ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG Sitanggang, Yanshen Manatap Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Email : Yanshen_simanjuntak@yahoo.com Abstrak Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Pemotongan Babi (RPB) Pemerintah Kota Bandung (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan) Jl. Arjuna No. 45 Ciroyom Bandung dari tanggal 25 Mei sampai 15 Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan teknis RPB Ciroyom dan mengetahui kelayakan finansial pengembangan usaha RPB yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia di Kota Bandung ditinjau dari performa investasi dan performa keuangan. Analisis kelayakan teknis menggunakan kuisioner yang dirancang berdasarkan SNI 01-6159-1999 dan keputusannya dalam bentuk persentasi. Analisis kelayakan finansial yang ditinjau dari performa investasi menggunakan perhitungan Cost Benefit Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Kelayakan finansial yang ditinjau dari performa keuangan menggunakan proyeksi arus kas (Cash Flow). Hasil penelitian diperoleh kelayakan teknis RPB Ciroyom tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan SNI. Hasil dari analisis kelayakan finansial diperoleh BCR 1,02, NPV 116.697.137 IRR 26,8% dan cash flow Rp 230.092.500 sehingga usaha pengembangan layak dijalankan. Kata kunci : Babi, Pemotongan, Teknis, Finansial. Abstract This research has been done in the Pig Slaughter House in Bandung (Department of Agriculture and Food) at Arjuna. No 45 Ciroyom from May 25 until June 15, 2012. This research useful to know how the technical feasibility and to know the financial feasibility business development of Pig Slaughter House with National Standards of Indonesia in Bandung terms of investment performance and financial performance. Technical feasibility analysis using a questionnaire that was designed based on SNI 01-6159-1999. Financial feasibility analysis in terms of investment performance calculation using Benefit Cost Ratio (BCR) and Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR). Financial feasibility in terms of financial performance using cash flow projections (Cash Flow). The results obtained by technical feasibility of Pig Slaughter House Ciroyom is still not feasible with SNI Standard. The results obtained from the analysis of financial feasibility BCR 1,02, NPV 116.697.137, IRR 26,8% and cash flow Rp 230.092.500 so that the business development of Pig Slaughter House is feasible. Keywords: Pig, Slaughter, Technical, Financial
Pendahuluan Kota Bandung memiliki satu RPB Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana yang terletak di Jalan Arjuna No.45 Ciroyom dan termasuk ke dalam kelas D. Bangunan RPB Ciroyom ditetapkan sebagai cagar budaya dimana bangunan dan sebagian peralatannya merupakan peninggalan Belanda yang harus dilestarikan. Bangunan semuanya berfungsi dengan baik namun beberapa bangunan sudah tidak dimanfaatkan Operasional RPB Ciroyom harus disesuaikan dengan Standar yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional yaitu SNI 01-6159-1999 dan dilakukan analisis kelayakan teknis yang berkaitan dengan fungsi RPB Ciroyom sebagai sarana pelayanan masyarakat. Penyesuain RPB Ciroyom menjadi RPB ideal menurut SNI merupakan suatu bentuk pengembangan usaha dimana harus dilakukan suatu analisis kelayakan finansial terlebih dahulu. Analisis kelayakan finansial dilakukan agar pengembangan usaha tidak mengalami kerugian. kelayakan teknis RPB Ciroyom dan mengetahui kelayakan finansial pengembangan usaha RPB Ciroyom yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Metode Analisis. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan kuesioner yang telah disusun dan observasi langsung. Adapun jenis data primer yang digunakan merupakan biaya tambahan (incremental cost) dan pendapatan tambahan (incremental benefit) Data sekunder diperoleh dari toko bangunan, toko peralatan pemotongan, toko laboratorium, konsultan bangunan dan situs internet. Data sekunder yang digunakan antara lain harga peralatan dan harga bangunan serta harga lain yang berkaitan. Hasil dan Pembahasan A. Analisis Kelayakan Teknis
Tabel 1. Hasil kuesioner Uraian Sesuai SNI Tidak SNI Lokasi Sarana/Prasarana Bangunan Peralatan Higiene karywan Pengawasan Kesehatan Kendaraan Pengangkut Ruang Pendingin/Pelayuan Ruang Pembeku. Ruang Pembagian Karkas Laboratorium Kuesioner dibagai menjadi 11 bagian pokok yang diambil berdasarkan ringkasan SNI 01-6159-1999. Hasil kuesioner menunjukkan RPB Ciroyom belum sesuai dengan SNI, hal ini dikarenakan tidak berfungsinya banguanan, ruangan dan peralatan yang seharusnya digunakan saat proses pemotongan hingga menjadi karkas. B. Analisis kelayakan Finansial 1. Pengeluaran (biaya) a) Biaya Tetap Tambahan (incremental fixed cost) RPB Ciroyom sesuai SNI. Total biaya tetap tambahan sebesar Rp 97.490.000 b) Biaya Operasional Tambahan (incremental variable cost) Biaya Operasional Tambahan adalah biaya operasional yang diperlukan untuk melakukan pengembangan RPB. Besarnya biaya operasional tergantung pada jumlah dan pemakaian teknis yang tersedia. Akibat adanya penambahan bahan untuk pengembangan RPB Ciroyom maka akan menimbulkan penambahan biaya operasional. Besarnya total biaya operasional tambahan adalah Rp 789.588.000 2. Pendapatan (benefit) a) Pendapatan sebelum pengembangan. Pendapatan sebelum pengembangan berasal dari besarnya tarif jasa pemotongan yang dibebankan kepada konsumen pemotongan sebesar Rp18.250 dengan rincian antara lain izin pemotongan Rp2.500, Biaya tetap tambahan diperoleh dari sewa kandang Rp750 dan biaya pemotongan biaya yang dikeluarkan untuk penyesuaian Rp15.000.
