BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

MEMUTUSKAN. Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Resort

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

TATA GEREJA (GKKA INDONESIA)

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

RANCANGAN TATA TERTIB MUSYAWARAH LOKAL XII ORARI LOKAL GARUT

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

Spiritualitas Penatalayanan

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA UMUM BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

Gembala Jemaat adalah pemimpin regu, untuk memberikan sokongan rohani dan arah pada jemaat Ketua Jemaat penolong Pendeta dalam kepemimpinan

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KETUA UMUM DHARMA WANITA PERSATUAN NOMOR : 527 TAHUN 2014 TANGGAL : 10 DESEMBER 2014

TATA TERTIB MUSYAWARAH PROVISI DPD HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan Dan Kursus Indonesia) PROVINSI LAMPUNG. Pasal 1 NAMA DAN STATUS

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL II PERSATUAN HATOPAN RAJA TOGA SITOMPUL DAN BORU TAHUN 2017 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON)

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

KATA PENGANTAR. Manado, Agustus Pengurus Pusat Departemen Pemuda dan Anak Gereja Bethel Indonesia TATA KERJA DPA GBI

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA MAX OWNERS (IMO) BAB I PRINSIP DASAR DAN KODE KEHORMATAN. Pasal 2 Kode Kehormatan

KERANGKA ACUAN KONGRES XVI MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA JAKARTA, 2 4 NOVEMBER 2016

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

KEPUTUSAN KETUA IA Del. NOMOR: 04/IA Del/SK/X/2008 TENTANG PENGESAHAN AD/ART IKATAN ALUMNI DEL

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina

MAJELIS MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS KETETAPAN MUSYAWARAH MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

ANGGARAN DASAR. Research Study Club Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 62 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

AD/ART Organisasi FORMASA MALANG (Forum Mahasiswa Sasak Malang)

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 001 TAHUN 2015

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I

Lampiran II Keputusan Musyawarah Nasional Asosiasi Karoseri Indonesia Ke VI Tahun 2012 Nomor : KEP-O4/MUNAS/VI/2012 Tanggal 01 Juli 2012

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMK NEGERI 5 DENPASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)

TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02/TAP/BPM FMIPA UI/III/16.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

Transkripsi:

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi kepemimpinan dalam tubuh GKI SULSEL. PASAL 14 : SYARAT-SYARAT CALON BADAN PENGURUS SINODE 1. Telah menjadi anggota Jemaat GKI SULSEL minimal 4 (empat) tahun. 2. Telah berkeluarga dan berusia minimal 30 (tiga puluh) tahun. 3. Suami isteri adalah anggota jemaat GKI SULSEL. 4. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan anggota Badan Pengurus Sinode lainnya. 5. Menjalankan semua kewajiban keanggotaan GKI SULSEL yang tercantum dalam pasal 5 ayat 2. 6. Sebaiknya telah pernah menjabat bidang pelayanan di lingkungan GKI SULSEL minimal 4 (empat) tahun. 7. Tidak sedang dalam jabatan Majelis Jemaat, terkecuali Ketua Sinode yang merangkap adalah Hamba Tuhan di salah satu Jemaat. 8. Tidak berada di bawah penggembalaan khusus. 9. Memiliki pemahaman Firman Allah sesuai I Timotius 3 : 8 13. 10. Ayat 1, 2 dan 6 ditujukan bagi jemaat di luar Hamba Tuhan. PASAL 15 : TUGAS DAN WEWENANG BADAN PENGURUS SINODE 1. Memimpin dan mengkoordinir Majelis-majelis jemaat anggota untuk mengembangkan GKI SULSEL sesuai dengan rencana pengembangannya. 2. Memperlengkapi Majelis-majelis Jemaat melalui program-programnya supaya panggilan dan tugas Gereja dapat dilaksanakan. 3. Bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang dilakukan atas nama Sinode GKI SULSEL. 4. Bertanggung jawab atas pemberlakuan ketentuan-ketentuan Tata Gereja dan Tata Tertib GKI SULSEL oleh setiap jemaat anggota serta pelaksanaan keputusankeputusan persidangannya. 5. Mempersiapkan dan menyelenggarakan Persidangan Raya Sinode dengan memberitahukan 3 (tiga) bulan sebelumnya. 6. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban masalah-masalah serta usul-usul kepada Persidangan Raya Sinode. 7. Dalam rangka penggembalaan, Badan Pengurus Sinode dapat menyelenggarakan pelawatan kepada jemaat anggota. 8. Dalam hal-hal mendesak dan dianggap perlu, Badan Pengurus Sinode dapat mengambil kebijaksanaan mengenai hal-hal yang tidak diatur oleh Persidangan Raya Sinode sejauh tidak bertentangan dengan Tata Gereja dan Tata Tertib GKI

