IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS ESA UNGGUL

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

Universitas Negeri Malang

Belajar yang Efektif dan Kreatif

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *)

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016

PERBEDAAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia

PROFIL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA ADABIAH 2 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG. Oleh: ABSTRACK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

This study entitled "Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang"

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR MAHASISWA. Jeanete Ophilia Papilaya, Neleke Huliselan. Abstract. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS GAYA BELAJAR SISWA. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

Oleh : ARLINDA IKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

GAYA BELAJAR DOMINAN PADA SISWA BERPRESTASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 GOMBONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB IV ANALISIS IMPLIKASI METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS ANAK DI LEMBAGA PENDIDIKAN PRA SEKOLAH ROUDHOH

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. baru agar pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

GAYA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA KEPULAUAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH PRATIWI KARZA F

Tanta Lecturer at Cenderawasih University. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

Transkripsi:

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 Harlinda Syofyan 1Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara No. 9, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta - 11510 soflynda@esaunggul.ac.id Abstract Many students still do not realize and understand their own learning style, so that the study about is necessary to be conducted to students of PGSD. The study aimed to describe the learning styles of students PGSD at Esa Unggul University. The study used descriptive method, and the data collection instruments are questionnaire and interview as well as observation. The study result shows that Visual Learning Style dominated with 43% of the number students, 33% of students are auditory Learning Style, and the least is Kinesthetic Learning Style, with 24%. Based on this study, it is suggested that the lecturers of PGSD consider the result of the study. Keywords: learning style, visual, auditory, and kinesthetic Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyak mahasiswa yang belum mengetahui dan menyadari gaya belajarnya sendiri, sehingga dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui gaya belajar yang dimiliki mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya belajar mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Esa Unggul Angkatan 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu angket atau kuesioner dan wawancara serta observasi sebagai pendukung data hasil penelitian. Dalam penelitian terdapat 36 item pernyataan dalam angket dengan 21 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Esa Unggul adalah gaya belajar Visual mendominasi sebanyak 9 responden dengan jumlah persentase 43%, untuk gaya belajar auditorial sebanyak 7 responden dengan presentase 33%, dan untuk modalitas kinestetik sebanyak 5 responden dengan prosentase 24%. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Esa Unggul memiliki gaya belajar Visual. Oleh sebab itu, disarankan agar pihakpihak yang terkait dengan proses belajar mengajar mempertimbangkan temuan ini untuk mencapai tujuan di atas termasuk melakukan penelitian lanjutan terkait besaran pengaruh gaya belajar terhadap prestasi mahasiswa. Kata kunci: gaya belajar, visual, auditorial, kinestetik. Pendahuluan Setiap anak yang dilahirkan memiliki karakteristik kemampuan otak yang berbeda-beda dalam menyerap, mengolah, dan menyampaikan informasi. Belajar merupakan aktivitas mental yang melibatkan kemampuan otak dalam menyerap, mengolah, dan menyampaikan informasi. Tentu saja bahwa belajar bukanlah hanya kegiatan menghafal saja. Banyak hal yang akan hilang (bersifat tidak permanen) dalam beberapa jam. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, 70 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

