mahasiswanya menjadi peduli terhadap lingkungan. Banyak hal yang mengakibatkan mengapa seseorang menjadi tidak proenvironment. Ada yang beranggapan bahwa lingkungan tidak penting, atau mereka terlalu sibuk untuk mengurusi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan mana yang paling berkontribusi terhadap intensi perilaku prolingkungan serta gambaran intensi perilaku prolingkungan pada mahasiswa Universitas Islam Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatis. Teknik analis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan sampling nonprobabilit y, dengan teknik incidental. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai Attitude toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavior Control dan intensi sesuai dengan teori dari Icek Ajzen. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terdapat 44% responden yang memiliki intensi yang kuat untuk melakukan perilaku proenvironment. 63% dari determinan intensi dapat dijelaskan oleh ATB, SN, dan PBC sebagai prediktornya; sedangkan 37% sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar intensi. Kuat dan lemahnya intensi dipengaruhi oleh ATB sebesar 0,347 ; SN 0,056 ; PBC 0,334 Dari hasil tersebut diperoleh bahwa determinan yang paling berpengaruh adalah Attitude toward Behavior dengan koefisien regresi sebesar 0,347, hal ini berarti bahwa sikap mahasiswa tehadap perilaku prolingkungan merupakan hal dominan dalam menentukan intensi melakukan perilaku prolingkungan. Kata Kunci : Intensi, Perilaku Proenvironment, Prolingkungan, Mahasiswa Unisba. A. Pendahuluan Masalah lingkungan merupakan masalah utama yang perlu untuk diberi perhatian penuh. Namun faktanya, pemahaman manusia tentang pengelolaan lingkungan saat ini masih jauh dari kata sempurna. Maloney & Ward (1973) mengatakan bahwa permasalahan lingkungan ini dipandang sebagai sesuatu yang disebabkan oleh perilaku manusia yang maladaptif (maladaptive human behavior). Manusia cenderung melakukan eksploitasi berlebih pada lingkungan tanpa melihat dampak yang akan terjadi pada lingkungan akibat perilakunya tersebut.perilaku seperti itu dapat terlihat jelas di daerah perkotaan, hal ini lebih disebabkan oleh tingkat kebutuhan masyarakat perkotaan lebih tinggi daripada masyarakat yang ada di pedesaan. Contoh perilaku tersebut adalah penggunaan kendaraan pribadi, konsumsi barang yang tidak ramah lingkungan, penggunaan air, ataupun penggunaan energi yang berlebihan. Masyarakat perkotaan di negara-negara maju dan berkembang menjadi penyumbang terbesar permasalahan lingkungan. Ulrich Beck (2003) mengatakan bahwa dengan perkembangan budaya modern kenikmatan dari peralatan yang menyenangkan di zaman modern dianggap sebagai sesuatu yang normal, sementara perilaku ramah lingkungan (environment-friendly behaviour) dianggap sebagai abnormal. Semua perilaku yang tidak ramah lingkungan ini akan berdampak 251

252 Arifianisa, et al. sangat buruk terhadap iklim global. Ketidakpedulian dan ketidakmengertian mengenai kaidah lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya permasalahan lingkungan. Di Indonesia kotakota besar menjadi penyumbang terbesar dalam kerusakan lingkungan. Seperti, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia. Selain masyarakatnya yang kurang peduli, hal ini juga disebabkan oleh adanya urbanisasi yang terus meningkat ke kota-kota besar. Berbagai bentuk antisipasi sebagai wujud kepedulian telah melahirkan berbagai program maupun gerakan-gerakan lingkungan dalam upaya memerangi pemanasan global tersebut, baik berupa program-program lingkungan yang diprakarsai oleh pemerintah, gerakan-gerakan lingkungan oleh LSM Lingkungan, Pendidikan Lingkungan di sekolah- sekolah, Pesantren dan Kampus, kampanye, penyuluhan, ataupun sosialisasi. Salah satu program lingkungan yang akhir-akhir ini terutama ditujukan untuk lingkungan Perguruan Tinggi adalah yang disebut dengan