SULSEL. Pengambilan kebijaksanaan itu dipertanggungjawabkan kepada Persidangan Raya Sinode berikutnya. 9. Mewakili GKI SULSEL sebagai Badan Hukum di dalam atau di luar pengadilan melalui Ketua dan Sekretaris, mewakili GKI SULSEL dalam badan-badan oikumene dengan menunjuk dan melimpahkan wewenangnya kepada beberapa anggotanya untuk bertindak atas nama Sinode GKI SULSEL. 10. Dalam rangka memenuhi panggilan dan tugas GKI SULSEL, Badan Pengurus Sinode bertanggungjawab atas kelangsungan hidup bersama antar jemaat anggota dan Gereja-gereja lain dalam rangka oikumene. 11. Untuk membantu tugas pelayanan Badan Pengurus Harian, maka dibentuk Badan Pengurus Wilayah yang diatur dalam Tata Laksana Sinode. 12. Membuat Laporan Pertanggungjawaban Pelayanan dalam Persidangan Sinode. 13. Rapat Badan Pengurus Sinode dalam masa jabatannya minimal dilaksanakan 2 (dua) kali. PASAL 16 : SUSUNAN BADAN PENGURUS SINODE 1. Keanggotaan Badan Pengurus Sinode merupakan wakil-wakil dari tiap jemaat anggota. 2. Jumlah anggota Badan Pengurus Sinode disesuaikan menurut kebutuhan dan perkembangannya. Dalam susunan Badan Pengurus Sinode minimal terdapat Ketua, Sekretaris dan Bendahara. 3. Ketua Badan Pengurus Sinode dijabat oleh Hamba Tuhan yang sebaiknya Pendeta. 4. Susunan Badan Pengurus Sinode dipilih, diangkat dan disahkan di dalam Persidangan Raya Sinode dan halnya diberitahukan kepada setiap jemaat anggota dan badan-badan yang berhubungan dengan GKI SULSEL. 5. Masa jabatan kepengurusan Badan Pengurus Sinode adalah 3 (tiga) tahun. PASAL 17 : JABATAN-JABATAN GEREJAWI JEMAAT Jabatan-jabatan Gerejawi yang bertugas menjalankan fungsi kepemimpinan dalam lingkungan Jemaat GKI SULSEL agar jemaat dapat berjalan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan panggilan dan tugasnya. PASAL 18 : MAJELIS JEMAAT Majelis Jemaat adalah pimpinan dalam lingkungan jemaat yang terdiri dari pejabatpejabat Gerejawi yang bertugas menjalankan fungsi kepemimpinan dalam lingkungan Jemaat GKI SULSEL agar jemaat dapat berjalan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan panggilan dan tugasnya. PASAL 19 : SYARAT-SYARAT CALON MAJELIS JEMAAT 1. Telah menjadi anggota Jemaat GKI SULSEL minimal 2 (dua) tahun.

