Pembuatan Tepung Tape Dari Tape Ubi Kayu Menggunakan Operasi Pengeringan

dokumen-dokumen yang mirip
Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan

PERUBAHAN KADAR AIR UBI KAYU SELAMA PENGERINGAN MENGGUNAKAN PENGERING KABINET

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya

Pengeringan Untuk Pengawetan

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

KAJIAN PERAN BAHAN PEMUTIH NATRIUM PIROPOSPHATE (Na 2 H 2 P 2 O 7 ) TERHADAP PROSES PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR. Tjatoer Welasih 1) dan Nur Hapsari1 )

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

OPTIMASI WAKTU PERENDAMAN DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT PADA PROSES PRODUKSI TEPUNG SUKUN

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

Sutomo, B

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH WAKTU DAN JENIS WADAH PEMASAKAN TERHADAP KOMPONEN MAKANAN DALAM GUDEG

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil singkong. Menurut

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGERINGAN TEPUNG TAPAI UBI KAYU TERHADAP MUTU FISIK DAN KIMIA YANG DIHASILKAN

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

3. METODOLOGI PENELITIAN

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Laju massa. Laju massa akumulasi dalam sistem. Laju massa masuk sistem. keluar sistem. exit. inlet. system. = m& accumulation.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

BAB 2 DATA DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal. Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

PENGAMBILAN GLUKOSA DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN CARA HIDROLISIS ENZIMATIK KECAMBAH JAGUNG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 26 Januari 2010 Pembuatan Tepung Tape Dari Tape Ubi Kayu Menggunakan Operasi Pengeringan Sri Sudarmi, Aulia Hanasti, Eko Santoso, Sri Wahyuni SR. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Jl. SWK 104 Lingkar Utara Condong Catur, Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta 55283 e-mail: auliahanasti@yahoo.co.id;esantoso80@gmail.com;sudarmiedi@yahoo.com Abstract Drying process of Cassava Tapai into its flour has not widely studied in the flour manufacturing technology. This research was aimed to enhance the economical value of tapai as especially in the case it was expired. The variables studied in this work included tapa age (varied at 1, 2, 3, 4 and 5 days), drying time (9, 10, and 11 hours), and Sodium Bisulphit concentration (1000, 1500, 2000, 2500, and 3000 ppm). Drying was performed through a batch process in an electricity oven at temperature of 80 0 C. Sodium Bisulphite was used as additive by soaking tapai before it was dried. The dry tapai therefore was grinded, sifted, and analyzed its starch, water, and ash content. The optimum conditions obtained from this research were the drying time of 9 hours, and the age of tapai 1 day that soaked in Sodium Bisulphite solution concentration of 2000 ppm.the flour yielded at this conditions had starch, water, and ash contents of 91,92 %; 6,1 %, and 0,08 % (weight) repectively. This process had a drying rate of 0044 kg water/h.m 2 and mass transfer coefficient of 0,0681 kg dry air/h. m. abstrak Pembuatan tepung dari bahan olahan hasil proses fermentasi seperti tape singkong, belum banyak dilakukan. Pembuatan tepung tape melibatkan operasi pengeringan. Penelitian tentang Pengeringan Tape Ubi Kayu menjadi tepung tape dimaksudkan untuk mengantisipasi jika tape tidak laku jual atau kedaluwarsa. Variabel yang digunakan adalah umur tape bahan baku, waktu pengeringan dan konsentrasi bahan pembantu Natrium Bisulfit. Pengeringan dilakukan dalam oven pada suhu sekitar 80 0 C dengan waktu pengeringan yang divariasikan yaitu 9 jam, 10 jam dan 11 jam. Sedangkan tape yang digunakan bervariasi dari tape umur 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari dan 5 hari. Natrium Bisulfit yang digunakan sebagai perendam sebelum tape dikeringkan bervariasi dari tanpa penambahan dan penambahan (ppm) 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000. Tape kering selanjutnya digerus, diayak dan dianalisa terhadap kadar pati, air dan abu. Hasil optimum tepung tape berbahankan tape singkong diperoleh pada waktu pengeringan 9 jam untuk tape berumur 1 hari yang direndam pada larutan Natrium Bisulfit 2000 ppm. Data analisa menunjukkan bahwa tepung tape hasil mempunyai (% berat) Kadar Pati 91,92; kadar air 6,19 dan kadar abu 0,08. Hasil perhitungan kecepatan pengeringan sebesar 0,0044 kg air/jam.m 2 dengan koefisien perpindahan massa 0,0681 kg udara kering /jam m 2. Kata kunci: perendaman, pengeringan, ayakan, tape ubi kayu, tepung tape PENDAHULUAN Tape merupakan salah satu jenis penganan yang terbuat dari antara lain ubi kayu, sorgum (jagung canthel, JW), beras ketan dan lainnya, melalui proses peragian atau fermentasi (software-komputer.blogspot.com). Tape dapat dimakan langsung tetapi ada juga yang dibuat bentuk olahan lain seperti dodol, jenang tape, kue-kue basah (cake tape), minuman (brem, Bali), digoreng (rondo royal, JW; colenak, Sunda), serta sebagai campuran penganan lainnya, antara lain campuran-campuran es sirup, bajigur, cendol dan lainnya (neocassava.blogspot.com). Tekstur tape ada yang keras (Jawa Barat) dan lunak atau lembek (Jawa Tengah dan Timur). Tape keras masa simpan bisa lebih panjang dari pada tape lunak. Tape lunak hanya bertahan J05-1