peserta didik harus mengolah informasi tersebut dan memahaminya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini menuntut dosen sebagai tokoh sentral dalam kegiatan pembelajaran di kampus harus mempunyai persiapan yang matang, merespon secara positif terhadap kegiatankegiatan yang dilaksanakan, karena tugas dosen dalam dunia pendidikan sangat penting yaitu tidak hanya merubah peserta didik dari hal yang tidak tahu menjadi tahu, namun dosen juga berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan cara mendidik. Universitas Esa Unggul sebagai salah satu perguruan tinggi swasta yang mengemban fungsi untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia salah satunya dibidang pendidikan yang mandiri dan memiliki integritas sesuai dengan tuntutan pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, memiliki visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis intelektual, kreatifitas dan kewirausahaan, yang unggul dalam mutu pengelolaan dan hasil pelaksanaan Tri dharma Perguruan Tinggi dan visinya untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan relevan, menciptakan suasana akademik yang kondusif, dan memberikan pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan. Untuk mencapai semua itu harus dengan belajar secara terus menerus. Belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai yang di harapkan. Menjadi orang yang sukses merupakan harapan bagi semua mahasiswa baik sukses dalam bidang akademik maupun bidang nonakademik. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Esa Unggul sangat kompleks dan berasal dari berbagai suku di Indonesia. Kadang-kadang seorang dosen mengeluh mengapa materi yang sudah disampaikan sulit diterima oleh mahasiswa. Sebagian besar pula mahasiswa merasa terpaksa dalam mengikuti perkuliahan, tidak jarang mahasiswa beranggapan mengikuti perkuliahan karena itulah satu-satunya cara untuk lulus mata kuliah. Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan dan tidak akan mudah bagi mahasiswa untuk berkonsentrasi belajar jika mahasiswa tersebut merasa terpaksa. Namun, mahasiswa selalu mencari cara yang terbaik supaya dapat belajar dan dapat menerima materi perkuliahan dengan baik. Oleh sebab itu, dosen perlu mencari jalan keluar untuk menanggulangi masalah tersebut, yaitu dengan cara mengenali gaya belajar masing-masing mahasiswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi lebih pandai tetapi dengan mengenal gaya belajar seseorang akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Jadi, dengan mengenali gaya belajar setiap mahasiswa, seorang dosen bisa dengan mudah menerapkan model atau metode yang 71 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

cocok untuk mata kuliah yang akan di ajarkan, dengan begitu mahasiswa pun akan lebih mudah memahami mata kuliah yang di ajarkan oleh dosen mata kuliah tersebut. Karena, mahasiswa dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan cara menemukan. Cara belajar mahasiswa yang berananeka ragam tersebut disebut sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, etnis dan secara khusus melekat pada setiap individu. Gaya belajar itu sendiri dapat didefenisikan sebagai cara seseorang dalam menerima hasil belajar dengan penerimaan tingkat optimal dibandingkan dengan cara yang lain.setiap siswa memilki gaya belajarnya masing-masing, pengenalan gaya belajar sangat penting bagi guru, dengan itu guru mengetahui gaya belajar siswa maka guru mengetahui teknik yang terbaik dalam pelajaran, selain itu juga gaya belajar dapat diandalkan sebagai penggalian potensi siswa dalam pelajaran, mengetahui kadar potensinya dalam memahami suatu konsep pelajaran, sehingga dalam dunia pelajaran tidak ada lagi penyebutan anak yang bodoh, karena setiap anak itu mempunyai potensi masing-masing dalam menunjukkan keahliannya dalam suatu konsep pelajaran. Selain dari perkembangan zaman yang banyak menuntut anak-anak harus mampu mengikuti zaman yang canggih dengan tingkat daya saingnya tinggi, dunia pendidikan melahirkan suatu konsep mengikuti gaya belajar mahasiswa agar bisa berkembangan tanpa tekanan dan keteganggan yang mengangap sesuatu itu adalah menegankan dan malas mengikutinya karena kejemuan terhadap pelajaran bahkan mungkin cara guru yang mengajar, ini cenderung membuat mahasiswa malas dalam belajar dan memilih main-main ketimbang belajar. Berangkat dari sinilah pendidikan berkaca, bagaimana caranya mendesain pendidikan semenarik mungkin demi kemajuan potensi anak bangsa, selain itu juga mengambil inisiatif simpati pemuda akan penting nya pendidikan itu, karena bisa dipastikan jika pemuda suatu bangsa itu tidak lagi peduli akan pendidikan maka kehancuran negara didepan mata. Oleh karena itu gaya belajar adalah salah satu cara seseorang dalam memahami dan membangun pengetahuannya untuk berupaya dari tidak tahu menjadi tahu. Meskipun program yang akan dikembangkan bagi dinas pendidikan demi kemajuan bangsa walaupun gaya belajar bukan satu-satunya program pemerintah demi kemajuan siswa tapi gaya belajar ini sudah banyak membantu siswa dalam pengembangan dirinya disekolah. Di lingkungan FKIP, khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar belum pernah dilakukan penelitian tentang kecenderungan gaya belajar. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Gaya Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Esa Unggul. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah dasar FKIP Universitas Esa Unggul. Manfaat Penelitian 1. Untuk mahasiswa: Dengan mengetahui gaya belajar masingmasing mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dapat meningkatkan hasil belajar. 2. Untuk dosen: Dapat mempermudah dalam proses pengajaran khususnya dalam menentukan model dan metode 72 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