2. Telah berkeluarga dan berusia minimal 30 (tiga puluh) tahun. 3. Suami-isteri adalah anggota jemaat GKI SULSEL setempat. 4. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan anggota Majelis lainnya yang masih menjabat. 5. Menjalankan semua kewajiban keanggotaan GKI SULSEL yang tercantum dalam pasal 5 ayat 2. 6. Sebaiknya telah pernah menjabat Badan Pengurus, Badan Pembantu atau Badan Pengurus bidang pelayanan lainnya. 7. Tidak berada di bawah penggembalaan khusus. 8. Memiliki pemahaman Firman Allah sesuai I Timotius 3 : 8 13. 9. Menyatakan kesediaan untuk mengikuti program pembinaan, baik yang rutin dan insidentil. 10. Wajib memegang rahasia jabatan dan apabila melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan tager dan tatib yang berlaku (SR XX, 2010, Malino). PASAL 20 : SUSUNAN MAJELIS JEMAAT 1. Jumlah anggota Majelis Jemaat disesuaikan menurut kebutuhan jemaat dan dalam susunan tersebut minimal terdapat Ketua, Sekretaris dan Bendahara. 2. Majelis Jemaat terdiri dari para Hamba Tuhan yang penuh waktu (full time) dan anggota jemaat terpilih. 3. Masa jabatan periode kepengurusan dalam Majelis Jemaat adalah 1 (satu) tahun. 4. Masa keanggotaan Majelis Jemaat tiap anggota adalah 2 (dua) tahun. Bilamana terpilih kembali seorang anggota Majelis Jemaat secara berturut-turut dapat menjabat (kembali) 2 (dua) kali masa jabatan. Setelah itu baru dapat dipilih kembali sesudah 1 (satu) tahun istirahat. 5. Susunan tersebut harus disahkan dalam Rapat Majelis Jemaat dan diberitahukan kepada jemaat dan Badan Pengurus Sinode. PASAL 21 : TUGAS DAN WEWENANG MAJELIS JEMAAT 1. Memimpin jemaat dalam wilayah pelayanannya untuk melaksanakan panggilan dan tugas GKI SULSEL. 2. Memperlengkapi anggota jemaat agar sebagai pribadi, keluarga dan jemaat dapat melaksanakan panggilan dan tugasnya, yaitu dengan menyelenggarakan pelayanan Firman melalui Kebaktian Sakramen dan Penggembalaan. 3. Bertanggung jawab dan mewakili jemaat atas setiap kegiatan kedalam dan keluar. 4. Memberlakukan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Tata Gereja dan Tata Tertib GKI SULSEL. 5. Melaksanakan keputusan-keputusan Persidangan Raya Sinode dan Rapat Majelis Jemaat. 6. Bertanggung jawab atas pengelolaan harta benda GKI SULSEL yang ada pada jemaat.