program eco-campus (Green Campus). Banyak gerakan-gerakan hijau muncul dari kampus yang berwawasan lingkungan atau sering disebut dengan eco-campus. Efektifitas gerakan ini tercermin pada perilaku mahasiswanya yang ramah lingkungan dan mampu menjaga kelestarian lingkungan atau sering disebut sebagai perilaku prolingkungan. Hal lain yang bisa mencerminkan bahwa kampus tersebut berhasil dalam menjalankan program hijau ialah kawasan kampus yang bersih. Unisba merupakan salah satu kampus yang berwawasan lingkungan dimana memiliki gerakan hijau yang disebut Unisba Go Green. Gerakan ini berdiri sejak 1998, namun gerakan tersebut tidak memberikan pengaruh banyak pada mahasiswa lain yang bukan anggotanya untuk melakukan prolingkungan. Padahal banyak dari mahasiswa yang mengetahui adanya gerakan Unisba Go Green. Gerakan Unisba Go Green berdiri dibawah P2TLH (Pusat Pengembangan Teknologi dan Lingkungan Hidup), dimana salah satu Misi yang dimiliki adalah merencanakan dan membuat langkah-langkah penanganan permasalahan lingkungan. Pada faktanya, meskipun unsiba memiliki gerakan hijau kampus, hal ini tidak membantu mahasiswa untuk menjadi prolingkungan. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di sekitar kawasan kampus (Tamansari, Rangga Gading, dan Gedung Fak. Kedokteran), banyak sampah yang berserakan di sekitar lingkungan kampus, khususnya lingkungan yang sering kali dijadikan tempat berkumpul para mahasiswa seperti, kantin, lorong kelas ataupun pelataran fakultas. Hal lain yang terlihat adalah alat pendingin ruangan (Kipas angin dan AC) dan proyektor sering kali tetap hidup meskipun kuliah sudah selesai. Mahasiwa yang telah menggunakan kelas jarang mematikan alat tersebut, umumnya setelah mereka selesai menggunakan mereka meninggalkan kelas dalam keadaan hidup. Mahasiwa juga lebih senang mencetak bahan perkuliahan dibandingkan mencatatnya, sehingga kertas-kertas tersebut terbuang bila tidak digunakan. Hal lain yang terlihat jelas di Unisba adalah banyak mahasiswa yang lebih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan kendaraan umum. Hal ini diperkuat oleh lahan parkir yang selalu penuh disekitar lingkungan kampus. Selain itu, peneliti mengamati, mahasiswa sering berada di dalam mobil pribadinya yang terparkir dan menyalakan mobilnya. Penggunaan gadget yang berlebihan juga sering terlihat pada mahasiwa unisba, dimana ketika kelas sedang berlangsung, banyak handphone yang di charge didepan kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada mahasiswa Unisba, Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan 253 menyebutkan bahwa apa yang dia lakukan dirasa tidak akan memberikan dampak yang cukup merugikan bagi lingkungan. Hal lain yang muncul pada saat wawancara adalah bahwa mahasiswa tersebut memiliki hal lain yang lebih penting daripada hanya sekedar mengurusi lingkungan sekitarnya. Mahasiswa juga menyebutkan bahwa menjaga lingkungan merupakan hal yang merepotkan, meskipun mereka mengetahui bahwa menjaga lingkungan merupakan hal yang akan memberikan dampak positif bagi mereka. Banyak pula dari mereka yang mengatakan bahwa lingkungan disekitar mereka tidak berperilaku prolingkungan, sehingga ini membuat mereka menjadi malas untuk berperilaku prolingkungan. Hal ini menunjukan kurangnya kesadaran mahasiswa untuk peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Menampilkan perilaku prolingkungan sangat erat kaitannya dengan usaha yang tinggi yang akan diberikan oleh individu, oleh karena itu moral dan norma yang diyakini individu sangat berperan penting dalam perilaku prolingkungan (Giford, 2011). Perilaku prolingkungan akan muncul ketika individu mempertimbangkan cost and benefit serta normative concerns (Giford, 2011). Sejalan dengan pernyataan tersebut Ajzen (1991) menyebutkan Individu akan memilih alternatif yang ada dengan mempertimbangkan keuntungan yang paling besar yang akan dia dapatkan dan kerugian yang paling kecil yang akan dia peroleh. Perilaku prolingkungan dapat diprediksi dengan melihat intesi seseorang terhadap perilaku prolingkungan. Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik untuk melihat kontribusi dari setiap determinan pembentuk intensi perilaku prolingkungan dan gambaran intensi prolingkungan pada mahasiswa Unisba. Penilitian ini diharapkan dapat menggambarkan setiap determinan-determinan intensi dan mengetahui determinan mana yang paling berkontibusi terhadap kuat-lemahnya intensi perilaku prolingkungan serta memperoleh gambaran intensi perilaku prolingkungan pada mahasiswa Unisba dengan tinjauan Theory of Planned Behavior. B. Landasan Teoritis Pendekatan popular untuk mempelajari perilaku lingkungan adalah Ajzen (1991), dalam teori perilaku yang direncanakan (Theory of Planned Behavior). Teori of Planned Behavior mengusulkan bahwa perilaku dari individu bergantung pada intensi/niat. Niat tergantung pada Attitude Toward Behavior (tingkatan dimana keterlibatan dalam perilaku positif dihargai), Subjective Norms (tekanan sosial dari significant person dalam perilaku tertentu), dan Perceived Behavior Control (keyakinan mengenai apakah seseorang itu mampu melakukan perilaku tersebut atau tidak). Teori of Planned Behavior berhasil dalam menjelaskan berbagai jenis perilaku lingkungan, termasuk alternatif pemilihan transportasi, daur ulang dalam sektor rumah tangga, daur ulang limbah, air yang digunakan, konsumsi daging, dan perilaku umum Prolingkungan (misalnya, Harland,Staats, & Wilke, 1999; Heath & Gifford, 2002). Intensi didefinisikan sebagai dimensi kemungkinan subyektif individu untuk melakukan tingkah laku tertentu (Fishbein dan Ajzen, 1975 : 288). Intensi merupakan indikasi seberapa besar seseorang individu akan berusaha untuk memunculkan tingkah laku tertentu (Ajzen, 1988: 113). Attitude Toward Behavior adalah disposisi untuk berespons secara positif (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap benda, orang, institusi atau kejadian (Ajzen, 2005). Ajzen (2005) mengatakan sikap merupakan suatu disposisi untuk merespon secara positif atau negatif suatu perilaku. Norma subjektif didefinisikan sebagai persepsi individu tentang tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 2005). Ajzen (2005) Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

254 Arifianisa, et al. menjelaskan perceived behavioral control sebagai fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut sebagai control beliefs, yaitu belief individu mengenai ada atau tidak adanya faktor yang mendukung atau menghalangi individu untuk memunculkan sebuah perilaku. Ajzen (2005: 134) menyatakan bahwa belief-belief secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal yang kemudian akan memperngaruhi intensi seseorang dalam berperilaku di antaranya yaitu usia, jenis kelamin, etnisitas, status sosio ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, kepribadian, mood, emosi, sikap secara umum dan nilai, kecerdasan, keanggotaan suatu kelompok, pengalaman masa lalu, informasi, dukungan sosial, keterampilan dan sebagainya. Perilaku prolingkungan merupakan perilaku yang ditampilkan oleh individu untuk meminimalisir hal-hal yang membahayakan atau merugikan bagi lingkungan dan memanfaatkannya secara baik (Steg & Vlek, 2012). Variabel yang mempengaruhi perilaku Prolingkungan dalam penelitian ini diambil menjadi backgound factors. Variabel itu adalah tingkat environmental concern, usia, jenis kelamin, status sosioekonomi, urban-rural residence, agama dan politik, kepribadian dan nilai, pengalaman langsung dengan alam, serta pendidikan dan pengetahuan mengenai lingkungan. Tipe perilaku prolingkungan adalah dalam hal pengunaan air, transportasi, listrik, makanan, material, limbah dan biodiversity. C. Hasil dan Pembahasan Kontribusi Attitude Toward Behavior (ATB), Subjective Norms (SN), dan