yang akan diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Untuk peneliti: Untuk menambah wawasan peneliti sebagai seorang Dosen, sehingga setelah peneliti memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kecendrungan gaya belajar, maka dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran selanjutnya. 4. Untuk Universitas: Memudahkan universitas sebagai penyelenggara pendidikan agar dapat lebih memudahkan dalam proses pengajaran dan dapat langsung memberikan kepada mahasiswa tentang penerapanpenerapan gaya belajar dan komponen pembelajaran. Teori Terkait Pengertian Gaya Belajar Sebagian mahasiswa lebih suka dosen mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Akan tetapi sebagian mahasiswa lebih suka dosen mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada mahasiswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Menurut Kolb (dalam Gufron dan Risnawita 2012: 11) gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, yang pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Sedangkan menurut Gunawan (dalam Gufron dan Risnawita 2012: 11) gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat di simpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu metode atau cara yang cendrung dimiliki dan disukai oleh masing-masing individu dalam melakukan kegiatan belajar, berfikir, memproses dan memahami suatu informasi. Menurut Nasution (dalam Ghupron & Risnawita 2012 : 39), para peneliti kemudian mengklasifikasikan adanya gaya belajar siswa sesuai kategori-kategori sebagai berikut: a. Tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kemudian sering disebut gaya belajar. Lain dari pada itu, pengajar juga mempunyai gaya mengajar sendiri-sendiri. b. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu. c. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar dapat mempertinggi efektivitas belajar. Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas kurikulum, administrasi, dan proses mengajar-belajar. Masalah ini sangat kompleks, sulit, memakan waktu banyak, biaya yang tidak sedikit, frustasi. Menurut Howard Gardner modalitas belajar tersebut dapat dikarakteristik menjadi gaya belajar auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic. Visual Orang yang memiliki gaya belajar Visual, belajar dengan menitikberatkan ketajaman penglihatan. Artinya, buktibukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Ciri-ciri orang yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya. Konkretnya, yang bersangkutan lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi 73 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

bergambar. Selain itu, mereka memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, di samping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya mereka memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan. Beberapa karakteristik Visual adalah : a. Senantiasa melihat memperhatikan gerak bibir seseorang yang berbicara kepadanya. b. Cenderung menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu. c. Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai untuk mendengarkan orang lain. d. Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan. e. Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan. f. Biasanya orang yang Visual dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut/ramai tanpa merasa terganggu. Auditory Auditory Orang yang memiliki gaya belajar auditory, belajar dengan mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya lebih dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Beberapa ciri seorang auditory antara lain: a. Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok. b. Mengenal banyak sekali lagu/iklan TV, c. Suka berbicara. d. Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik. e. Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya. f. Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis. g. Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya. Kinestetik Orang yang memiliki gaya belajar, kinesthetic mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk manis berlama-lama mendengarkan penyampaian informasi. Tak heran kalau individu yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim di samping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Mereka yang memiliki karakteristik-karakteristik di atas dianjurkan untuk belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, semisal bekerja di lab atau belajar yang membolehkannya bermain. Cara sederhana yang juga bisa 74 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya. Orang yang memiliki gaya belajar Kinesthetic biasanya memiliki karakteristik: a. Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya. b. Sulit untuk berdiam diri. c. Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan. d. Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik. e. Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar f. Mempelajari hal-hal yang abstrak merupakan hal yang sangat sulit. Selanjutnya menurut DePorter & Hernacki (2001), karakteristik perilaku individu ketiga cara belajar adalah sebagai berikut: Cara Belajar Visual Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1. rapi dan teratur 2. berbicara dengan cepat 3. mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik 4. teliti dan rinci 5. mementingkan penampilan 6. lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 7. mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual 8. memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik 9. biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar 10. sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis) 11. merupakan pembaca yang cepat dan tekun 12. lebih suka membaca daripada dibacakan 13. dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan. 14. jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara 15. lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain 16. sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak 17. lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah 18. lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik 19. seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata Cara Belajar Auditory Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1. sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja 2. mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik 3. lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca 4. jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras 5. dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara 6. mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita 7. berbicara dalam irama yang terpola dengan baik 8. berbicara dengan sangat fasih 9. lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya 10. belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat 75 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

11. senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar 12. mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi 13. lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya 14. lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik Cara Belajar Kinestetik Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1. Berbicara dengan perlahan 2. Menanggapi perhatian fisik 3. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka 4. Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain 5. Banyak gerak fisik 6. Memiliki perkembangan otot yang baik 7. Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi 8. Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung 9. Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca 10. Banyak menggunakan bahasa tubuh (nonverbal) 11. Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama 12. Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut 13. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi 14. Pada umumnya tulisannya jelek 15. Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik) 16. Ingin melakukan segala sesuatu Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingatingat kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dll. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Esa Unggul PGSD merupakan jurusan yang menyiapkan mahasiswa menjadi guru yang akan mendidik anak usia 6-12 tahun (SD). Jurusan yang menjadi favorit bagi siswa SMA yang melirik untuk terjun di dunia kependidikan. Disana diajarkan semua materi pelajaran anak SD, mulai dari matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia, Pkn, IPS, IPA dan lainnya. Jurusan ini merupakan salah satu jurusan pembentuk kepribadian. Kepribadian santun, disiplin, pintar, dan berjiwa sosial akan didapatkan di jurusan ini. Guru SD merupakan guru pembentuk kepribadian mendasar dari seseorang. Guru SD merupakan pemberi pondasi ilmu yang nantinya berguna untuk ke jenjang sekolah selanjutnya. Adapun profil lulusan PGSD Universitas Esa Unggul adalah sbb: 1. Lulusan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkepribadian yang ditunjukkan dengan prilaku guru sekolah dasar yang mengutamakan 76 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

nilai-nilai disiplin, arif, bijaksana, hidup sehat dan bugar. 2. Lulusan yang mampu merancang, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran di sekolah dasar yang mengacu pada pencapaian tujuan belajar baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. 3. Lulusan yang menguasai materi pembelajaran, metodologi pembelajaran dan dapat merancang media pembelajaran yang interaktif yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran operasional konkrit di tingkat sekolah dasar. 4. Lulusan yang menguasai ilmu mendidik sehingga dapat menerapkan didaktik-metodik dalam menumbuhkembangkan peserta didik di tingkat sekolah dasar. 5. Lulusan yang mampu mengembangkan bidang keilmuannya melalui penelitian tindakan kelas berbasis pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan IPTEK, berwawasan global, kreatif, dan inovatif. 6. Lulusan yang mampu berkomunikasi empatik dan berjiwa kewirausahaan serta memenuhi kebutuhan masyarakat di tingkat sekolah dasar. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2015 dan bertempat di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Esa Unggul. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kelas reguler Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2013 FKIP Universitas Esa Unggul yang secara administratif dinyatakan aktif sebagai mahasiswa. Sampel penelitian adalah sampel total atau seluruh mahasiswa reguler Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar sebanyak 21 Orang. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu observasi dan penyebaran angket. Observasi adalah untuk mengetahui data awal berupa jumlah populasi dan sampel serta keadaan riil gaya belajar mahasiswa. Angket adalah untuk mengambil data primer dari mahasiswa tentang gaya belajar. Langkah-langkah penelitian 1. Observasi keadaan tempat penelitian 2. Membuat angket yang pertanyaannya berhubungan dengan gaya belajar 3. Menyebarkan angket ke seluruh mahasiswa yang dijadikan sampel 4. Mengumpulkan angket yang sudah dijawab mahasiswa 5. Skoring angket 6. Tabulasi hasil jawaban angket dari mahasiswa 7. Menganalisis hasil. Analisis Data Data yang didapatkan diolah menggunakan teknik analisis statistik deskriprif yang diperkuat dengan anlaisis deskriptif kualitatif. Hasil dan Pembahasan Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di depan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan bagaimana gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Esa Unggul. Setelah melakukan pengambilan data terhadap sampel dari 21 mahasiswa, 77 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