sampai 5 hari, selebihnya akan berubah warna, aroma maupun rasa. Sehingga tidak layak jual dan jika dibuat penganan akan mengurangi cita rasanya. Akibatnya banyak tape lunak yang terbuang setelah masa simpan terlampaui. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dikeringkan dan dibuat olahan lain berupa tepung tape. Tepung tape sendiri dapat dibuat atau digunakan sebagai bahan pencampur roti, aneka kue, es krim (ice-cream) dan biskuit, dimana masing - masing bentuk olahan memiliki manfaat yang beragam ( Astawan dan Wahyuni, 1991). Tepung tape akan awet karena dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama dengan volume yang lebih kecil serta dapat lebih efisien dalam pengangkutan maupun penyimpanannya. Fenomena demikian dapat menjadi andalan kemanfaatan serta dapat mengurangi kerugian produksi akibat mundurnya cita rasa tape. Hal demikian juga berkait dengan peningkatan nilai ekonomis tape, dalam hal ini tape singkong. Karena kebanyakan industri tape singkong adalah industri rumahan atau industri skala kecil. Penelitian yang dilakukan berkait dengan pengeringan tape singkong menggunakan oven dengan melakukan pengamatan terhadap kadar pati, air dan abu dari tepung tape hasil. Perlakuan dilakukan merendam tape menggunakan Natrium Bisulfit sebanyak 1000 3000 ppm, waktu pengeringan selama 9 11 jam, yang dilakukan pada tape berumur 1 5 hari. TINJAUAN PUSTAKA Tape merupakan bahan olahan dengan proses peragian atau fermentasi dari bahan pangan yang mengandung pati. Proses peragian sendiri sangat dipengaruhi oleh kadar pati dalam bahan yang dapat diubah menjadi glukosa, jenis ragi yang digunakan, tingkat kebersihan, suhu, serta tingkat kematangan dari bahan baku. Bahan baku tape harus dimasak tidak terlalu matang sebelum proses fermentasi dilakukan. Waktu pemeraman atau fermentasi bervariasi, tetapi umumnya memerlukan waktu 5 hari, sesudah waktu tersebut tape akan berkurang rasa manisnya, cenderung sangat alkoholik dan tidak disarankan untuk dimakan. Salah satu cara yang digunakan untuk mengawetkannya adalah dengan pengeringan (Astawan dan Wahyuni, 1991). Pengeringan merupakan salah satu cara mengurangi kadar cairan dalam bahan padat dengan metoda penguapan, penghembusan ataupun pemanasan pada suhu tinggi, baik dalam tekanan normal maupun vakum (Treybal,1981). Pengeringan dapat juga diartikan sebagai pemisahan air dari bahan dengan kandungan air relatif kecil. Pengeringan suatu bahan antara lain ditujukan untuk mengawetkan bahan tanpa atau sedikit mempengaruhi kualitas rasa, aroma dan terutama nilai gizi, disamping untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatannya (Wikantyoso, 1989). Mekanisme pengeringan dibedakan antara pengeringan alami yang memanfaatkan sinar matahari dan pengeringan buatan (artifical) yang memanfaatkan sumber panas selain sinar matahari. Kendala pada pengeringan alami adalah karena sangat tergantung pada iklim/cuaca dan tingkat kontaminasi pengotor dari sekeliling, terutama yang berkait dengan pengeringan bahan pangan. Pada pengeringan non alami, untuk mempercepat pelepasan air dalam bahan dan untuk mengurangi terjadinya perengkahan atau perubahan karakteristik bahan, biasanya dilakukan pada kondisi vakum. Hal tersebut dapat menunjukkan kadar air yang sesungguhnya dalam bahan (Sudarmadji,1996). Metoda pengeringan digolongkan dalam (Treybal, 1981): 1. Metoda Pengeringan Tumpak (Batch Drying). Bahan yang dikeringkan berada dalam wadah yang ditempatkan dalam alat pengering dengan udara pemanas yang dialirkan kontinyu melewati bahan untuk mengurangi kadar air dalam bahan. 2. Metoda Pengeringan kontinyu atau menerus (Continuous Drying) Bahan yang dikeringkan dan udara pengering bergerak bersamaan di dalam alat pengering secara kontinya, baik secara berlawanan arah maupun searah Laju pengeringan bahan padat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1. Kadar air awal bahan 2. Bentuk dan ukuran bahan 3. Suhu bahan dan suhu udara pengering 4. Kelembaban relatif udara pengering 5. Waktu pengeringan A. Penentuan Laju Pengeringan Laju pengeringan dapat ditentukan berdasar rumusan: Ss X Nc (1) A Dengan: Nc = kecepatan pengeringan (kg air/jam.m 2 ) Ss = massa sampel (kg) X = perbedaan kandungan air (kg air) A = luas cawan (m 2 ) θ = lama pengeringan (jam) J05-2

B. Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Koefisien perpindahan massa ditentukan berdasar rumusan no 2 berikut: Diagram alir cara kerja disajikan dalam Gambar 1. Nc ky (2) ( Ys' Y ') Dengan: Ky = koefisien transfer massa (kg udara kering/jam.m 2 ) Ys = kelembaban pada udara jenuh (kg air/kg udara kering) Y = kelembaban udara (kg air/kg udara kering) LANDASAN TEORI Kandungan air dalam bahan digolongkan menjadi air bebas, air bahan dan air terikat. Pada awal pengeringan pemanasan hanya akan melepaskan kandungan air bebas dan seiring dengan bertambahnya waktu dan suhu pemanasan maka air terikat juga akan terlepas. Tetapi hal tersebut dapat menyebabkan perengkahan ikatanikatan atom C bahan. Pengeringan akan lebih mudah terjadi jika bahan mempunyai permukaan luas perpindahan yang semakin besar, atau dengan kata lain ukuran bahan semakin kecil. Tetapi hal tersebut juga akan mempengaruhi peningkatan terjadinya perusakan ikatan atom C bahan. Menurut Lidiasari et.al (2003) operasi pengeringan tepung tape ubi kayu terbaik dicapai pada suhu 80 o C dan waktu pengeringan 9 jam. Suhu tersebut digunakan sebagai variabel tetap dalam penelitian kami. Sedangkan untuk menghambat terlepasnya nutrisi dan kadar pati dalam bahan, sebelum dilakukan pengeringan tape harus direndam dulu menggunakan larutan Natrium Bisulfit. METODOLOGI Bahan baku berupa tape singkong dengan berbagai tingkat kemasakan direndam dalam larutan Natrium Bisulfit pada waktu tertentu dengan konsentrasi yang divariasikan (ppm). Selanjutnya tape yang sudah direndam dikeringkan dalam oven elektrik pada suhu sekitar 80 o C dengan waktu pengeringan yang divariasikan. Hasil tahap pengeringan kemudian digerus, diayak dan untuk selanjutnya dianalisa terhadap kadar pati, air dan abu. Variabel Umur tape (pemeraman/fermentasi): hari ke 1, 2, 3, 4 dan 5 Variabel Waktu pengeringan (jam): 9, 10 dan 11 Variabel Konsentrasi Natrium Bisulfit (ppm): 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data hasil penelitian yang menunjuk pengaruh waktu pengeringan, kadar Natrium Bisulfit dan umur bahan baku tape terhadap kadar pati, kadar air dan kadar abu tepung tape hasil ditunjukkan dalam Gambar 2 sampai Gambar 10 berikut ini. J05-3

A. Kadar Abu B. Kadar Air Gambar 2. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Abu Pada Waktu Pengeringan 9 Jam Gambar 5. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Air Pada Waktu Pengeringan 9 Jam Gambar 3. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Abu Pada Waktu Pengeringan 10 Jam Gambar 6. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Air Pada Waktu Pengeringan 10 Jam Gambar 4. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Abu Pada Waktu Pengeringan 11 Jam Gambar 7. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Air Pada Waktu Pengeringan 11 Jam J05-4