7. Dalam rangka kebersamaan ikut bertanggung jawab dalam lingkungan hidup jemaat dan dalam rangka oikumene bersama Gereja-gereja lain. 8. Menyampaikan laporan kerja kepada Badan Pengurus Sinode minimal setahun sekali. 9. Anggota Majelis Jemaat tidak diperkenankan merangkap jabatan kepengurusan pada Badan-badan Pembantu. 10. Majelis Jemaat berkewajiban mengadakan percakapan dengan Badan Pengurus Pos PI yang diasuhnya dan perkunjungan ke Pos PI yang diasuhnya minimal per 3 (tiga) bulan sekali. 11. Memberikan laporan pelayanan dalam Persidangan Sinode. PASAL 22 : DASAR PEMILIHAN MAJELIS JEMAAT 1. Hal pemilihan Majelis Jemaat bukanlah semata-mata proses oleh manusia, tetapi pada hakekatnya Tuhan Yesus sendiri yang melaksanakan pemanggilan, pemilihan dan penetapannya (Efesus 4 : 11 ; Kisah Rasul 20 : 28). Jemaat yang melakukan proses pemilihan pada hakekatnya dipakai oleh Tuhan untuk melaksanakan kehendaknya. Oleh sebab itu proses pemilihan Majelis Jemaat bukan sekedar pencalonan menurut selera dan kehendak anggota jemaat, tetapi merupakan pergumulan iman melalui doa. 2. Anggota jemaat dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan (baik mengusulkan, meneliti atau memilih) calon Majelis Jemaat yang akan dipilih. PASAL 23 : PELAKSANAAN PEMILIHAN MAJELIS JEMAAT 1. Pemilihan diadakan dengan sistim Presbiterial Sinodal dimana calon-calon ditentukan oleh Panitia Pemilihan dalam rapat tertutup. Anggota Jemaat secara pribadi dan komisi-komisi dapat memberikan usulan Bakal Calon Majelis secara tertulis untuk diselidiki, dipertimbangkan, diseleksi dan diputuskan oleh panitia pemilihan. 2. Pemilihan diadakan setahun sekali dengan memilih anggota jemaat untuk menggantikan dari anggota Majelis Jemaat yang telah berakhir masa jabatannya. 3. Untuk mlaksanakan pemilihan, dibentuk Panitia yang terdiri dari Hamba-hamba Tuhan dan anggota Majelis Jemaat yang masih menjabat (diluar anggota Majelis yang akan istirahat atau turun untuk dapat dipilih kembali). Ketua Panitia dijabat oleh Gembala Sidang. Jemaat yang tidak mempunyai Gembala Sidang, maka Ketua Panitia diatur oleh Badan Pengurus Sinode. 4. Majelis Jemaat mengajukan calon-calon Majelis pengganti minimal 2 (dua) kali jumlah yang dibutuhkan kepada Panitia Pemilihan. 5. Panitia mengumumkan nama-nama Majelis Jemaat yang akan mengakhiri masa jabatannya namun tidak dapat dipilih kembali serta Majelis Jemaat yang masih menjabat, selama 2 (dua) Hari Minggu berturut-turut.

6. Panitia kemudian mewartakan kepada jemaat selama 2 (dua) Hari Minggu berturutturut calon-calon Majelis dalam rangka memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk merenungkan kesediaannya dan kepada jemaat untuk menilai. Bila ada keberatan terhadap calon-calon, maka anggota jemaat dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Ketua Panitia Pemilihan disertai nama dan alasanalasan yang jelas. 7. Segala keputusan Panitia Pemilihan haruslah mendapat persetujuan akhir dari Lembaga Majelis Gereja. Untuk itu jika terdapat perbedaan, maka forum Rapat Majelis yang mengambil keputusan akhir. Jika ada anggota Majelis Jemaat yang termasuk dibicarakan, maka yang bersangkutan diminta keluar sementara waktu. 8. Berkenaan dengan butir 6 dan mengingat suasana pemilihan, maka Rapat Majelis tersebut dipimpin oleh Ketua Panitia Pemilihan Majelis. 9. Pemilihan diadakan hanya sekali pada Hari Minggu seusai Kebaktian Umum. 10. Anggota Jemaat memilih calon-calon Majelis sebagaimana jumlah yang dibutuhkan dan berdasarkan suara terbanyak, merekalah yang terpilih menjadi Majelis Jemaat. 11. Pewartaan dan pelantikan Majelis Jemaat yang terpilih dilakukan pada hari Minggu berikutnya setelah pemilihan dengan terlebih dahulu menghubungi anggota Majelis Jemaat yang terpilih. 12. Pelantikan Majelis Jemaat dipimpin oleh Gembala Sidang berstatus Pendeta. Jikalau yang menjabat Gembala Sidang bukan status Pendeta, maka pelantikan akan dipimpin oleh rekan kerja yang berstatus pendeta atau pendeta dari lingkungan GKI SULSEL yang ditunjuk oleh BPH Sinode. (SR XVIII, 2007, Malino) 13. Hal-hal yang belum diatur dalam pasal ini akan ditentukan oleh Panitia Pemilihan.