BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

KEMAMPUAN KEGIATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan kendaraan bermotor roda dua saat ini terus meningkat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2013

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 5 INDIKASI KEKUATAN, KELEMANAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ini hendaknya direspons oleh seluruh anak bangsa, tanpa terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

Perluasan Lapangan Kerja

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB V HASIL PENELITIAN Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB V PENUTUP. Payakumbuh. Semakin baik Locus of control individu semakin besar

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

KESIMPULAN DAN SARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENGHADAPI PASAR. Sekilas Mengenai Kondisi Perekonomian dan Pentingnya Usaha kecil dan Menengah

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Transkripsi:

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Selain itu, akan dipaparkan pula mengenai keterbatasan studi dan saran studi lanjutan mengenai penelitian usaha tape ketan di wilayah kajian studi. 5.1 Temuan Studi Setelah melakukan studi ini, dapat diambil beberapa temuan, yakni: 1. Kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari dukungan tiga kriteria yaitu kemampuan usaha tape ketan untuk bertahan, menciptakan lapangan kerja, serta merangsang pertumbuhan kegiatan baru. Adapun gambaran mengenai dukungan ketiga kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Kemampuan Usaha Tape Ketan sebagai Motor Penggerak Kriteria Dukungan Kemampuan bertahan Kurang mendukung Kemampuan menciptakan lapangan kerja Kurang mendukung Kemampuan merangsang pertumbuhan Tidak mendukung kegiatan ekonomi baru Sumber: Hasil Analisis, 2008 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan usaha tape ketan untuk bertahan, menciptakan lapangan kerja, serta merangsang pertumbuhan kegiatan baru masih belum mendukung usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di wilayah kajian studi. 95

96 2. Usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan belum memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari dukungan keberlanjutan produksi dan pemasarannya yang masih belum kokoh. Kendala yang dihadapi dalam kemampuan bertahan usaha tape ketan adalah: (a) Rendahnya akses pengusaha terhadap modal formal, seperti bank dan KUD akibat tidak mampu memenuhi syarat, jaminan serta suku bunga yang ditetapkan, (b) Kontinuitas bahan baku tidak mendukung dan masih sangat bergantung terhadap bahan baku non-lokal, (c) Lemahnya kemampuan berinovasi dan manajemen usaha dalam melakukan kendali keuangan, (d) Sistem pemasaran yang diterapkan masih memberatkan pengusaha, lokasi unit usaha yang jauh dengan pasar tidak ditunjang dengan sarana transportasi pribadi, wilayah pemasaran masih lokal. Sementara potensi yang dimiliki dari kemampuan bertahan adalah: (a) Usaha tape ketan telah memanfaatkan sumber daya manusia lokal sebagai tenaga kerja, dan telah menjadi salah satu alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat berpendidikan rendah terutama kaum perempuan, (b) Motivasi, kegigihan, dan ketekunan pengusaha dalam mempertahankan usaha tape ketan cukup tinggi sehingga sebagian besar telah mampu mengakumulasikan modalnya, (c) Alat produksi yang dibutuhkan meskipun sederhana namun telah mampu menunjang kegiatan produksi. 3. Kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja masih belum sepenuhnya mendukung sebagai motor penggerak karena masih menghadapi kendala yaitu perkembangan usaha tape ketan yang lambat sehingga tingkat penyerapan tenaga kerja lokal di masa mendatang juga masih rendah. 4. Kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru masih menghadapi kendala yaitu: motivasi tenaga kerja dan masyarakat lokal dalam mendirikan usaha tape ketan dan iklim investasi di wilayah kajian studi yang masih rendah. Adapun potensi-potensi yang dimiliki adalah: (a) Usaha tape ketan telah menjadi komoditas unggulan Kabupaten