Perceived Behavior Control (PCB) secara bersama-sama berkontribusi terhadap intensi sebesar 0,631. Hal ini menunjukan bahwa ketiga variabel ini dapat memprediksi sebesar 63% terhadap intensi melakukan perilaku prolingkungan. Hal ini berarti terdapat kontribusi yang signifikan dari ketiga determinan intensi terhadap intensi perilaku prolingkungan. Sedangkan, sisanya sebesar 37% adalah kontribusi dari determinan lain di luar variabel yang diteliti. Terdapat 2 determinan pembentuk intensi yang secara signifikan mempengaruhi intensi perilaku prolingkungan. Determinan tersebut adalah Attitude Toward Behavior dan. Perceived Behavior Control. Sedangkan determinan Subjective Norms kurang signifikan dalam mempengaruhi intensi perilaku prolingkungan pada mahasiswa Unisba. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa determinan Attitude Toward Behavior memberikan kontribusi yang paling besar terhadap intensi perilaku prolingkungan sebesar 0.347. Artinya, intensi perilaku prolingkungan dipengaruhi oleh determinan Attitude Toward Behavior sebesar 34,7%. Hal tersebut berarti bahwa evaluasi terhadap konsekuensi yang didapat dari perilaku prolingkungan dan perasaan senang/tidak senang terhadap perilaku prolingkungan memberikan kontribusi cukup kuat terhadap keinginan yang kuat untuk menampilkan perilaku prolingkungan pada mahasiswa Unisba. Sikap terhadap perilaku dinyatakan dengan perasaan suka atau tidak suka terhadap perilaku tersebut yang menentukan bagaimana mahasiswa akan menampilkan perilaku prolingkungan. Terdapat 65% dari responden yang memiliki sikap yang positif terhadap perilaku prolingkungan. Attitude Toward Behavior memiliki kontribusi yang paling besar, maka dapat terlihat bahwa sebagian besar mahasiwa memiliki intensi yang kuat untuk menampilkan perilaku prolingkungan. Namun hal ini tidak sejalan dengan jumlah mahasiswa yang memiliki intensi yang kuat. Hanya terdapat 44% atau 148 dari responden yang memiliki intensi yang kuat. Hal ini menunjukan bahwa tidak setiap Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan 255 mahasiwa yang memiliki intensi yang lemah mempunyai sikap yang negatif terhadap perilaku prolingkungan. mahasiswa yang memiliki intensi yang kuat juga memiliki determinan pembentuk intensi yang kuat pula. Sedangkan pada mahasiswa yang memiliki intensi yang lemah, sebagian besar memiliki determinan pembentuk intensi yang negatif, kecuali pada determinan Attitude toward behavior. Selanjutnya, determinan yang memiliki kontribusi terbesar kedua adalah Perceived Behavior Control (PBC). Koefisien regresi pada determinan ini hampir sama dengan determinan Attitude Toward Behavior, yaitu 0.334. Hal ini berarti persepsi mahasiswa untuk mengontrol faktor hambatan dan pendukung berkontribusi terhadap intensi perilaku prolingkungan, yaitu sebesar 33%. Terdapat 37% mahasiswa yang memiliki nilai Perceived Behavior Control yang kuat. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa tersebut yakin bahwa dirinya mampu untuk menampilkan perilaku prolingkungan meskipun adanya hambatan ketika akan menampilkan perilaku prolingkungan. Selain itu, mahasiswa juga dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk tetap berperilaku prolingkungan. Seperti, membuang dan memilah sampah pada tempat sampah yang tersedia atau berusaha menggunakan kertas dua sisi. Ketika mahasiswa merasa mampu untuk melakukan perilaku prolingkungan dan mempu mengatasi hambatan yang muncul juga memanfaatkan fasilitas yang mendukungnya, menyebabkan intensi yang dimilikinya menjadi kuat untuk melakukan perilaku prolingkungan. Terdapat 63% mahasiswa yang memilki Perceived Behavior Control yang lemah, dan hampir sebagian merupakan mahasiswa yang memiliki intensi yang lemah. Meskipun banyak dari mahasiswa yang memiliki intensi yang lemah memiliki sikap yang positif, tetapi ketika kontol yang dimilikinya lemah, hal ini membuat intensi yang