C. Kadar Pati Gambar 8. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Pati Pada Waktu Pengeringan 9 Jam Gambar 9. Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Bisulfit Terhadap Kadar Pati Pada Waktu Pengeringan 10 Jam Dari Gambar-gambar tersebut diatas terlihat bahwa peningkatan konsentrasi Natrium Bisulfit sebagai media perendaman tape sebelum dikeringkan akan meningkatkan kadar pati dan kadar air dalam produk tepung tape, tetapi pengaruhnya terhadap kadar abu sisa tidak menunjukkan kemaknaan tren atau dapat dikatakan tidak beraturan. Peningkatan waktu pengeringan akan meningkatkan kadar abu, menurunkan kadar air tetapi juga menurunkan kadar pati cukup bermakna, mencapai kadar 75 % berat. Hal tersebut diduga karena telah terjadi perusakan ikatan pati menjadi senyawa lain, karena peningkatan waktu pengeringan akan memaksa air terikat lepas sehingga ikatan atom C bahan. Pati yang berubah menjadi glukosa akan semakin meningkat dengan meningkatnya waktu pemeraman atau umur tape, sampai batas yang diprediksi (5 hari). Sehingga pengeringan tape berumur lebih muda akan menunjukkan peningkatan kadar pati dan kadar air sisa sedang kadar abu menunjukkan kecenderungan menurun. Menunjuk kepada standar tepung singkong yang dikeluarkan SNI, yaitu (persen berat) kadar abu maksimal 1,5; kadar air maksimal 12 dan kadar pati minimal 75%, maka optimasi dicapai pada pengeringan dengan waktu 9 jam pada tape berumur 1 hari yang direndam Natrium Bisulfit dengan konsentrasi berturut-turut 1500 ppm, 2000 ppm dan 3000 ppm. Hal tersebut ditunjukkan dalam Tabel I berikut. Tabel I. Kondisi Optimum Pengeringan Tape hari ke1 Konsentrasi Kadar Kadar Kadar Waktu Na. Bisulfit pati (% air (% abu pengeringan (ppm) berat) berat) (%berat) 9 jam 1500 83,80 5,59 0,17 2000 91,92 6,19 0,08 3000 96,93 6,18 0,24 Gambar 10. Hubungan Antara Konsentrasi Na. Bisulfit Terhadap Kadar Pati Pada Waktu Pengeringan 11 Jam Data optimasi tersebut digunakan untuk menentukan Laju Pengeringan dan Koefisien Perpindahan Massa yang disajikan dalam Tabel II. Tabel II. Laju Pengeringan Dan Koefisien Perpindahan Massa Tepung Tape Waktu pengeringa n 9 jam Konsentrasi Na. Bisulfit (ppm) Kecepatan pengeringan (kg/jam m 2 ) Tape hari ke1 Koefisien transfer massa (kg udara kering/jam m 2 ) 1500 0,0046 0,0715 2000 0,0044 0,0681 3000 0,0035 0,0542 J05-5

Dari data pada kedua Tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi larutan perendam Natrium Bisulfit akan meningkatkan kadar air sisa dalam produk dan hal tersebut akan menurunkan maka Laju Pengeringan serta Koefisien Perpindahan Massa. http://neocassava.blogspot.com/ http://endick.wordpress.com/ http://id.wikipedia.org/wiki/tape/ PENUTUP Kondisi optimum pembuatan tepung dari tape ubi kayu dengan pengeringan diperoleh dari tape berumur 1 hari yang direndam larutan Natrium Bisulfit konsentrasi 2000 ppm dan dikeringkan dalam oven elektrik selama 9 jam. Hasil analisa menunjukkan tepung tape produk mempunyai kadar pati 91,92 % (berat), kadar air 6,19 % (berat) dan kadar abu 0,08 % (berat) dengan Laju Pengeringan 0,0044 kg air/ jam m 2 dan Koefisien Perpindahan Massa 0,0681 kg udara kering/jam m 2. DAFTAR PUSTAKA Astawan, M. Dan Wahyuni,1991, Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna, Akademika Pressindo, Bogor. Lidiasari, Eka dkk, 2003, Pengaruh Perbedaan Suhu Pengeringan Tepung Tapai Ubi Kayu Terhadap Mutu Fisik dan Kimia yang Dihasilkan, Laporan Penelitian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, UNSRI, Palembang. Perry,R.H., 1983, Perry s Chemical Engineerings Handbook, 7 th ed., Mc.Graw-Hill Co., Inc, New York. SNI 01 2891 1992, Cara Uji Makanan dan Minuman, Pusat Standardisasi Industri Departemen Perindustrian. SNI 12 2997 1996, Tepung Singkong, Pusat Standardisasi Industri Departemen Perindustrian. Sudarmadji S., B.Haryono dan Suhardi, 1996, Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty, Yogyakarta. Treybal, R.E., 1981, Mass Transfer Operation,4 th ed., pp.668, Mc.Graw-Hill Book Co., Tokyo. Winarno, F.G, 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. http://software-komputer.blogspot.com/ J05-6