97 Kuningan dan diminati pasar, dan (b) Jumlah usaha tape ketan senantiasa bertambah. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dapat berasal dari : (a) Kondisi internal (dari dalam perusahaan seperti latar belakang ekonomi, sosial, dan pendidikan pengusaha dan motivasi pengusaha), (b) Kondisi eksternalnya (dari luar perusahaan seperti dukungan pemerintah, kondisi geografis, ketersediaan sarana pendidikan, ekonomi pemasaran dan hiburan, daya tahan produk, lokasi unit usaha). 6. Kemampuan bertahan usaha tape ketan yang masih belum kokoh terutama disebabkan oleh faktor latar belakang pendidikan mayoritas pengusaha yang rendah (lulusan Sekolah Dasar) serta lokasi unit usaha yang berada di pedesaan. Faktor ini tidak hanya mempengaruhi pola manajemen yang diterapkan menjadi tradisional dan kekeluargaan, namun juga turut mempengaruhi lemahnya akses pengusaha terhadap sumber-sumber modal formal seperti bank dan KUD. Lemahnya akses ke permodalan selanjutnya mempengaruhi sulitnya dilakukan inovasi produk dan pemasaran usaha tape ketan yang masih terbatas. 7. Faktor lokasi unit usaha tape ketan di Kecamatan Cibeureum dan Cibingbin yang relatif jauh dari ibukota kabupaten dan status Kecamatan Cibeureum yang merupakan pemekaran mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi dan fasilitas hiburan yang belum memadai. Kondisi ini selanjutnya mempengaruhi kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhan. 5.2 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis mengenai kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, serta Cigugur maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

98 1. Usaha tape ketan di wilayah kajian studi telah melewati tahap pengembangan ekonomi komunitas dan mulai melangkah menuju tahap pengembangan ekonomi lokal karena kemitraan pengusaha tape ketan dengan pemerintah lokal dan lembaga perguruan tinggi, meskipun masih sangat terbatas, namun telah mulai terbangun. Hal ini harus terus diarahkan sehingga tujuan dari pengembangan ekonomi lokal yaitu untuk membangun kapasitas ekonomi dalam suatu wilayah dalam rangka meningkatkan masa depan perekonomian dan kualitas hidup seluruh masyarakatnya dapat terwujud. 2. Usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan masih berada dalam tahap embrio yang ringkih dan sangat memerlukan sokongan. Terkait dengan hal ini, pemerintah lokal perlu meningkatkan kapasitasnya dalam memacu pengembangan usaha tape ketan agar komoditas makanan ini mampu menjadi trade mark Kabupaten Kuningan yang lebih dikenal luas karena strategi ini sejalan dengan kondisi Kabupaten Kuningan yang memiliki potensi tinggi dalam sektor pertanian dan pariwisata. Selanjutnya, usaha tape ketan juga mampu memberikan kontribusi pengembangan ekonomi lokal yang lebih nyata bagi Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. 3. Usaha tape ketan belum mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di wilayah kajian studi. Namun, sesungguhnya masih banyak peluang yang dapat digalang untuk memacu pengembangan usaha tape ketan menjadi lebih dinamis serta mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Oleh karena itu, usaha tape ketan perlu terus meningkatkan potensi yang dimiliki dan senantiasa berupaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Adapun potensi yang dimiliki usaha tape ketan adalah kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja lokal, motivasi tinggi pengusaha, ciri khas yang disandang produk tape ketan, alat produksi yang sederhana, serta kemampuannya untuk dapat terus hidup selama puluhan tahun. Dalam meningkatkan potensi yang dimilikinya ini, maka dibutuhkan inisiatif pemerintah dan pihak swasta untuk berperan lebih aktif lagi.

99 4. Secara garis besar, kendala yang dihadapi usaha tape ketan di wilayah kajian studi adalah kendala yang umumnya dihadapi oleh usaha-usaha kecil di Indonesia. Kendala yang dihadapi usaha tape ketan di wilayah kajian studi terutama terletak pada aspek keterbatasan modal, pemanfaatan bahan baku nonlokal, jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial pengushaa yang rendah, pemasaran yang belum mendukung, serta penciptaan usaha-usaha lokal baru yang belum optimal. Meskipun begitu, penelitian ini tetap menjadi penting karena sesungguhnya kendala yang dihadapi setiap usaha kecil tidak bersifat homogen dan memiliki kendala khas yang dihadapi. Seperti halnya dengan usaha tape ketan di wilayah kajian studi yang menghadapi kendala daya tahan produk yang singkat serta ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku non-lokal. Maka analisis faktor akan menentukan sikap dan kebijakan apa yang perlu diambil sehingga perlakuan yang ditimbulkan akan tepat sasaran bagi usaha tape ketan. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis mengenai kondisi usaha tape ketan, maka selanjutnya akan direkomendasikan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal, yaitu: Rekomendasi kepada Pemerintah: Kebijakan pemerintah daerah dalam sektor ekonomi dan industri dapat mempengaruhi kinerja usaha kecil. Oleh karena itu, pemerintah yang memiliki fungsi regulator maupun budgeting diharapkan mampu memberikan intervensi dalam pengembangan usaha tape ketan melalui perumusan kebijakan, insentif baik fiskal maupun non-fiskal dan implementasi program yang dalam lingkup teknis dapat dilakukan dengan: 1. Mendorong investasi baik pemerintah maupun swasta terhadap pembangunan usaha-usaha yang dapat mendukung pengembangan usaha tape ketan dengan menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif dan dapat dipercaya melalui