dimilikinya pun lemah. Selain kedua determinan pembentuk yang telah dipaparkan diatas, intensi perilaku prolingkungan juga dipengaruhi oleh Subjective Norms yaitu tekanan sosial dari orang-orang yang dianggap penting oleh mahasiswa (Significant Person) dan harapan dari orang-orang yang dianggap penting tersebut untuk menampilkan perilaku prolingkungan. determinan Subjective Norms memiliki koefisien regresi paling kecil, yaitu 0,056, dan kurang signifikan (Nilai signifikasi > 0.05). Artinya, tekanan sosial dari orang-orang yang dianggap penting bagi mahasiswa tidak terlalu memberikan kontribusi terhadap intensi berperilaku prolingkungan. Significant Person yang dimaksud adalah teman-teman, dosen dan orang tua. Berdasarkan paparan diatas, mengenai kontribusi ketiga determinan pembentuk intensi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki intensi yang kuat untuk melakukan perilaku prolingkungan adalah mahasiswa yang memiliki sikap yang positif dan kontrol yang kuat dalam mengatasi hambatan yang muncul ketika melakukan perilaku prolingkungan. Selain itu, mahasiswa yang memiliki intensi yang kuat menyukai perilaku prolingkungan, memiliki dorongan untuk memenuhi haraoan dari significant person untuk melakukan perilaku prolingkungan dan mampu mengatasi hambatan yang muncul. Terdapat 56 % dari responden memiliki intensi yang lemah untuk melakukan perilaku prolingkungan. Hal ini berarti bahwa hampir sebagaian besar mahasiswa unisba memiliki intensi perilaku prolingkungan yang lemah. Mahasiswa tersebut cenderung memandang dirinya tidak mampu mengatasi hambatan yang muncul ketika menampilkan perilaku prolingkungan, misalnya, pengorbanan waktu atau menjadi lebih hemat dalam penggunaan kertas. Meskipun data menunjukan mahasiswa yang memilki intensi lemah, namun tetap memiliki sikap yang positif tehadap perilaku Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

256 Arifianisa, et al. prolingkungan, hal ini bisa terjadi karena intensi dipengaruhi oleh dua determinan pembentuk lainnya (Subjective Norms dan Perceived Behavior Contol). D. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis korelasional dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Attitude Toward Behavior dan Perceived Behavior Control merupakan determinan pembentuk intensi yang secara signifikan berkontibusi membentuk derajat kekuatan intensi perilaku prolingkungan. 2. Determinan yang paling berkontribusi terhadap pembentukan intensi perilaku prolingkungan adalah determinan Attitude Toward Behavior. Artinya sikap mahasiswa mengenai perilaku prolingkungan mempengaruhi kekuatan intensi perilaku prolingkunan. Semakin positif sikap yang dimiliki oleh mahasiswa maka semakin kuat pula intensi perilaku prolingkungan. 3. Sebanyak 44% (148 orang) mahasiswa memiliki intensi yang tinggi untuk melakukan perilaku prolingkungan. Hal ini menunjukan bahwa kurang dari setengah jumlah responden memiliki intensi yang kuat untuk melakukan perilaku prolingkungan. Daftar Pustaka Ajzen, I. 1988.Attitudes, Personality, and Behavior. Milton-Keynes, England: Open. University Press & Chicago, IL: Dorsey Press. Ajzen.I.1991.The Theory of Planned Behavior.Organizational Behavior and Human Decision Processing. University Press & Chicago, IL: Dorsey Press Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. Milton Keynes : Open University Press Maloney, M.P., & Ward, M.P., 1973. Ecology: let s hear from the people: an objective scale for the measurement of ecological attitudes and knowledge, American Psychologist, Vol. 7, 583-6. Beck, Ulrich., 2003.Toward a New Critical Theory with a Cosmopolitan Intent. Blackwell Publishing Ltd., Constellations Volume 10, No 4, 2003 Gifford, R., & Comeau, L. (2011). Message framing influences perceived climate change competence, engagement,and behavioral intentions.global Environmental Change.Pasific University. Volume 2, No.1, Tahun 2016