penelitian ini menemukan bahwa kecendrungan gaya belajar mahasiswa Prodi PGSD ditinjau dari prefensi sensorinya adalah 43% Visual; 33% Auditorial; dan 24% Kinestetik. Data tersebut menunjukkan bahwa kecendrungan karakteristik gaya belajar mahasiswa dari sudut preferensi sensorinya lebih cenderung auditorial dibanding visual dan kinestetik. Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Kecendrungan Modalitas Preferensi Sensori Mahasiswa Prodi PGSD 2013 Modalitas Frekuensi % Preferensi Sensori Visual Audiotorial Kinestetik 9 7 5 43 33 24 Jumlah 21 100 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa kecendrungan gaya belajar mahasiswa prodi PGSD ditinjau dari preferensi sensorinya secara umum adalah campuran modalitas visual, auditorial, dan kinestetik, yang mana modalitas auditorinya lebih menonjol daripada kinestetik dan visualnya. Visual 43 % Auditorial 33 % Kinestetik 24 % Gambar 1. Grafik Histogram Presentase Gaya Belajar Preferensi Sensori Mahasiswa Prodi PGSD Mencermati data-data di atas menunjukkan bahwa kecenderungan preferensi sensori mahasiswa prodi PGSD 2013 adalah gaya belajar visual, walaupun secara umum cenderung memiliki preferensi sensori campuran. Ini berarti bahwa gaya belajar mahasiswa prodi PGSD dalam menyerap informasi belajarnya secara umum adalah menggunakan sensori mata, telinga, dan gerak/kinestetik. Penemuan ini memberikan implikasi kepada para dosen di lingkup prodi PGSD tentang pentingnya menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi atau penggunaan metode dan media pembelajaran yang memperhatikan dan yang mampu merangsang aspek visual, audio, dan gerak mahasiswa. Penggunaan metode dan media yang hanya menyentuh aspek auditorial saja seperti penggunaan metode ceramah dan media radio, berdasarkan penelitian ini berarti pesan pembelajaran yang disampaikan dosen kemungkinan terserap oleh mahasiswa hanya sekitar 54% saja. Begitu juga dengan penggunaan metode dan media yang hanya menyentuh aspek visual dan auditorial saja, seperti penggunaan metode ceramah dan media LCD. Berdasarkan penelitian ini berarti pesan pembelajaran yang disampaikan dosen kemungkinan terserap oleh mahasiswa hanya sekitar 81%. Jika proses pembelajaran di lingkup prodi PGSD selama ini hanya cenderung menggunakan metode ceramah dan media LCD saja, tanpa mengaktifkan siswa untuk mengalami belajar sendiri seperti diskusi dan presentasi, maka ini berarti proses pembelajaran yang berlangsung selama ini belum mampu memberikan bekal kompetensi materi ajar kepada mahasiswa secara lebih efektif dan efisien atau secara optimal. Dengan demikian, untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerima pesan materi perkuliahan serta meningkatkan kualitas perkuliahan di lingkup prodi PGSD, hendaknya para dosen dapat memanfaatkan metode dan media pembelajaran yang bervariasi daan memperhatikaan aspek visual, auditorial, dan kinestetik mahasiswa, agar pembelajaran bisa berlangsung secara lebih efektif dan efisien. 78 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016

Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kecenderungan modalitas preferensi sensori mahasiswa prodi PGSD secara umum adalah campuran antara modalitas Visual(43%); Auditorial (33%); dan Kinestetik (24%), yang mana kecenderungan modalitas Visual menempati porsi tertinggi dibandingkan kinestetik dan auditorialnya. Daftar Pustaka DePorter, N. & Hernacki, M, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (terjemahan Alwiyah Abdurahman), bandung; Kaifa, 1999 https://maukulia.wordpress.com/2013/11 /07/belajar-apa-ya-di-jurusanpendidikan-guru-sekolah-dasarpgsd/. (diakses 20 Agustus 2015 jam 11.00 WIB) Kolb, D.A. 1985. Learning Style Inventory Self Scoring Inventory and Interpretation Buukit. Boston, NA: MCBER and Company M. Nur Ghufron & Risnawita, Gaya Belajar: Kajian Teoritik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 www.esaunggul.ac.id (diakses 22 agustus 2015 jam 13.00 WIB 79 Eduscience - Volume 1 Nomor 2, Februari 2016