100 penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijakan: pendanaan, persaingan, sarana dan prasarana, informasi, kemitraan, perijinan usaha dan perlindungan 2. Dinas Koperasi dan UKM mengoptimalkan fungsinya: - Sebagai wadah konsultasi, asistensi bisnis dan sarana penyalur aspirasi bagi para pengusaha tape ketan, atau UKM pada umumnya. - Membantu sertifikasi tanah terhadap para pengusaha tape ketan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kelancaran akses pengusaha dalam memperoleh modal dari lembaga keuangan formal. - Meningkatkan fungsi Koperasi Simpan Pinjam sebagai salah satu sumber modal bagi pengusaha tape ketan. Hal ini dilakukan dengan cara membina agar koperasi tetap konsisten dalam penerapan prinsip-prinsip koperasi, meningkatkan efisiesi koperasi dalam melaksanakan kegiatan usahanya, dan meningkatkan mutu pelayanan kepada anggotanya. 3. Dalam hal pembinaan dan pengawasan, pemerintah melalukan pembinaan yang berkaitan dengan produk dan pengolahan, pemasaran, teknologi, serta sumber daya manusia, yaitu melalui peningkatan pelatihan kewirausahaan, manajerial (seperti administrasi pembukuan), teknik pemasaran dan keunggulan kompetitif dan inovasi produk tape ketan yang dimonitor oleh Dinas Industri dan Perdagangan serta Dinas Koperasi dan UKM dengan bekerja sama dengan pusat penelitian dari perguruan tinggi. Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan meningkatkan daya saing usaha tape ketan sehingga pengetahuan serta sikap wirausaha semakin berkembang, produktivitas meningkat, dan wirausaha baru berbasis pengetahuan meningkat jumlahnya. Selain itu, inovasi tape ketan baik inovasi berupa keragaman rasa maupun kemasan maupun inovasi dalam memperpanjang daya tahan produk dengan melalui pengolahan tape ketan yang sudah terlalu matang menjadi produk lain yang memiliki daya jual (seperti brem, dodol, dll) semakin berkembang.

101 Pengadaan inovasi ini tidak hanya dapat meningkatkan daya saing produk tape ketan terhadap produk makanan dari daerah lain, namun juga sebagai upaya antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya over supply atau pasar yang jenuh. Dengan adanya inovasi, kejenuhan tersebut dapat diatasi sehingga tidak akan mematikan usaha tape ketan. 4. Melakukan kerjasama dengan pusat penelitian dari perguruan tinggi untuk memberikan penyuluhan kepada petani mengenai teknik budidaya ketan yang sesuai dengan kondisi biofisik yang ada. Upaya ini dilakukan agar petani lokal memiliki antusias untuk menanam ketan sehingga pemanfaatan sumber bahan baku ketan lokal dapat meningkat dan multiplier effect yang dihasilkan akan jatuh ke wilayah kajian studi. 5. Peningkatan sarana dan prasarana ekonomi, maupun fasilitas hiburan sebagai penunjang pemasaran tape ketan. Tersedianya sarana pemasaran dan/atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi biaya produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pengusaha tape ketan. 6. Memberikan bantuan promosi tape ketan melalui pameran-pameran makanan khas/etnik, media massa, cetak maupun elektronik. Hal ini dilakukan agar produk tape ketan tidak hanya dikenal dalam ruang lingkup lokal, namun sampai luar kabupaten bahkan provinsi. 7. Pemerintah memfasilitasi pemecahan masalah permodalan untuk usaha tape ketan dengan menjamin kredit mereka di lembaga kuangan yang ada, atau memberi subsidi bunga atas pinjaman mereka di lembaga keuangan, maupun dengan membentuk lembaga keuangan khusus untuk UKM yang lebih profesional dan mudah diakses oleh nasabah kecil seperti pengusaha tape ketan. Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi wahana bagi mereka untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman.