Pendapatan setiap hari dijumlahkan sebanyak jumlah hari pada tiap bulannya dan diproyeksikan selama satu tahun. Besarnya pendapatan setiap tahun adalah Rp 199.837.500. b) Biaya Minimal Pemotongan. Biaya minimal pemotongan merupakan penyesuaian biaya pemotongan. Besarnya biaya minimal pemotogan mengggunakan sehingga tidak ada benefit tambahan pada bulan pertama. Penggunaan tarif pengembangan dimulai dari bulan kedua dalam tahun pertama sehingga diperoleh besarnya benefit tambahan pada tahun pertama adalah Rp 764.025.000. Pada tahun ke-2 incremental benefit sudah menggunakan tarif pengembangan. Asumsi pada tahun ke-3 sampai tahun ke-10 perhitungan Break Even Point sehingga memiliki total incremental benefit yang sama diperoleh hasil biaya minimal pemotongan Rp73.000/ekor. c) Pedapatan Tambahan. Pendapatan tambahan merupakan pendapatan yang diperoleh setelah adanya penyesuaian tarif pemotongan. Jumlah tarif pemotongan diperoleh dari penambahan biaya minimal pemotongan dengan sewa kandang, dan izin pemotongan usaha yaitu Rp73.000 +Rp 750 + Rp2.500 menjadi Rp 76.250 tiap ekor. Pada bulan pertama masih menggunakan tarif pemotongan lama sebelum pengembangan karena dibulan pertama sedang terjadi pembangunan investasi dengan tahun ke-2 karena jumlah pemotongan dan tarif pemotongan yang sama dengan tahun ke-2 sehingga diperoleh total pendapatan tambahan sebesar Rp 834.937.500. 3. Performa Investasi Kelayakan finansial yang ditinjau dari performa investasi dapat diketahui melalui perhitungan BCR, NPV dan IRR. Tabel 2. Hasil Perhitungan kriteria investasi Uraian Sebelum Pengembangan Pengembangan Rp 76.250 Rp 18.250 BCR 0,24 1,02 NPV -3.712.388.796 116.697.137 IRR 0 26,8% Hasil perhitungan performa investasi menunjukkan bahwa pengembangan usaha
RPB Ciroyom dinilai layak dilakukan jika adanya penyesuaian biaya pemotongan karena hasil perhitungan telah memenuhi syarat kelayakan kriteria investasi. 4. Performa Keuangan. Kelayakan finansial yang ditinjau dari performa keuangan dapat diketahui melalui proyeksi arus kas (cash flow). Hasil proyeksi performa keuangan menunjukkan bahwa usaha pengembangan RPB Ciroyom layak dilakukan karena saldo kas akhir tahun proyek bernilai positif yaiitu Rp 230.092.500. Kesimpulan. 1. RPB Ciroyom secara teknis belum sesuai dengan Standar Nasional Indonesia karena sarana dan prasarana yang belum lengkap dan tidak difungsikannya sebagian peralatan. 2. Usaha pengembangan Rumah Pemotongan Babi Ciroyom agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-6159-1999) secara finansial layak dilakukan dengan adanya penyesuaian tarif pemotongan. Saran 1. Rumah Pemotongan Babi Ciroyom belum sesuai dengan SNI 01-6159-1999 sehingga harus dilakukan penyesuaian dengan standar yang telah ditetapkan karena fungsinya sebagai sarana pelayanan masyarakat yang harus menjamin kesehatan masyarakat veteriner. 2. Pengembangan RPB Ciroyom secara finansial harus disesuaikan dengan peningkatan biaya pemotongannya agar layak dilakukan Daftar Pustaka Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Achmad. 2004.Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Ernan, R. 2007. Perencanaan Pengembangan Wilayah, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ibrahim Yakob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.