102 Rekomendasi kepada Pengusaha Tape Ketan Adapun rekomendasi terhadap pengusaha tape ketan adalah: Membentuk organisasi/asosiasi/himpunan khusus pengusaha tape ketan yang efektif dengan maksud tumbuhnya kerjasama antar pengusaha dalam : - Memperoleh bahan baku. Dengan adanya organisasi ini maka diharapkan pengusaha tape ketan mampu memiliki posisi tawar menawar yang tinggi dalam memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. - Pemasaran. Salah satu faktor adanya kendala pada aspek pemasaran adalah keberadaan informasi mengenai pemasaran yang terbatas. Dengan adanya organisasi, maka diharapkan mampu menjadi wadah informasi mengenai kondisi pasar (cakupan pasar, kualitas dan harga produk) sehingga pengusaha mampu melihat peluang-peluang pasar dan situasi persaingan. - Permodalan. Salah satu upaya mengatasi kendala permodalan adalah dengan menyediakan informasi yang tepat mengenai permodalan kepada pengusaha tape ketan yang diwadahi dalam organisasi. - Pemberian berbagai bantuan (modal, bahan baku, pelatihan manajemen, dll) terhadap usaha kecil umumya dilakukan atas nama kelompok. Oleh karena itu, keberadaan organisasi akan mempermudah dalam penerimaan bantuan terhadap usaha tape ketan. 5.3 Kelemahan Studi Dalam melakukan penelitian ini tentu tidak terlepas dari berbagai kendala. Kendala yang dihadapi pada akhirnya membuat penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Terdapat unit usaha yang tertutup dalam memberikan informasi sehingga kuesioner tidak bisa diberikan kepada seluruh pengusaha. Selain itu, tertutupnya unit usaha juga menyebabkan pengambilan sampel untuk tenaga kerja masih kurang. Di sisi lain, kekurangan pengambilan sampel ini bisa menyebabkan terjadinya distorsi yang dapat mempengaruhi analisis yang dilakukan.

103 2. Keterbatasan data karena pihak kecamatan maupun BPS tidak mempublikasikan data secara lengkap dalam laporan atau profil kecamatan. 3. Analisis mengenai permintaan pasar dilakukan dengan hanya mengandalkan informasi dari pengusaha tape ketan tanpa menggali informasi lebih jauh dari para distributor/agen di berbagai wilayah pemasaran sehingga gambaran mengenai permintaan pasar maupun situasi persaingan produk belum akurat. 4. Penelitian ini tidak mengkaji bagaimana bentuk kemitraan pengusaha tape ketan dengan sektor swasta dan LSM. Menurut konsep pengembangan ekonomi lokal, sektor swasta dan LSM merupakan stakeholder yang memiliki peran, khususnya dalam penelitian ini berperan terhadap usaha tape ketan. 5. Dalam penelitian ini, survei dilakukan dengan jangka waktu interaksi yang tidak terlalu lama sehingga kemungkinan adanya informasi yang tidak tergali dari responden (pengusaha, tenaga kerja, masyarakat lokal, maupun dengan pihak dinas) cukup besar. 5.4 Saran Studi Lanjutan Dengan berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya studi lanjutan untuk lebih memahami kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Beberapa saran untuk studi lanjutan adalah: 1. Menambah jumlah sampel tenaga kerja usaha tape ketan sehingga validasi dari analisis aspek tenaga kerja dapat lebih akurat. 2. Mengkaji mengenai permintaan pasar dan situasi persaingan dengan lebih mendalam sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai daya saing produk tape ketan terhadap produk dari daerah lain. 3. Studi mengenai kemitraan diantara pelaku usaha tape ketan dengan sektor swasta dan LSM. 4. Melakukan interaksi yang lebih intensif dengan informan/responden sehingga akan memperkaya informasi yang mendukung penelitian.